Jangan lupa ramaikan ig;@wattpadisn
🍭
HELAAN napas terdengar begitu berat dari orang di samping Anis. Dia, Seto. Orang yang sedang bertamu di rumah Anis seorang diri dimalam yang penuh bintang ini.
Bukan datang untuk mengapel layaknya orang pacaran tetapi ia datang karena kegundahan rasa dihatinya. Biasanya hal itu jarang terjadi karena memang Seto jarang merasakan hal serupa.
Anis, cewek itu sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Seto yang semakin membingungkan. Pasalnya, sedari tadi ia datang sampai sekarang, Seto masih saja berdiam menatap lurus ke depan.
Dengan sesekali kepulan asap yang berasal dari benda beracun disela jarinya menghias malam penuh kegundahan ini.
Seto berkunjung dari jam lima sore, dari matahari masih memanjakan sampai akhirnya menghilang. Ia berdiam diri hampir empat jam di teras rumah Anis dan ditemani sang empu.
Helaan napas sekali lagi terdengar dari Seto, terdengar begitu berat seakan banyak beban yang sedang dihadapinya. Karena sedari tadi hanya keheningan yang menerpa mereka.
"Lo, lagi ada masalah?" suara Anis memecahkan keheningan yang menjalar. "Dari tadi sore, lo cuma diem. Gak ada omongan sama sekali."
Seto melirik Anis sekilas lalu kembali memandang ke depan. Lagi, hembusan asap putih itu terlihat.
"Gak ada."
"Gausah bohong!" ujar Anis. "Lo udah habisin satu bungkus rokok dari sore, To. Gue tau, lo itu bukan perokok berat."
"Gue, cuma bingung." suara Seto terdengar pelan namun masih mampu terdengar.
Anis mengernyit, "Bingung kenapa?"
Seto menyandarkan tubuhnya pada bangku yang sedari sore menemaninya. Kedua tangannya ia gunakan untuk dijadikan sandaran kepalanya.
"Bingung sama perasaan gue." ujar Seto mendongak menatap langit yang penuh bintang. "Gue gak tau perasaan apa ini. Tapi yang gue rasa, gue gak suka denger dia deket sama yang lain. Gue seakan takut. Takut suatu saat nanti, dia benar-benar ninggalin gue."
Anis menyimak cerita Seto dengan menyandarkan juga tubuhnya. Ia ikut menatap langit yang penuh bintang. Seakan menjadi saksi antara dua insan yang saling digeluti rasa bimbang.
"Gue gak tau siapa orangnya. Tapi kayaknya, dia penting banget buat lo."
"Dia, lebih penting dari apa pun. Dia, udah kayak adik bagi gue. Dia juga yang mengisi kekosongan hati gue. Gue gak yakin sama apa yang gue rasa. Tapi semakin lama gue mencoba menghilangkannya malah semakin sakit rasanya."
Anis tercekat. Dadanya terasa sesak. Kenapa ia harus merasa sakit kala mendengar ucapan Seto? Kenapa juga harus seperih ini?
"Terus, apa yang akan lo lakuin?" ujar Anis dengan lidah yang sedikit kelu.
"Berusaha nutupin rasa gue."
"Kenapa?"
"Karena kalau orang itu tau perasaan gue yang sebenarnya, dia pasti akan menjauh." ujar Seto menghembuskan napas beratnya.
"Kalau gue boleh tau, siapa orangnya?"
"Dia..."
Anis menatap lekat Seto yang masih memandang langit. Seto tersenyum kecil dengan pandangan yang masih menuju bintang-bintang berkelap-kelip. Kemudian Seto menoleh menatap Anis yang sedang menatapnya juga.
"Nanti, kalau waktunya tiba. Lo akan tau siapa orangnya."
Anis menghembuskan napasnya pelan, "Oke."
Seto mengambil ponselnya yang diletakkan di meja sampingnya. Sedari tadi, ia tak menyentuh sama sekali ponselnya. Mungkin sudah banyak notif dilayar ponselnya.
Seto melirik jam diponsel yang dipegangnya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah saatnya ia kembali ke rumah. Tidak enak juga berlama-lama di rumah Anis. Bagaimana juga mereka adalah dua insan berlawan jenis.
"Nis, gue balik ya." ujar Seto berdiri merapihkan pakaiannya.
Anis mengernyit, "Baru jam 10, To."
Seto tersenyum, "Gue udah kelamaan bertamu di rumah lo. Gaenak aja kalau diliat sama tetangga."
"Apa sih? Biasanya juga kayak gitu. Kayak pertama kali main aja sih lo." sahut Anis meninju pelan bahu Seto.
"Kan sekarang lagi beda, Nis." ujar Seto terkekeh. "Takut ganggu doi lo."
"Doi apa sih? Gue mah mana ada doi. Yang ada juga lo, Lika sama Denis." sahut Anis cemberut.
Seto tertawa, "Hahaha... Udah deh gausah pake cemberut segala. Gak pantes tau, orang kayak lo mah."
"Ih, nyebelin lo!" kesal Anis.
"Udah malem. Gaenak sama orang tua lo juga. Gue balik ya." ujar Seto mengacak pelan rambut Anis. "Jangan kangen." bisiknya.
Wajah Anis memerah. Perlakuan Seto padanya seakan menunjukkan perasaan lebih. Bolehkah ia membawa perasaan?
"Orang kayak lo bisa juga blushing, ya?" ledek Seto.
Anis hanya menunduk malu. "Udah sana lo pulang!" usirnya.
Lagi, Seto kembali tertawa dibuatnya. Mood buruknya telah membaik karena godanya pada Anis.
"Lo lucu deh kalau lagi blushing."
-----
Sedang masa perbaikan kosa kata. Mohon bersabar.
27 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Tanpa Status [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[NOVEL DIJUAL ONLINE. SUDAH BISA DIBELI DI SITUS BUKALAPAK, SHOPEE, BLIBLI, WEB GUEPEDIA.COM, TOKOPEDIA. SEMUA DENGAN USER NAME GUEPEDIA] Karena mereka tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku. Bagaimana rasanya kala mencintai tetapi tak pernah diakui...