Part 22

6.2K 393 10
                                    


****

Prilly terus memeluk lengan Ali seakan-akan Ali akan meninggalkannya. Sementara Revan sang kakak yang melihat adegan mesra tersebut hanya memutarkan matanya jengah melihat adik semata wayangnya itu selalu bergelayut manja dengan Ali.

"Prill, kasihan suami lo. Lo gelayutan mulu" jengah Revan.

"Ck, bilang aja lo iri kan lihat gue mesra-mesraan sama Ali? Makanya sana lo cari pasangan, terus ajak nikah. Masih betah dengan status jomblo?" Cibir Prilly.

Pletak!!

Revan menjitak kening Prilly membuat Prilly mengadu kesakitan. Ia pun mendelik tajam ke arah sang kakak.

"Kak Revan! Sakit!" Pekik Prilly.

"Lah itu sih salah lo sendiri, kurang ajar sama kakak sendiri" balas Revan jutek.

Ali yang melihatnya terkekeh pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Adik dan Kakak yang satu ini memang selalu bertengkar, namun ia yakin mereka saling menyayangi satu sama lain. Tiba-tiba saja Ali teringat dengan adik semata wayangnya, Neyza. Yap! Ali merindukan adiknya itu, terutama Bunda Resi.

Prilly yang menyadari Ali yang sedari tadi diam pun mengalihkan perhatiannya ke Ali. Suaminya itu tampak murung.

"Sayang" panggil Prilly.

Ali tersentak akan panggilan Prilly, ia pun menoleh ke arah istrinya itu.

"Iya, sayang. Kamu mau sesuatu?" Tanya Ali lembut.

Prilly menggelengkan kepalanya sambil terus menatap Ali lekat. Sepertinya ada sesuatu yang Ali sembunyikan darinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Prilly lembut.

Ali mengulas senyumnya, istrinya ini memang bisa membuat dirinya tenang.

"Aku rindu dan ingin bertemu dengan Bunda dan Nezya" balas Ali.

Prilly mengulas senyum manisnya. Ia pun sama seperti Ali, ia merindukan sang mertua dan juga adik ipar. Prilly sangat ingin mengunjungi kediaman Bunda Resi yang berada di Bandung.

"Aku juga rindu dengan mereka, sayang. Kenapa kita gak ke Bandung saja?" Ucap Prilly.

"Lusa aku akan flight ke Makassar dan berada 3 hari di sana" jawab Ali lesu.

Prilly kembali mengulas senyumnya, kemudian tangganya pun terangkat untuk mengusap lembut lengan Ali.

"Ya sudah, selepas flight dari Makassar kita pergi ke Bandung. Ya sayang?" Ucap Prilly.

"Iya, akan ku usahakan" ucap Ali.

****

Berat rasanya ketika Prilly akan di tinggalkan Ali karena pekerjaannya sebagai pilot. Saat ini Prilly mengantarkan Ali ke Bandara Soekarno-Hatta. Awalnya Prilly ingin ikut Ali ke Makassar, namun Ali tidak ingin Prilly kelelahan bila ikut dengannya.

Prilly memeluk erat tubuh kekar Ali. Hormon kehamilannya ini memang membuat Prilly tidak ingin berjauhan dengan Ali.

"Aku akan sangat merindukanmu, sayang" bisik Prilly.

"Hey, aku hanya 3 hari ke Makassar. Jangan sedih gitu dong, sayang" ucap Ali saat melihat raut wajah sedih Prilly.

Prilly terus menatap wajah tampan suaminya itu.

"Aku ingin ikut denganmu, sayang" rengek manja Prilly.

Ali menangkup wajah Prilly, kemudian ia mengecup singkat bibir ranum istrinya itu.

"Hey, aku pergi bukan untuk liburan sayang. Aku janji setelah flight dari Makassar kita akan pergi ke Bandung, ke tempat Bunda. Oke?" Ucap Ali berusaha menenangkan Prilly agar tidak sedih.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang