Jaehyun's side
"Ini yang terakhir, okay?" Kataku pada Eunseo.
"Kalau kau memintaku untuk kembali membawamu kabur, jangan harap aku menyutujuinya. Kau paham?" Imbuhku, mencoba memberi peringatan pada gadis keras kepala itu.
Malam ini, Eunseo memaksaku untuk membawanya pergi keluar, lagi. Iya, dia memaksaku dengan mengatakan hal-hal yang kubenci, kata-kata yang membuatku begitu merasa iba.
Ia bilang, ia bosan berada di rumah sakit, lingkungan membosankan menurutnya. Yah- walaupun aku juga setuju dengan hal itu.
Hingga di sinilah kami, di depan sebuah mini market di tengah kota. Berniat membeli minuman untuk menghilangkan dahaga. Karena baru saja Eunseo mengajakku berkeliling ke sana kemari. Mulai dari taman, toko buku, hingga ke tepi sungai Han.
Gadis itu rupanya begitu tertarik akan kehidupan luar yang begitu bebas.
Dan jangan tanya sudah berapa kali aku menolak ajakan gila ini. Jawabannya adalah lebih dari sepuluh kali jika kuhitung. Tapi, Eunseo punya caranya sendiri untuk merajuk pada hyungku yang entah sejak kapan jadi begitu penurut pada gadis bodoh itu.
Jadilah seperti ini, aku diberikan izin diam-diam untuk membawa Eunseo keluar. Memuaskan rasa penasarannya pada dunia luar di malam hari.
"Kau mau beli apa?" Tanyaku pada Eunseo.
"Aku boleh ikut masuk?" Bukannya menjawab, ia malah balik bertanya.
Aku menggeleng, "Tidak, kau duduk dan tunggu di sini saja." Suruhku dan menuntunnya untuk duduk di kursi yang berada di depan mini market.
Untungnya Eunseo menurut dan tak banyak protes. Ia hanya duduk disana seraya memerhatikanku masuk ke dalam.
Aku berkeliling mencari apa saja yang sekiranya aku dan Eunseo butuhkan. Pertama, aku mengambil dua botol air mineral dan beberapa botol susu pisang. Mengingat bahwa Eunseo sangat menyukai banana milk tersebut. Dan aku teringat bahwa kami belum menyantap apapun malam ini. Lantas aku mengambil dua cup mie instan dan langsung menyeduhnya.
Tentu aku tak lupa untuk membayarnya dan melangkah ke kasir.
Begitu selesai membayar, aku langsung melangkah keluar dan mendekati meja tempat Eunseo duduk sembari merogoh banana milk dari kantong plastik belanjaanku.
"Kau mau yang man-"
Seingatku, aku hanya sebentar meninggalkannya sendirian. Tapi, gadis itu sudah tidak ada di tempat ia duduk sebelumnya. Dan ponselnya pun ia tinggalkan begitu saja di meja, dan kemudian aku meraihnya dan menyimpannya di sakuku.
"Eunseo? Hei, kau dimana?" Teriakku sembari melangkah mencari sosok gadis itu.
Jika dia sedang mengajakku bermain petak umpet, ini tidak lucu.
Aku berjalan melewati beberapa gang, namun gadis itu tak kunjung kulihat batang hidungnya. Aku khawatir, pasalnya Eunseo tidak familiar dengan daerah ini.
Aku baru saja membuka fitur kontak di ponselku berniat menelepon hyung, dan memberi tahunya bahwa Eunseo hilang. Tapi, ku-urungkan niat itu dan memasukkan ponselku kembali, karena aku tahu hal itu hanya akan membuat hyung khawatir. Lagipula ini tanggung jawabku, aku yang membawanya kemari, jadi akulah yang juga harus membawanya kembali.
Aku masih belum berjalan cukup jauh, mobilku kutinggalkan di depan mini market tadi.
Malam sudah semakin larut, aku penasaran kemana perginya gadis itu. Aku tidak bohong, aku sangat khawatir pada Eunseo.
Aku kelimpungan berlari ke sana kemari, memasuki setiap gang yang kulewati.
Daerah sini memang terkenal sepi saat malam hari. Dan tidak jarang juga terjadi hal-hal kriminal yang aku lihat di berita terjadi di daerah sini.
Menyadari itu, aku langsung berlari kembali dan meneriaki nama Eunseo berkali-kali.
Ada satu gang di depan yang sepertinya belum kulewati. Dan tiba-tiba saja aku mendengar suara teriakan dari sana, walau tidak begitu jelas siapa yang berteriak.
Lantas, aku langsung berlari menuju gang tersebut. Dan betapa aku sangat terkejut, saat itu juga aku melihat segerombolan preman tengah berdiri melingkar di dekat tembok, seperti tengah mengerubungi sesuatu.
Aku langsung mendekat ke sana, dan aku lebih terkejut lagi saat Eunseo berada di tengah-tengah kumpulan preman itu. Salah satu dari mereka tengah berdiri sangat dekat di hadapan eunseo, satu tangannya menahan kedua tangan eunseo di atas kepalanya, dan satu tangannya lagi mengelus wajah Eunseo dan dengan cepat mencium pipinya.
BUGHH!
Aku melempar plastik belanjaanku sekeras mungkin pada mereka. Yah- ini hanya empat orang, tidak akan sulit untuk mengahabisi semuanya.
Preman-preman itu tersentak ketika melihatku.
Aku marah, marah sekali melihat mereka membuat Eunseo menangis seperti itu.
"Brengsek kau!"
Aku langsung menarik orang yang tengah menahan eunseo dan menariknya menjauh. Dengan emosi yang meluap, aku memukulnya bertubi-tubi tak tahu ampun dan tanpa jeda.
Mengetahui temannya sudah babak belur olehku, ke tiga orang lainnya maju dan mendekatiku untuk menyerangku.
Tidak sia-sia aku belajar boxing sedari smp sampai sekarang, dan aku tidak tahu kalau akan se- berguna ini. Bukan hal yang sulit bagiku untuk menghabisi mereka dengan cepat, yah-walaupun energiku hampir terkuras habis menghadapi para bedebah itu.
Setelah hampir semua preman itu babak belur, mereka dengan susah payah bangkit dan berlari dari tempat ini dan meninggalkan aku dan Eunseo berdua.
Kulihat Eunseo sudah terduduk lemas di tempatnya dengan tangisnya yang begitu menyakitkan untuk kusaksikan.
Dengan cepat aku melepas jaket yang kupakai, aku mendekat pada Eunseo dan memakaikan jaket itu untuk menutupi tubuh gemetarnya dari udara dingin malam hari.
Aku menuntunnya berdiri dan langsung mendekapnya dengan erat, begitu erat sampai rasanya tak ada jarak di antara kami.
Bukan dia, tapi aku yang bodoh. Aku yang bodoh karena telah meninggalkannya sendiri dan membuatnya mengalami hal semacam ini.
Tubuhnya yang bergetar dalam dekapanku, membuatku benar-benar merasa bersalah.
"Maafkan aku....," lirihku pelan, namun aku tulus mengatakannya.
Aku mengangkat wajah sembabnya dan menangkup kedua pipinya. Kupandangi manik itu dalam dalam, cukup lama, dan mengusap sebelah pipinya lembut dan mengusap air matanya.
Cup!
Entah atas dasar apa aku berani mengecup pipinya. Cukup lama namun pelan. Aku hanya berniat menghilangkan bekas kecupan menjijikan bedebah tadi.
Aku memeluk Eunseo kembali, "Tak apa, mereka sudah pergi. Kau aman sekarang." Kataku sembari mengelus lembut kepalanya berniat menenangkannya.
Aku tak tahu jika kehilangan seseorang, lalu menemukannya akan terasa se-lega ini.
Aku bersyukur aku dengan cepat menemukan Eunseo. Jika terlambat, entah apa yang akan bedebah-bedebah itu lakukan pada Eunseo. Membayangkannya saja sudah membuatku naik pitam.
Kurasakan nafas eunseo kian melemah di dadaku, dan tiba-tiba saja tubuhnya melemas dari sebelumnya. Dan saat kulihat, mata gadis itu sudah terpejam.
"Son Eunseo!"
*to be continued.....
_______
Halo! Hehe maaf ya, udah lama banget dan baru apdet sekarang:')
Semoga kalian menikmatinya❤Akutuh nulis chap ini karena mood membacaku lagi bagus, jadi mood menulisnya pun sama😂
KAMU SEDANG MEMBACA
One thing
Teen Fiction"bahkan semua orang memintaku untuk menghilang,dan kau yakin akan menerima orang aneh sepertiku ?" - - Start : 270518