30. Selamat Tinggal, Ray!

389 29 0
                                    

~ Butuh kejujuran tentang rasa sendiri. Atau harus siap untuk kehilangan ~

🍁🍁🍁

Jam weker berdering tepat pukul 05.00. Itu adalah alarm yang Mia setel untuk terbangun. Baru tiga jam Mia tertidur. Rasanya masih ingin bersembunyi di balik selimut. Tapi ada yang harus dilakukannya. Ayolah Mia! Kamu bukan seorang putri yang boleh bermalas-malasan meskipun sedang lelah sekalipun.

Mia pergi ke toilet untuk mencuci wajah, dan keluar dari kamar hendak menuju dapur.

Meski sudah cuci muka, matanya tetap masih menyipit seolah minta untuk diajak tidur lagi.

"Astaga!" teriaknya kaget ketika melihat Ray di dapur. "Ray ngapain pagi-pagi gini di dapur?" tanyanya.

"Lo sendiri mau ngapain?"

"Mmm, mau buat sarapan."

"Lo ke kamar aja. Istirahat lagi. Biar gue yang buat sarapan."

"Jangan Ray, biar Mia yang buat. Ray aja yang istirahat lagi."

"Lo mandi aja gih sana! Gue lagi pengen masak."

"Seriusan gapapa Ray yang bikin sarapan?" tanya Mia agak ragu.

"Iya serius."

Mia membalikkan badannya hendak kembali ke kamar untuk mandi.

"Eh tunggu!"

"Ya?"

"Jangan keluar kamar kalau belum gue suruh keluar!"

Mia mengangguk, tak masalah. "Oke," katanya.


***


"Ray, Mia mau ngomongin sesuatu."

Mia baru memulai pembicaraan karna sejak tadi diantara dia dan Ray, keduanya hanya saling diam. Memilih untuk menikmati sarapan tanpa bincangan. Sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Kecuali jika ada Umi. Tapi pagi ini suasananya terasa berbeda meski mereka sudah biasa saling diam-diaman.

"Mia mau bilang kalau--
Mia hendak mengucapkan sesuatu tapi berhasil di sela oleh Ray.

"Eh, lo katanya mau belajar nyetir mobil. Buruan abisin makannya. Ayo gue ajarin." Ray yang sudah menghabiskan makanannya segera berdiri menuju tempat cuci piring. Dia sengaja menyibukkan diri agar terlihat sibuk supaya Mia tidak jadi bicara.

Mia menyusul Ray dan membantu mencuci piring.

"Mobilnya udah Mia jual. Trus Mia beli motor."

"Kok di jual? Kenapa?"

"Rasanya belum butuh, Ray."

"Biar gue aja yang nyuci piringnya," Ray mengambil piring dari tangan Mia dan mencucinya.

Sumpah ini beneran aneh bagi Mia. Ada yang salah dengan Ray sejak semalam.

Ketika Mia baru saja pulang dan Ray yang tiba-tiba memeluknya sangat erat. Sangat kontras dengan Ray saat sore. Saat ketika dia berteriak-teriak dan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan saat dicerna oleh indra pendengaran. Lalu dia bersikap seolah paling khawatir dengan Mia. Dan pagi ini dia masih bersikap aneh. Bangun lebih awal dan mengambil alih dapur dari Mia.

Kyud CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang