Don't Leave Me - 11

2.8K 240 32
                                    

Siwon menghabiskan sepanjang harinya untuk bekerja. ia tidak tau apa yang harus ia katakan pada Yoona. Beberapa hari ini, ia sengaja pulang malam dan berangkat pagi-pagi. ia tidak pernah masuk ke kamar Yoona walaupun hanya untuk melihatnya. Ia takut Yoona menuntut jawaban darinya. Setiap malam, setelah pulang ia akan menghabiskan malam di kamar ditemani alkohol. saat ini kamarnya menjadi tempat penyimpanan alkohol.

Pagi itu ia melewatkan rapat dengan kakak iparnya karena efek mabuknya yang membuatnya drop. Ia bangun kesiangan dan saat tiba di kantor, Seulong sudah duduk di ruangannya menunggunya.

"Apa yang kamu lakukan tadi malam sampai bangun kesiangan begini?" goda Seulong, Siwon tidak menanggapinya. Ia tau kakak iparnya itu memang jail. "Kalian melakukannya?"

Siwon hanya diam

"Kamu makin lama makin tidak asyik, tidak bisa diajak becanda" ujar Seulong dan Siwon diam

"Adikku tidak keluar kamar lagi?"

"Hyung, ahjumma telepon, ia mengatakan Yoona sakit" ujar Kyuhyun yang menerobos masuk ke ruangannya

Siwon menelepon dokter langganannya dan memintanya ke rumah untuk memeriksa istrinya. Seulong menatapnya heran. Biasanya pria itu akan sibuk jika menyangkut adiknya.

"Kamu yakin ingin seperti ini seterusnya?" tanya Seulong dan Siwon hanya diam, semua ini membuat Seulong semakin marah.

"Lihatlah dia tidak bahagia, jika kamu benar mencintainya maka lepaskanlah dia. Jika dia kembali maka berarti dia milikmu selamanya"

Siwon mengangguk, ia mengerti. Jika itu bukan miliknya, sekuat apa pun ia menahannya, selamanya juga tidak akan bisa ia miliki. Yang ada hanya menimbulkan luka. Dan jika itu miliknya seberapa keras pun ia menolak, tetap akan menjadi miliknya juga.

***

CHOI SIWON POV

Aku kembali ke rumah untuk melihat kondisinya, ahjumma mengatakan ia sakit karena beberapa hari ini ia tidak mau mengonsumsi apa pun. Semua ini salahku juga, aku memilih menghindarinya sehingga tidak tau apa yang ia lakukan. Aku mementingkan egoku dari pada dirinya. Aku masuk ke kamarnya dengan membawa segelas susu, aku tidak akan menghindarinya lagi. Kebahagiaannya dan juga bayi dalam perutnya adalah yang paling penting untukku.

"Kamu sedang apa?" tanyaku, ia duduk di dekat jendela. Pandangannya kosong. Mendengar suaraku, ia melihat ke arahku. Ia hanya diam menatapku tanpa berniat menjawab pertanyaanku. "Ini susumu, minumlah"

Ia mengabaikanku

"Ahjumma mengatakan kamu sakit," mataku tertuju pada perutnya, jika ia tidak mau mengonsumsi apa pun itu tidak akan baik untuknya maupun bayinya. "Kamu harus makan yoong"

"Apa kamu ingin makan masakan eommunim? Aku akan mengantarmu kesana"

Yoona menggeleng. Aku mengangguk, aku paham saat ini.

"Aku mohon kamu jangan seperti ini, menyiksa diri sendiri untuk menyiksaku" ujarku, "Aku mencintaimu, ini bukan hanya karena aku mencintaimu tapi hanya kamu yang aku cintai. Jika bukan kamu, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi"

Ia masih betah menunduk

"Aku tau semua ini karena permintaanmu hari itu, baik. Baik, aku akan melepaskanmu" ujarku, "Jika menahanmu lebih lama disisiku, tidak akan ada yang bahagia. Terlebih kamu begitu terluka, bukan hal itu yang aku inginkan. Aku ingin kamu bahagia, tapi jika kebahagiaanmu bukan denganku. Aku tak mampu berbuat apa-apa. Maaf, aku melukaimu. Maaf aku menghancurkan kehidupanmu yang begitu sempurna"

Aku menghapus air mata yang mengalir dari kedua bola mataku.

"Aku menyerah bukan karena aku tidak mencintaimu lagi, tapi karena aku terlalu lelah untuk mendapatkan luka dan kamu tak pernah sekalipun mempedulikanku" ujarku, keputusan ini tidak akan membuat siapa pun lebih terluka dari pada aku. Tapi setidaknya hanya aku yang terluka bukan dia.

"Kita akan berpisah setelah bayi kita aniy bayiku lahir. Aku akan melepaskanmu tapi aku tidak akan melepaskan bayiku. Dia milikku, karena kamu tidak menginginkannya, tapi aku tidak pernah menolaknya" aku memutuskan meninggalkan kamarnya. Aku tidak tau harus bagaimana menatapnya lagi. aku tidak sanggup mengatakan perpisahan untuk kedua kalinya. Setidaknnya malam ini kita sudah menyelesaikannya.

Aku berjalan keluar tapi hatiku masih tersimpan harapan untuk bersamanya. aku masih berharap ia berubah pikiran dan mengatakan akan menemaniku merawat bayi kita. sampai pintu kamar tertutup, aku tidak mendengarkan apa pun suaranya. Mungkin ini akhir dari kisah kita. PERPISAHAN.

***

Sejeong yang baru keluar dari ruang perawatan ayahnya itu berniat pulang. Tapi perhatiannya tertuju pada dua orang wanita dan seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. Seorang wanita itu berlutut sambil menangis. Pria itu hanya menatapnya dengan tatapan bosan.

"Kalian kembalikan anakku" teriaknya, ia menangis dan mengenggam erat kaki wanita yang memakai sepatu hak tinggi dan tampak sombong itu.

Tak ada respon apa pun membuat wanita itu berdiri dan mengedor pintu ruangan dokter.

"Jika anak itu memang anak suamiku, kenapa kamu takut untuk melakukan tes dna?" teriak wanita sombong itu

"Aku tidak mengatakan dia anaknya. Bayi itu anakku. Aku tidak mungkin memiliki anak dengan pria kejam ini" ujarnya "Aku mohon, jangan sakiti putraku. Jarum itu akan menusuk ke kulitnya yang masih begitu rapuh. Aku mohon hentikan. Aku akan pergi, aku tidak akan muncul lagi di hadapan kalian semua"

"Aku mohon,,"

Sejeong menangis melihat wanita itu. Ia memegang perut buncitnya sambil berpikir. Apakah bayinya juga akan bernasib seperti ini.

***

Sejeong pulang ke rumah keluarga choi. Semua orang memperlakukannya dengan baik kecuali Sehun. Ia tiba berpas-pasan dengan Sehun.

"Aku ingin bicara" ujar Sehun dan bagai kerbau dicucuk hidungnya, Sejeong pun mengikuti langkah Sehun.

"Aku tidak akan mengambil anak ini" ujar Sehun setelah mereka tiba di kamar, sebuah kelegaan besar untuk Sejeong. Itu artinya mereka tidak perlu melakukan test dna untuk bayinya.

Ia mengangguk tanpa mengatakan apa pun.

"Aku akan kembali dengan Yoona" ujar Sehun, satu kalimat ini mampu membuat Sejeong meledak. Ia marah bukan hanya pada Sehun tapi juga pada yoona. Bagaimana bisa wanita itu melukai hati pria sebaik Siwon.

"Aku tidak peduli jika kita bercerai dan kamu menikah dengan gadis lain.  Tapi aku tidak akan setuju jika wanita itu Yoona" ujar Sejeong, untuk pertama kalinya wanita itu menyatakan protesnya.

"Kenapa? Apa hakmu melarangku?"

"Aku memang tidak berhak. Tapi pikirkanlah, dia istri hyungmu. Apa kamu sanggup melakukan hal ini?"

"Dia sudah bukan hyungku lagi"

"Seharusnya kamu tidak mengatakan hal ini, dia sudah berkorban terlalu banyak untukmu. Membiarkan dirinya dibenci hanya untuk melindungimu" ujar Sejeong

"Bicaramu semakin tidak masuk akal" ujar Sehun "Aku tidak meminta pendapatmu, aku hanya memberitahumu"

"Baik, tapi demi Siwon oppa, aku harus memberitahumu. Malam itu saat kita bertemu di cafe dan kamu memintaku untuk menggugurkan kandunganku, dia berada disana. Setelah kamu meninggalkanku, dia menghampiriku dan mengatakan dia akan menggantikanmu untuk bertanggung jawab padaku. Aku menolaknya karena aku mencintaimu, dia mengatakan padaku untuk tidak menyakitimu dan Yoona. Kebahagiaan kalian berdua adalah yang terpenting untuknya. Aku menolaknya dan ia merasa aku adalah ancaman terbesar untuk menyakiti Yoona. Semua yang terjadi pada Yoona adalah diluar kendalinya. Aku tau dia melakukan semua ini untuk melindungi kalian, dia tidak pernah membiarkan Yoona tau apa yang sudah kamu lakukan di belakangnya selama ini"

"Kamu pikir aku percaya?" Sehun memilih mempertahankan egonya, ia tidak ingin tampak kalah di hadapan Sejeong.

"Terserah padamu, setidaknya aku sudah membiarkanmu tau" Sejeong meninggalkan kamar, ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan keluarga choi lebih cepat. Cepat atau lambat hasilnya akan tetap sama, jadi lebih cepat mengakhiri maka perasaan sakit tidak akan begitu dalam.





TBC

Don't Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang