Part 8

7.3K 436 3
                                    


~~~
"Menunggu biarlah menjadi kebiasaanku, berjuang biarlah menjadi rutinitasku. Yang harus kau lakukan adalah menghargai segala perjuanganku selama ini. Tapi apa yang ku dapatkan setelah menunggu dan berjuang?"
~Aliandra~

****


Akhirnya Ali bercerita kepada Rian apa yang terjadi kepadanya selama ini. Rian pun menyimaknya dengan baik dan sesekali ia menggeram kesal. Bagaimana mungkin sahabatnya ini bisa bertahan dengan seorang gadis yang jelas-jelas sudah menyakiti hatinya? Sungguh Rian tidak bisa melihat Ali yang di sakiti oleh seorang gadis. Menurutnya, di luar sana masih banyak gadis yang pantas Ali dapatkan.

"Bro, gue gak tega banget lihat lo di sakiti sama seorang gadis. Di luar sana masih banyak gadis yang berhak lo miliki" ucap Rian.

Ali menghela nafasnya pelan, mencoba untuk menguatkan hatinya.

"Di luar sana emang banyak, yan. Tapi gue hanya mencintai satu gadis saja, yaitu Prilly. Gue gak bisa mencintai selain dia" balas Ali.

Rian menoleh ke arah Ali dan menatapnya iba. Pria baik seperti Ali ini masih saja mendapatkan hal buruk dan itu di dapatkan karena seorang gadis. Rian memijit keningnya yang merasa sedikit pusing.

"Ya sudah, kalau itu emang keputusan lo gue gak bisa apa-apa. Kalau emang takdir lo untuk dia, jalani saja. Kita tidak tahu apa jalan yang Tuhan gariskan" ucap Rian bijaksana.

Ali menganggukan kepalanya, ia membenarkan perkataan sahabatnya itu.

"Terus apa rencana lo ke depannya?" Tanya Rian.

"Gue mau cari informasi tentang kekasihnya Prilly, asal usulnya dan kegiatannya sehari-hari" ucap Ali.

Rian menganggukan kepalanya, apapun yang akan Ali jalankan pasti Rian akan mendukungnya.

"Bagaimana caranya? Kan jadwal lo lagi padat banget akhir-akhir ini" tanya Rian.

"Tenang saja, yan. Gue bakal suruh orang kepercayaan alm. Ayah untuk mencari informasi itu secepatnya" balas Ali.

Rian hanya menganggukan kepalanya mengerti.

"Semoga lo mendapatkan apa yang lo inginkan" ujar Rian sambil menepuk pelan pundak Ali.

Ali membalasnya hanya senyuman tipis.

"Thanks, bro. Lo mau dengar keluh kesah gue" ucap Ali sambil menyunggingkan senyumnya.

"Sama-sama, kalau lo emang ada masalah cerita aja sama gue. Gue siap jadi tong sampah tampan lo" balas Rian dan membuat Ali terkekeh pelan.

"Tampan kalau lo pake topeng cepot, yan" ledek Ali dan di iringi tawanya yang menggelegar.

Sedangkan Rian hanya menatap Ali kesal.

****

Ali tampak memasukan beberapa pakaiannya ke dalam koper miliknya. Yap! Besok ia akan flight ke Bali. Tidak terlalu jauh dari Jakarta, namun ia ingin merefreshkan segala pikirannya di sana. Tiba-tiba terdengar pintu terbuka dan di dapati sosok Prilly. Gadis itu mengernyitkan dahinya melihat Ali tengah memasukan pakaiannya ke dalam koper.

"Lo mau kemana?" Tanya Prilly.

Sontak Ali menoleh ke arah Prilly yang berdiri di ambang pintu kamar.

"Besok aku akan ke Bali, ada yang harus aku kerjakan di sana" balas Ali.

Prilly ber-oh ria. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju meja rias dan menghapuskan bekas make upnya.

Setelah selesai mengemasi barangnya, Ali pun duduk di tepi ranjang dan memandang Prilly yang masih membersihkan sisa make upnya. Entahlah, ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar bisa mendapatkan cinta gadis itu. Sempat Ali berpikir untuk menyerah mendapatkan cintanya Prilly, namun keputus asaannya di kalahkan oleh kekuatan cintanya.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang