#twenty eight

133 30 3
                                    


"Kau yakin dengan keputusanmu?" Tanya sehun meyakinkan.

Eunseo mengangguk dan tersenyum menanggapinya.

"Kau tahu kau sudah banyak membantuku,dan akupun mengerti resiko apa yang harus kau tanggung jika aku masih bertahan disini."

"Tapi itu tak masalah buatku" kata sehun mengelak.

"Tidak,itu cukup oppa,lagipula kau masih bisa bertemu denganku disana"

Eunseo mengakhiri obrolannya dan menarik kopernya keluar dari rumah sehun menuju mobil sehun yang bagasinya sudah terbuka.

Hari ini eunseo tak masuk sekolah,ia berkata pada jaehyun bahwa ia sedang sakit dan tidak bisa berangkat kesekolah untuk hari ini. Bersyukur jaehyun percaya.

Eunseo dan sehun masuk kedalam mobil,sehun menekan pedal gas nya dan membiarkan mobilnya melaju membelah jalanan kota seoul yang lenggang pagi ini.

Semalam,sambil terisak,eunseo meminta pada sehun agar membiarkannya tinggal dan dirawat dirumah sakit saja,ketimbang ia harus merepotkan sehun terlebih jaehyun.

Awalnya sehun menolak,dengan alasan sehun sudah bertindak cukup jauh menolong eunseo,sangat disayangkan jika berhenti begitu saja. Tapi eunseo bersikeras menerima nasihat sehun. Ia lebih keras kepala.

Eunseo merasa akan lebih baik jika sehun tidak ikut campur lebih lagi kedalam kehidupan eunseo yang tak jelas alurnya ini. Eunseo hanya ingin,setidaknya hidupnya tak merepotkan orang lain ketimbang hidupnya menjadi tak berguna.

Eunseo merasa ia tidak pantas untuk mendapat pertolongan dari kedua orang baik sekaligus. Eunseo juga belum siap jika keduanya harus masuk kedalam kehidupan eunseo secara intens.

Ia pikir sudah cukup untuknya membenci orang-orang terdekatnya. Ia tak ingin lagi mengulangi masa lalunya.

Eunseo bersyukur karena sehun menuruti keinginannya.

Mobil sehun berhenti tepat diparkiran rumah sakit jiwa,terpampang jelas nama rumah sakit diatas gedung sana.

Keduanya keluar dari mobil,dan sehun mengambilkan koper eunseo yang ia taruh dibagasi.

Eunseo terdiam sejenak dengan senyumnya yang masih terpajang jelas diwajahnya sembari memerhatikan gedung cukup besar didepannya ini.

Eunseo berpikir,akankah ia sanggup menjalankan keputusannya dengan baik ditempat ini?

Dan banyak pikiran-pikiran lain yang menyelundup merasuk kepala eunseo.
Sebelum akhirnya sehun menepuk bahunya dan membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Ayo" ajak sehun sembari melangkah mendahului eunseo,tentunya diikuti oleh eunseo yang berjalan dibelakangnya.

Disepanjang koridor rumah sakit,eunseo sudah paham dengan ekspresi orang-orang yang melihatnya datang,mereka terlihat seperti senang karena memiliki teman baru,mungkin?

Mereka menatap eunseo sembari tersenyum memamerkan sederatan giginya,satu hal yang menarik bagi eunseo,mereka dapat terus-terusan tersenyum bahkan saat mereka tinggal ditempat yang tidak bebas seperti ini.

Sedangkan dirinya,tinggal dimanapun itu tidak akan menjamin akan membuat dirinya tersenyum sebahagia mereka.

Satu hal yang membuat eunseo tertekan adalah bahwa ia sulit mengekspresikan perasaanya.
Selama ini ia selalu menampakkan gejala negatifnya saja dari penyakitnya. Jarang sekali ia menampakkan gejala positifnya.

Langkah keduanya sampai didepan pintu kamar yang sebelumnya sudah pernah eunseo tempati. benar,kali ini eunseo kembali ke tempat yang seharusnya.

Sehun dan eunseo masuk kekamar VIP eunseo,lalu sehun membantu membereskan beberapa pakaian eunseo dilemarinya. Selepas dengan itu,sehun duduk diranjang eunseo,sedangkan eunseo,ia melangkah ke arah jendela dan berdiri disana sembari menyingkap hordeng yang menghalangi cahaya matahari masuk.

One thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang