Sehun - Sejeong Part
KIM SEJEONG POV
"Apa yang membuatmu datang kesini?" tanyaku padanya, ia datang dan pergi sesuka hatinya.
"Kamu kira aku akan melepaskanmu begitu saja setelah apa yang sudah kamu lakukan padaku? Kamu mengacaukan hidupku" ujarnya, aku begitu ingin menonjok wajahnya. Dia berkata seolah hanya aku yang salah disini. Aku ingat dengan jelas bagaimana kita awal hubungan terlarang kita terjadi, dia yang mengajakku. Menawarkanku sejumlah uang untuk biaya pengobatan appaku dan sekarang ia menyalahkanku.
"Maka jangan mendekatiku lagi, aku hanya seorang pengacau" ujarku dengan ketus, jangan berharap aku akan bersikap lembut padamu lagi.
"Kamu membuat aku kehilangan hyung terbaikku. Kamu membuatku menjadi seorang pengkhianat, kamu membuatku kehilangan wanita yang aku cintai" teriaknya, mengapa dia yang berteriak, bukankah aku yang rugi banyak disini. Mengapa dia yang marah. Dia kehilangan mereka setidaknya hanya hubungan mereka yang tidak baik. Sedangkan aku kehilangan appaku untuk selamanya.
"Sekarang aku sudah pergi darimu, kamu hanya perlu menanda tangani surat cerai yang aku kirimkan untukmu. Bukankah kamu mengatakan tidak menginginkan bayi ini lagi. Jadi kita tidak perlu menunggu kelahirannya untuk perpisahan kita"
"Apakah kamu seseorang yang tidak bertanggung jawab seperti ini? Setelah kamu mengacaukan semuanya, kamu mau pergi begitu saja?"
"Bukankah kamu yang mendorongku untuk pergi tanpa memberiku pilihan?" aku meneteskan air mataku. Dia yang memintaku untuk pergi darinya tapi sekarang ia berbicara seolah aku pergi begitu saja.
"Aku menghukummu untuk bertanggung jawab atas hatiku yang kamu kacaukan seumur hidupmu" Sehun meraihku dalam pelukannya. Aku pun langsung mendorongnya.
"Pergilah" ujarku "Aku mohon jangan datang lagi, aku tidak ingin melihatmu lagi. Semua yang terjadi diantara kita adalah sebuah kesalahan. Aku minta maaf sudah mengacaukan semuanya, aku tidak seharusnya mencintaimu di saat kamu sudah menjadi milik wanita lain. Aku tidak seharusnya membiarkanmu meniduriku, semua salahku. Aku akan menjelaskannya pada Yoona" aku tidak ingin berharap terlalu banyak padanya dan pada akhirnya aku mendapatkan luka lebih banyak.
"Apa kamu akan bahagia jika aku kembali pada Yoona?" tanya Sehun
Aku mengangguk
"Aku bahagia asalkan kamu juga bahagia" ujarku sambil menghapus air mataku
"Jika kebahagianku saat ini bersamamu, apakah kamu akan kembali padaku?" aku tahu bagaimana dia masih mengharapkan Yoona, bagaimana mungkin aku kembali padanya jika hatinya masih milik wanita lain.
Aku menggeleng
"Aku sudah memutuskan untuk tidak pernah melihat lagi ke belakang" ujarku "Aku akan lebih baik tanpamu"
"Aku akan menunggumu membuka hatimu lagi untukku" ujar Sehun
"Tidak akan pernah, pergilah. Jangan sia-siakan waktumu untuk hal yang tidak penting" ujarku
Dia melangkah keluar, aku tahu dia tidak mungkin memohon padaku. Aku bukan hal yang pantas untuk ia perjuangkan. Aku kembali menangis.
***
AUTHOR POV
Sejeong memutuskan untuk memesan makanan siap saji untuk makan malamnya. Ia sedang kelaparan dan hujan diluar membuatnya malas untuk melangkah keluar rumah. Perutnya begitu besar, ia sering kelelahan. Ia tidak lagi bekerja, untung saja Siwon berbaik hati memberikannya sedikit uang jajan untuk keperluannya.
Pesanannya tiba,
"Gomawo" ujar Sejeong setelah menerima pesanannya dan membayar.
"Nona, aku melihat seorang pria duduk di depan sana. Apa nona mengenalnya?" tanya pengantar makanan tersebut.
Sejeong melihat ke arah yang ditunjuk oleh pengantar makanan itu. Ia terkejut pria itu adalah Sehun.
"Aku tidak mengenalnya" ujar Sejeong
"Baiklah"
"Tuan, tolong berikan payung ini padanya" ujar Sejeong sambil menyerahkan payung itu pada pengantar makanan itu.
***
Sejeong tidak tega juga, setelah masuk ke rumah dan menutup pintunya. Setiap menit dia mengecek melalui jendela apakah Sehun masih disana.
Satu jam berlalu dan pria bodoh itu masih disana, tanpa memakai payung darinya. Ia memutuskan untuk keluar menemuinya.
"Kenapa masih disini?" tanya Sejeong
"Aku akan tetap disini sampai kamu bersedia ikut pulang denganku"
"Mengapa harus?"
"Kamu istriku, tentu kamu harus ikut pulang denganku. Bukan bersembunyi di tempat hyungku"
"Aku tidak akan ikut denganmu"
"Kalau begitu jangan minta aku pulang" ujarnya lagi
"Terserah" Sejeong akan berbalik untuk meninggalkan sehun, tapi ia tidak tega, "Masuklah, aku tidak ingin menjadi penyebab kematianmu"
***
Setelah membersihkan diri, Sehun hanya mengenakan handuk keluar dari kamar mandi. Sejeong sudah berbaring menyamping di tempat tidur hangatnya dengan dibalut selimut. Sehun memutuskan untuk berbaring di ranjang Sejeong, masuk ke dalam selimutnya dan meraih sejeong dalam pelukannya. Ia merasa lebih hangat dalam kondisi ini setelah tadi kehujanan. Sejeong yang sudah terlelap pun tidak peduli lagi.
Sehun semakin mempererat pelukannya, tangan nakalnya menaikkan sedikit baju tidur sejeong dan ia memegang perut buncit istrinya itu dari arah belakang. Bukan Sehun namanya jika tidak nakal, tangannya semakin naik ke arah dada Sejeong dan bibirnya mengecup leher sejeong.
Sejeong memukul keras tangan sehun yang berada di dalam selimut dan di atas kulitnya.
"Aww" sehun mengadu
"Tidurlah diluar" Sejeong menjauhkan tangan sehun dan ia beranjak duduk.
"Aku tidak punya baju dan aku kedinginan, apa kamu tega padaku?"
"Jika ingin tidur disini, tanganmu jangan sembarangan menyentuh" ujar Sejeong
"Aku sudah lama tidak menyentuhmu"
"Jika kamu sentuh aku lagi, aku akan mengikatmu" ujar Sejeong dengan tatapan menusuk
"Aku rela kamu ikat dan kamu yang memimpin" ujar Sehun dan Sejeong memukul kepalanya. "Yak, sakit"
"Makanya jangan mesum"
"Kamu benar tidak mau?"
"Tidak,," ujar Sejeong, ia kembali berbaring. Sehun juga ikut berbaring dan memperat pelukannya di pinggang sejeong. Ia juga sengaja mendekatkan juniornya di bokong sejeong.
"Kamu rasakan?"
"Choi Sehun" teriak sejeong
"Baik-baik. Aku tidak akan macam-macam lagi. Tapi biarkan tetap begini" sehun mengecup pipi tembem sejeong. Keduanya masuk ke dunia mimpi dengan cepat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me
Fanfiction"Bisakah kamu tetap tinggal disini?" tanyanya "Setidaknya tetaplah disini sampai kita benar-benar berakhir" aku hanya diam "Sebegitu bencikah kamu padaku? Sehingga kamu begitu menderita jika bersamaku?" tanyanya lagi Aku tidak tau mengapa aku susah...