Kawan-kawan, saya minta bantuan ya, follow ig saya @wattpadisn
Kalian bisa ketemu sama Caca and the Genk kok, hehe.🍭
VERONICA Ayunanda, itulah namanya. Gadis dengan kulit berwarna kuning langsat tapi bersih. Tubuh dengan tinggi 160 cm. Bola mata yang cenderung sedikit sipit dan berwarna hitam kecoklatan.
Veronica atau yang sering dipanggil Caca adalah gadis biasa yang terlahir dikeluarga sederhana. Ayahnya hanya seorang pegawai swasta dan Ibunya hanya menjadi Ibu rumah tangga.
Rumah Caca tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Bisa dibilang, rumahnya terkesan biasa dan sederhana. Dengan adanya tanaman di halaman rumah membuat kediamannya terlihat asri dan terasa sejuk.
Caca memiliki seorang sahabat yang sudah bersama sejak mereka masih kecil. Tetangga terheboh karena rumah mereka bersebelahan.
Anistya Laura itulah nama sahabat Caca. Ia gadis yang sangat pemberani. Siapapun yang berani berhadapan dengannya maka bersiaplah menjaga tubuh agar tidak ada yang cidera.
Anistya atau yang sering dipanggil Anis. Dia gadis yang sangat sulit ditebak tapi mempunyai tingkah seperti seorang laki-laki. Seorang gadis tombol yang tetap rapuh jika mengenai perasaan hatinya.
Caca juga mempunyai seorang sahabat laki-laki bernama Denis, Seto dan Lika. Denis, laki-laki bertubuh tegap tinggi namun tingkahnya masih seperti anak kecil. Kadang ia bahkan bisa bersikap menggemaskan seperti seorang perempuan. Dan jangan lupakan kalau ia sangat suka nyemil.
Seto, ia sosok yang dewasa diantara mereka. Ia teman, sahabat, serta kakak yang baik untuk mereka.
Sedangkan Lika, ia sosok laki-laki yang gemar meledek teman-temannya. Sikapnya yang blak-blakan serta pembawa suasana yang heboh.
Hobby Anis adalah bermain sepak bola bersama teman-teman Caca dikomplek. Seperti sekarang, Anis sedang bermain bola di lapangan komplek bersama teman laki-laki sebayanya. Sedangkan Caca hanya duduk di tepi lapangan menyaksikan mereka bermain bersama.
Bukan Caca tidak mau ikutan bermain. Caca bisa bermain sepak bola tapi malas sedang melanda.
Caca hanya menonton mereka bermain dengan penuh semangat. Tawa lepas begitu terdengar diantara anak-anak yang sedang bermain di lapangan. Begitupun dengan Anis, sahabat Caca.
"YEAY! GOOOLLL! ah cemen lo!" teriak Anis menyuraki tim lawan mainnya.
"Curang lo, Nis!" seru salah satu lawannya.
"Curang apanya? Emang lo nya aja pada yang gak bisa main!" sewot Anis.
Caca terkekeh melihat pertengkaran mereka dari jauh. Memang sudah hal lumrah jika setelah permainan usai maka mereka akan beradu argumen. Karena siapapun yang bermain dengan Anis, ia tidak akan bisa mengalahkannya.
"Masa mainnya selengkatan sih!" gerutu Denis, lawan tim Anis.
"Lo kalo kalah terima aja!" kesal Seto, teman satu tim Anis.
"Udah tau Anis mainnya jago. Pake nantangin segala sih lo!" sambar Lika tertawa renyah. Yang lain pun ikut tertawa.
"Gak bisa gitu dong!" sewot Denis masih belum terima.
"Udah sih, Den. Namanya juga main, ada kalah ada menang." ujar Anis terkekeh merangkul Denis.
Denis hanya tersenyum kecut, "Kapan gue bisa ngalahin lo? Padahal lo itu cewek tapi kenapa lo lebih jago dari kita-kita." kesalnya.
Anis tertawa, "Sering latihan dong! Katanya mau jadi pemain bola, Gimana sih lo?" ledek Anis.
"Namanya juga Denis. Dia mah ngomong doang mau jadi pemain bola. Diajak main juga jawabannya males terus." sahut Lika tersenyum meledek.
"Apaan sih lo! Emang lo nya aja ngajak main gue pas lagi males. Biasanya juga gue mah ayo aja diajak main bola." sahut Denis tidak terima.
"Udah-udah malah berantem lo pada. Liat noh temen lo!" sambar Seto menunjuk kearah Caca. "Sendirian aja dari tadi. Malah diem doang di pinggir lapangan, tumben banget gak ikutan main bola."
Anis terkekeh melihatnya, "Dia lagi gak mood main bola, Bro. Udak yok samperin si Caca!" ajak Anis.
Mereka berjalan menghampiri Caca yang masih setia menatap mereka dari kejauhan. Caca tersenyum kecil kala pandangan Caca bertemu dengan Anis.
"Bro, kita balik duluan ya!" seru anak-anak yang lainnya.
"Yoi!" teriak Seto melambaikan tangan.
Caca berdiri dari tempat ia duduk dan menepuk pelan bagian belakang celananya yang sedikit kotor saat mereka tiba dihadapannya.
"Gimana? Makin jago kan gue!" ujar Anis menaik turunkan kedua alisnya.
Caca terkekeh sambil mengacungkan kedua jempol tangannya, "Lo mah gak ada saingannya!"
"Giliran Anis aja dipuji terus. Guenya kapan?" sindir Lika melirik Caca.
Caca lantas tertawa melihatnya, "Lo juga jago, kok."
"Gue enggak nih?" sambung Seto dengan wajah yang masam.
Yang lain tertawa melihatnya, "Lo mah emang gaada jago-jagonyaa, Bro!" ledek Lika.
Seto tersenyum sinis menatap Lika lalu beralih kembali menatap Caca, "Kenapa lo gak ikutan main? Tumben banget."
"Gak mood gue." sahut Caca menggendikan bahu.
"Biasanya juga yang paling semangat ngajak main sama nih bocah!" seru Denis menunjuk Anis.
"Ya namanya lagi gak mood. Daripada gue ikutan main tapi malah gak ngenakin?" ujar Caca memandang mereka.
Mereka terdiam kemudian tersenyum lebar. "Kayak sama siapa aja lo!"
Caca pun tertawa renyah, "Kalian doang emang temen gue yang paling-paling dahhh!"
Mereka tertawa bersama. Anis merangkul Caca dengan tawanya yang lepas. Kemudian menatap teman-temannya yang lain. Seto, Denis dan Lika, mereka sosok teman yang baik bagi Caca. Dan ia harap, selamanya akan selalu begitu.
-----
Ini bukan work baru, cuma kembali menuliskan yang tertunda, memperbaiki tiap kata yang kurang pas. Harap maklum.
Jangan lupa ya tinggalkan jejak kalian.
18 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Tanpa Status [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[NOVEL DIJUAL ONLINE. SUDAH BISA DIBELI DI SITUS BUKALAPAK, SHOPEE, BLIBLI, WEB GUEPEDIA.COM, TOKOPEDIA. SEMUA DENGAN USER NAME GUEPEDIA] Karena mereka tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku. Bagaimana rasanya kala mencintai tetapi tak pernah diakui...