Yoona terbangun karena bunyi telepon Siwon, saat ia membuka mata, ia melihat Siwon buru-buru mengangkat teleponnya. Yoona berpura-pura kembali tertidur setelah ia melihat Siwon sepertinya mengecek keadaannya sebelum berbicara.
"Kalau begitu cari orang lain saja" ujar Siwon "Bayar berapa pun yang mereka minta"
"Hyung, kenapa tidak meminta dari yoona saja?" tanya Kyuhyun
"Dia baik padaku bukan berarti dia bersedia melakukannya untukku" ujar Siwon "Aku tidak akan pernah memaksakan sesuatu padanya"
"Tapi ini juga anaknya hyung. Dia tidak bisa begitu egois"
"Lakukan apa yang aku perintahkan kyu. Jangan mengatakan hal yang aneh. Jika kamu tidak bisa melakukannya maka selamanya tidak usah terlibat dalam masalahku" ujar Siwon,
"Baik, kamu cari saja wanita yang bersedia menjual asi untukmu sajangnim" kyuhyun mengakhiri pembicaraan mereka.
Siwon membuang ponselnya ke atas meja dengan kesal. Lalu ia menatap sekilas ke arah yoona, setelahnya ia masuk ke kamar mandi.
Yoona meneteskan air matanya, suaminya lebih memilih membayar wanita lain daripada meminta padanya.
***
Setelah Siwon berangkat ke kantor, Yoona baru beranjak dari tempat tidur, ia tahu moodnya tidak begitu baik. Maka ia tidak ingin bertemu dengannya.
"Ada apa?" Kyuhyun menjawab panggilan dari Yoona dengan begitu ketus.
"Kenapa kamu galak sekali?"
"Cepatlah, aku sedang banyak urusan"
"Masalah asi,,"
"Aku tidak mengurusi masalah pribadi kalian" Kyuhyun masih merajuk soal kejadian tadi pagi. "Aku tutup"
"Cho kyuhyun, aku akan memecatmu jika kamu tutup" teriak Yoona "Aku tidak peduli apa yang terjadi antara kamu dan suamiku, hanya saja kamu sahabatku, aku mohon,,"
"Katakanlah dengan cepat"
"Aku akan memberikannya padamu, tapi jangan biarkan dia tahu kalau aku yang memberikannya" ujar Yoona
"Dan kamu meminta bayaran?" tanya Kyuhyun
"Tidak, hanya jangan biarkan orang lain tahu. Katakan saja padanya jika kamu sudah menemukan orang lain"
"Tapi kenapa?"
"Lakukan saja"
"Ne, baiklah"
***
Siwon masuk ke ruangannya tanpa mempedulikan kyuhyun yang sedang membacakan jadwalnya. Ia masih marah dengan Kyuhyun, ia marah karena ia merasa benar apa yang Kyuhyun katakan tapi ia tidak bisa membenarkannya.
Kyuhyun mengikutinya masuk dan Siwon memanggil Tifanny untuk masuk juga.
"Mulai hari ini semua jadwalku diurus saja oleh Tifanny," ujar Siwon dan Kyuhyun menatapnya tidak percaya. Sedangkan Tifanny mengangguk dan tersenyum
"Baik" ujar Kyuhyun, ia melemparkan tab yang berisi jadwal Siwon itu ke meja kerja bosnya itu. Setelahnya ia berjalan akan meninggalkan ruangan Siwon.
"Kamu kembali menjadi GM saja, cukup Tifanny yang menjadi sekretarisku" ujar Siwon lagi
Kyuhyun mengabaikannya, ia kecewa dengan sikap Siwon. Walaupun tadi ia sedang kesal, ia akan tetap profesional. Tapi ternyata bosnya itu yang tidak profesional sekali.
"Sajangnim, apa aku perlu membuatkan kopi?" tanya Tifanny setelah Kyuhyun meninggalkan mereka
"Tidak perlu, keluarlah" ujar Siwon
***
Kyuhyun kesalnya setengah mati pada kelakuan hyungnya. Ia menyusun barang-barangnya ke dalam kotak. Ia tidak akan pindah kembali ke ruangannya tapi ia tidak akan bekerja lagi.
Yoona meneleponnya lagi,
"Ada apa lagi?" tanya Kyuhyun
"Apakah hari ini Siwon oppa sibuk?" tanya Yoona
"Aku tidak tahu, tanyakan saja pada sekretarisnya"
"Kamu tahu hubunganku dengan wanita itu tidak baik kan? Kenapa kamu begitu,"
"Suamimu memilih dia menjadi sekretarisnya mulai saat ini, jadi jika ingin bertanya apa pun jangan padaku lagi"
"Apa dia memecatmu?" tanya Yoona
"Aniy,,"
"Kyu a, kalau bukan kamu yang menjadi asistennya, aku tidak bisa tenang"
"Jika dia mencintaimu, dia tidak akan berpaling darimu"
"Tapi itu wanita ular"
"Sudahlah, aku tidak mengurus masalah pribadi kalian" ujar Kyuhyun
***
IM YOONA POV
Aku memutuskan untuk mengantar asiku ke rumah sakit sendiri saja. Mungkin kyuhyun sedang sakit hati karena perkataan Siwon oppa pagi tadi. Aku tidak bisa membantunya untuk menegur Siwon oppa karena aku tidak ingin ia tahu kalau aku menguping pembicaraan mereka.
Setibanya disana, aku melihat Siwon oppa berada disana dengan Tifanny. Apakah mimpiku akan jadi kenyataan? Bisa saja saat ini ia tidak memiliki perasaan apa pun pada wanita itu, tapi bukankah cinta akan tumbuh subur jika setiap hari disiram dengan perhatian, sesuatu yang tidak pernah aku berikan padanya. Aku harus bagaimana, waktu kebersamaan mereka lebih panjang dibandingkan bersamaku.
Keduanya berjalan berdampingan meninggalkan ruangan bayi. Setelah mereka pergi, aku baru masuk kesana. Aku terpaksa membohongi susternya jika aku diminta kyuhyun untuk mengantar asi itu. Untung saja aku menutup mulutku dengan masker, sehingga mereka tidak akan mengenaliku.
"Oh, tuan choi baru saja pergi. Jika lebih cepat mungkin nona akan mendapatkan uang darinya" ujar Suster itu
"Nde?"
"Bukankah tuan cho asistennya tuan choi membeli asi dari anda? Aku heran mengapa pria setampan tuan choi itu mempertahankan wanita jahat itu sebagai istrinya lagi. Asi saja harus beli dari wanita lain, ntah diletakkan dimana hati nuraninya sebagai seorang ibu dan istri. Seharusnya tuan choi menikahi wanita tadi saja, wanita itu yang selalu menemaninya menjenguk putrinya ini"
Air mataku menetes, apa yang ia katakan tentangku itu benar, hanya saja lebih tepatnya aku tidak memiliki hati. Aku membuka maskerku dan ia menatapku terkejut.
"Mianhae samunim, mianhae, mianhae" ujarnya berulang-ulang. Ia tentu saja mengenaliku sebagai istri dari tuan choi yang disebutnya dan aku adalah wanita yang ia katakan tidak memiliki hati nurani.
"Gwenchana," ujarku
"Mianhae samunim,,"
"Apa wanita tadi sering menemaninya??" tanyaku dan ia mengangguk, sekarang tamatlah riwayatmu Im Yoona. Kamu bukan lagi yang diharapkan mendampinginya sepanjang hidupnya, posisimu sudah siap digantikan kapanpun kamu inginkan. Jika sekali lagi kamu meminta cerai maka kamu akan diceraikan langsung.
"Jangan terima asi darinya lagi, aku akan mengantarkan setiap hari" ujarku, lalu aku meninggalkannya yang terus merasa menyesal mengataiku. Aku malas mempedulikannya karena ia hanya berpura-pura menyesal.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me
Fanfiction"Bisakah kamu tetap tinggal disini?" tanyanya "Setidaknya tetaplah disini sampai kita benar-benar berakhir" aku hanya diam "Sebegitu bencikah kamu padaku? Sehingga kamu begitu menderita jika bersamaku?" tanyanya lagi Aku tidak tau mengapa aku susah...