14. Dua Bidadari Tertawa

550 51 1
                                    


🎶

Kurentangkan hati, kubalut luka lama saat kau pergi.

Kutegarkan diri, walau bayangmu hadir di setiap mimpi...

Oh haruskah, kubenamkan diri meratapi?

Tenggelam sesali yang terjadi?

Tersiksa bersama hampa, asa!


Music play on

Luka lama
By : Cokelat

***


Suara musik memenuhi setiap sudut ruangan berbentuk kubus itu. Berpadu dengan bunyi gemeletuk air mendidih, dan suara minyak panas berisikan bawang-bawang yang sedang di tumis.

Cowok itu menambahkan seperempat sendok teh garam ke dalam panci berisikan sayuran. Hmm, sebut saja nama masakannya Capcai.

Sambil menunggu sayuran matang, Ray membalik gorengan tempenya di wajan sebelah.
Dia memang melakukan keduanya bersamaan. Maklum saja, dia sudah terbiasa tinggal sendiri. Dan fakta itu, memaksanya untuk belajar memasak sendiri. Karna Ray tidak mungkin jika harus memakan masakan sampah setiap hari. Dia harus memastikan sendiri bahwa makanan yang di konsumsinya adalah makanan yang bergizi untuk tubuhnya.

Calon suami idaman, bukan?

Setelah capcai dan tempe goreng telah matang, Ray kembali menuangkan sedikit minyak di atas panci. Tadi, si tuan rumah minta di masakkan ikan sarden. Untung gampang.

"Anak Mami, kenapa masakan kamu harum sekali aromanya?" seorang tante-tante keluar dari kamar dengan gulungan roll di poninya, "Kamu masak apa, nak? Mau Mami bantu?"

"Tante tunggu aja di--"

"Sstt!!" Tante itu menutup mulut Ray dengan jari telunjuknya, "Mami! Panggilnya jangan tante. Udah berapa kali dibilangin?"

"Eh, iya Tan-eh, Mami tunggu aja di meja. Bentar lagi siap kok."

"Andai aja ya anak Mami itu kamu, bukan Alvin. Ngomong-ngomong, kemana anak raja itu?"

"Tan-eh ... Mami hitung aja sampe lima, nanti juga muncul."

Meski ragu, Mami mulai berhitung, "Satu, dua, tiga, empat, li--"

"Ray udah mateng belum sih? Aroma masakan lo bikin cacing di perut gue demo nih!"

Ray tersenyum, benar kan katanya?

"Kamu ini bukannya bantuin! Pake berlagak kayak anak raja lagi."

Sebuah jitakan mendarat di kening Alvin, "Aduh Mi, kenapa sih? Main jitak-jitak aja! Nanti kalo Alvin jadi gak pinter lagi gimana?"

"Halah! Kapan kamu pernah pinter?"

"Ray, kapan mateng?" bocah itu tidak menghiraukan maminya.

"Bentar lagi. Pada duduk aja di meja makan, tunggu lima menit lagi!"

Sepasang anak dan mami itu menurut untuk menunggu di meja makan, sementara Ray sedang menyajikan masakannya.
Mereka makan malam bersama, hanya bertiga sih. Karna Papa Alvin masih bekerja.

Ditengah kegiatan makan malam, ponsel Ray bergetar. Ada sebuah pesan masuk.

Via

Hallo Ray. Gimana nasib lo?

Kyud CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang