Part 26

4.4K 299 15
                                    


****

Prilly tak menyerah begitu saja, ia berusaha untuk kabur dari tempat tersebut. Ia mencoba membuka ikatan pada talinya, namun tetap saja ikatan tersebut sangatlaj kuat. Prilly menghela nafasnya pelan, ia sangat tidak betah berada di tempat yang minim dengan oksigen.

Kreeekk...

Prilly menoleh ke arah pintu yang terbuka dan nampak seorang preman suruhan wanita yang menyekapnya. Preman tersebut datang sambil membawa sebuah nampan berisi makanan.

"lo harus makan, sebelum lo di bunuh oleh boss kami" perintah preman itu.

Prilly terkejut mendengarnya. 'di bunuh?' ucap Prilly dalam hati. Tidak! Ia tidak ingin di bunuh oleh wanita tersebut. Entah kenapa alasannya wanita itu akan membunuhnya karena Prilly tak pernah ketemu wanita itu sebelumnya.

"tolong bebaskan saya dari sini, saya tidak punya masalah sama sekali dengan boss kalian itu" ucap Prilly.

"heh! Kalau lo sama sekali gak punya masalah sama boss gue, lo juga pasti gak akan di culik dan di sekap kayak gini. Paham?!!" bentak preman itu.

Ketakutan kini melanda Prilly, tanpa ia sadari air matanya pun menetes keluar. Tubuhnya bergetar hebat, ia sangat takut dengan bentakan preman tersebut.

'Ali, aku takut' lirih Prilly dalam hati.

****

Ali baru saja tiba di bandara Soekarno-Hatta, hatinya merasa tak tenang karena hilangnya Prilly. Ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika telah terjadi sesuatu yang menimpa Prilly. Meski mertuanya sudah mengkerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Prilly, namun Ali tidak bisa tenang sebelum ia menemukan Prilly.

Ali segera menaiki taksi dan bergegas menuju rumah mertuanya. Dalam hatinya, Ali tak henti-hentinya memanjatkan doa agar Prilly segera di temukan dalam kondisi sehat.

Setibanya di rumah, Ali langsung masuk ke dalam rumah dan ia bertemu dengan Papah Rizal sedang diskusi dengan beberapa polisi.

"Pah" sapa Ali.

Ali mencium punggung tangan Papah Rizal.

"Pah, bagaimana dengan pencarian Prilly?" tanya Ali khawatir.

Papah Rizal menepuk pelan pundak Ali, ia tahu pria di hadapannya ini sangat khawatir dengan putri kesayangannya.

"tenanglah, li. Kamu baru saja sampai rumah, istirahat dulu" ujar Papah Rizal.

Ali menghela nafasnya pelan. Menyangkut Prilly, rasa lelah yang ia rasakan hilang begitu saja.

"tidak, pah. Ali mau cari Prilly" sahut Ali.

"baiklah, kamu duduk" ucap Papah Rizal.

Ali pun duduk di hadapan beberapa polisi.

"apa langkah yang harus kita lakukan pak polisi?" tanya Papah Rizal.

"langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengecek cctv di bandara dan sekitar untuk mencari ciri-ciri taksi yang saudari Prilly tumpangi" jelas salah satu polisi.

Ali dan Papah Rizal mengangguk mengerti. Mereka mendengar penjelasan dari polisi tentang langkah-langkah yang akan mereka lakukan dengan seksama.

Drrrttt.. Drrrttt...

Ponsel Papah Rizal berdering dan pria paruh baya itu pun segera mengangkat telepon tersebut.

"Halo, bagaimana?"

"...."

"baik, saya akan ke sana. Kalian tunggu di sana"

Papah Rizal menatap Ali dan beberapa polisi secara bergantian.

"anak buah saya sudah mendapatkan cctv itu dan mereka sudah tahu dimana Prilly di sekap" jelas Papah Rizal.

"baik, kita harus segera ke tempat penyekapan sebelum pelaku mengetahui bahwa kita menuju ke tempat itu" seru polisi.

"Ali ikut, pah" sahut Ali.

"tapi, li. Kamu baru saja pulang"

Ali menggeleng, ia tetap ingin ikut mencari Prilly tanpa peduli jika ia lelah.

"tidak, pah. Ali tetap harus ikut cari Prilly sampai ketemu" kekeh Ali.

Papah Rizal menghela nafasnya pelan, ia tidak mungkin memaksa Ali untuk tidak ikut mencari Prilly. Ali dan Papah Rizal pun bergegas menuju tempat penyekapan Prilly.

'Ya Tuhan, lindungilah Prilly dari hal jahat' batin Ali.

Mobil yang di tumpangi Ali dan Papah Rizal melaju sangat cepat dan di ikuti oleh mobil polisi yang sengaja tidak menggunakan mobil dinas mereka karena polisi tidak ingin si pelaku melarikan diri.

Setiba di tempat tujuan, Ali menatap tempat tersebut. Ia tidak percaya jika Prilly di sekap di tempat yang tidak layak untuk wanita hamil.

"Ali harus segera membawa Prilly pergi, Pah" seru Ali sambil melepas seatbelt yang ia pakai.

"jangan gegabah, li. Kita harus ikuti intruksi dari polisi" ucap Papah Rizal.

Ali menghela nafasnya pelan, ia sudah sangat tidak tenang dan ingin segera membawa Prilly keluar dari tempat tersebut.

Di sisi lain, Prilly tampak lemas tak berdaya. Seluruh tenaganya sudah terkuras habis karena mencoba untuk melepas diri dari penculik itu dan terus menintikan air mata. Dalam hatinya berharap jika Ali segera menemuinya di tempat yang ia tidak tahu dimana.

'Ya Tuhan' rintih Prilly dalam hati.

Kreeeeeeekkk!!

Bunyi pintu terbuka menyita perhatian Prilly, ia melihat seorang wanita bertubuh ramping berjalan menghampirinya. Tatapan si wanita seakan ingin menghabisi nyawanya sekarang juga. Prilly sangat yakin jika wanita yang berada di hadapannya ini adalah boss dari para preman yang menculiknya.

Sayang sekali Prilly tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah dari wanita itu karena wajahnya di tutupi dengan masker dan kacamata.

"Kenapa kau tega menyuruh mereka menculikku? Apa salahku?" tanya Prilly.

Wanita itu tak menjawab pertanyaan Prilly, ia terus melempar tatapan tajamnya kepada Prilly.

"tolong, lepaskan aku dari sini" sambung Prilly.

Tiba-tiba saja wanita itu tertawa lepas.

"usahaku sia-sia jika aku melepaskanmu sekarang, Mrs. Pratama" bisik wanita itu tepat di telinga Prilly.

Prilly ingin menangis saat ini, namun air matanya tak keluar karena ia pun terus menangis sehingga stok air matanya habis.

Namun tiba-tiba saja....

****











Hai hai hai..
I'm back for you 😂 maaf ya karena part ini aku buat sedikit karena ini juga yang ada di pikiranku.
Dan maaf juga nanti aku akan lama nextnya mengingat UNBK smk bulan maret nanti..
Bagaimana ceritanya?? Maaf kalau banyak typo di part ini ya..
Jangan lupa untuk Voment dan ingat! Jangan jadi sider!! Di larang keras loh..hehehe

#tbc

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang