#twenty six

132 29 10
                                    

*play the song*

"Disetiap hembusan nafasku,aku berharap sedikit demi sedikit luka ikut keluar dari dalam diriku"-

_______

Aku membawa langkahku menuju balkon,aku ingin menatap langit malam dan menceritakan semuanya padanya. Aku yakin ia akan mendengarnya.

Langit disana begitu gelap,cahaya bulan-pun terlihat meredup,juga bintang yang tak bersinar seterang biasanya. Apa mereka juga sedang merayakan kesedihanku?

Aku senang jika benar demikian.












"Appa! Coba Lihat, aku dapat nilai berapa?" Kataku menunjukkan hasil ujian matematika-ku pada appa yang tengah sibuk dengan laptop-nya diruang tamu.

"Diam,pergi sana,mengganggu saja!" Bentak appa padaku tanpa melirik sedikit-pun padaku.

"Tapi appa,ini tidak seperti bi-"
Ucapanku terhenti dikala appa menggebrak meja didepannya dan menatapku tajam.

Jangan begitu,aku takut,appa.

Untuk pertama kalinya bagiku mendapat nilai sembilan puluh pada pelajaran matematika dikelas tiga.

Siapa yang tak bangga dengan hal semacam itu?

Setiap kali aku menunjukkan nilai-ku yang memang terbilang biasa saja pada kedua orang tuaku,selalu berakhir dengan mereka yang memarahiku.

Dan sekarang,saat aku berhasil mendapat nilai yang cukup bagus,mereka tak peduli juga. Aku tetap saja dijadikan pelampiasan oleh mereka.

Aku bukanlah anak pintar,sulit bagiku untuk bisa sampai mendapatkan nilai sebesar ini.

Aku berbeda dari eonni-ku,dia pintar,sangat cantik,baik,dan juga disayang eomma dan appa.

Pikirku,tak apa jika aku terlahir bodoh dan jelek,asalkan kedua orang tuaku bisa menyayangiku dengan tulus dan tak lagi memarahiku.

Pikiran itu kutepis dengan segera,aku tahu,mereka tak menginginkan anak kurang sempurna sepertiku.

Aku ini apa? Entah,ketika melihatku,mereka terlihat seperti tengah melihat setumpuk dosa,membuat siapa saja yang melihatnya ingin marah dan mengumpat.

Apa itu salahku? Ya,karena aku terlahir didunia ini tanpa diminta.
Dengan kata lain,keberadaanku ini tidak disengaja.

Entah aku tak mengerti apa maksud dari semua itu.

"Appa,karena aku mendapat peringkat satu lagi,aku ingin pergi jalan-jalan bersama appa dan eomma"
Rengek eonni-ku pada appa. Mata appa berbinar menatap eonniku dan langsung meletakkan laptop-nya begitu saja.

"Baiklah,ayo jalan-jalan" appa langsung berdiri dan merapihkan kemejanya.

Eomma berjalan melewatiku begitu saja dan mendekat ke arah eonni dan appa.

"Ayo pergi" ajak eomma dengan senyum cerianya pada eonni.

"Eunseo,ayo pergi" baru saja eonni hendak berlari kearahku,eomma sudah mencegahnya.

"Biarkan dia disini" kata eomma tanpa mentapku.

"Tapi-"

"Bona,Sekarang atau tidak sama sekali?" Ancam appa pada eonni.


Eonni menatapku iba.

Jangan begitu,aku benci dikasihani.


Dengan terpaksa aku memamerkan
senyum-ku padanya seolah aku setuju dengan mereka yang pergi begitu saja tanpaku.

One thingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang