Semoga harimu baik. Selamat membaca kembali.
🍭
MATAHARI bersinar terang namun masih mampu menyejukkan siapapun yang merasakannya.
Caca berjalan dipinggir trotoar sendirian, ia baru saja pergi ke toko swalayan dipinggir kota metropolis.
Ia baru saja belanja untuk keperluan bulanan. Awalnya ia pergi bersama Ibunya, tapi dipertengahan, Ibunya mampir dulu ke rumah teman dekatnya.
Karena malas ikut dengan Ibunya yang berkunjung kerumah temannya dekat swalayan, Caca lebih memilih pulang seorang diri. Tahu sendiri jika seorang sudah berkunjung ke rumah teman lamanya, pasti terlalu banyak perbincangan yang sering membuat pusing. Apalagi jika yang dibahas sama sekali tidak diketahui banyak orang.
Ia berdiri di halte menunggu bus. Banyak orang melakukan hal yang sama seperti dirinya. Hari ini halte cukup ramai dengan orang-orang yang sehabis pergi dari swalayan.
Tak terasa, Caca sudah menunggu hampir lima belas menit tapi tak ada satu pun bus yang lewat. Ia menengok ke arah datangnya bus, tapi hanya kekosongan yang ia lihat.
Caca menghela napasnya kemudian lebih memilih berjalan kaki terlebih dahulu untuk sampai ke jalan besar di depan sana agar bisa menyetop taksi.
Ia berjalan dengan senyum yang mengembang. Sepanjang jalan, ia bersenandung pelan. Meskipun ia harus berjalan kaki dengan jarak 500 meter terlebih dahulu dengan membawa dua kantung plastik barang belanjaan, ia hanya menikmatinya saja.
Sampai suara deruan motor menghentikan langkah Caca. Ia melirik pengendara motor yang berhenti tepat disebelah ia berdiri.
"Ica!" panggil pengendara itu.
Caca mengernyit, "Siapa, ya?"
Pengendara itu membuka helmnya dan tampilah wajah yang dikenali oleh Caca.
Cowok itu, Derin.
"Ica! Jangan bengong!"
Caca tersentak, "Eh, Derin." Caca terkekeh pelan, "Lo ngapain disini?"
"Harusnya gue yang nanya. Lo ngapain jalan kaki bawa belanjaan banyak banget?" sahut Derin mengangkat sebelah alisnya.
"Gue abis belanja bulanan, Der." unjuknya dua kantung plastik yang dibawanya. "Tadinya mau nunggu bus, tapi gak ada yang lewat. Yaudah gue jalan aja ke jalan depan, siapa tau ada taksi yang bisa gue setopin."
Derin manggut-manggut, "Bareng gue aja," tawarnya menunjuk jok belakangnya yang kosong. "Naik gih!"
"Eh, gak usah." tolak Caca halus. "Lagian ini dikit lagi juga sampe jalan depan sana."
Derin berdecak, "Nurut aja sih, Ica. Gausah susah diatur."
Caca tertawa renyah, "Lo apaan, sih?" kemudian menatap Derin dan tersenyum. "Serius gue gapapa. Lo duluan aja."
"Gak! Sebelum lo pergi bareng gue, gue gak akan biarin lo jalan kaki sendirian." Derin turun dari motornya. "Kalau gak mau bareng, biar gue aja yang bareng sama lo. Gue temenin jalan ke depan, ya?"
"Gak perlu, Der. Lo apaan, sih." decak sebal Caca.
Derin tertawa sambil berjalan menuntun motornya menyamai langkah kaki Caca, "Gak apa-apa, Ica. Gue gak masalah kok kalau harus jalan kaki asalkan itu bareng lo."
Caca tertawa, "Lo aneh, deh. Lo kan naik motor, tapi kenapa juga lebih milih jalan kaki bareng gue? Nanti lo malah kecapean."
"Gak masalah capek. Kan obat pereda capek nya itu ada sama lo. Liat lo senyum aja bisa bikin lelah gue hilang. Apalagi lihat tawa lo."
"Ih, Derin!" Caca cemberut sebal, "Tapi gue kasihan tau sama lo."
"Gak apa-apa, Ica." senyum Derin mengembang. "By the way, siniin belanjaan lo, biar gue aja yang bawa."
"Gausah Der." tolak Caca halus. "Lo juga udah tuntun motor, masa iya gue harus biarin lo bawa belanjaan gue juga?"
"Loh, kenapa? Gue aja gak masalah kok bawain belanjaan lo." Derin mengambil alih satu kantung plastik belanjaan Caca kemudian dicantelin di stang motornya. "Nah, jadi gak berat kan lo bawanya?"
"Iya, udah gak kok." Caca tertawa renyah. "Tapi sampe jalan depan gue ambil lagi ya belanjaan gue."
"Loh, kenapa lagi?"
"Kan gue mau naik taksi aja. Gue gak mau repotin lo, Der." ujar Caca tersenyum.
Derin berdecak kesal, "Ica! Mending lo pulang sama gue aja, ya?"
"Gue nunggu taksi dulu aja, ya?" sahut Caca sedikit berpikir. "Nanti kalau gak dapet taksi, gak apa-apa deh gue pulang sama lo."
Semoga aja gak ada taksi yang lewat.
Derin tersenyum masam, "Iya udah, deh. Gue tungguin lo disini, ya?" pintanya sambil menstandarkan motor miliknya.
Kini mereka sudah sampai di jalan depan. Banyak kendaraan yang berlalu lalang. Caca berdiri berdampingan dengan Derin. Ia menatap jalan, menunggu taksi yang lewat. Mereka berdiri dibawah pohon rindang yang cukup menjaganya dari terangnya sinar matahari.
"Kok, taksi nya lama banget ya?" heran Caca saat tak melihat taksi yang lewat. Padahal ia sudah menunggu hampir dua puluh menit.
Derin hanya melirik Caca tapa bersuara. Ia tersenyum kecil. Dugaannya pasti benar, Caca akan pulang bersamanya.
"Udah hampir dua puluh menit, Ica. Tapi taksi gak ada yang lewat." ujar Derin memandang Caca. "Pulang sama gue aja, ya?"
Caca menatap Derin dengan penuh keringat di dahinya. Meski cuaca sedang tidak begitu terik tapi masih bisa bikin gerah.
"Gak apa-apa emang?" tanya Caca sedikit menyipitkan mata.
Derin terkekeh, "Gak apa-apa kok, kan dari tadi gue udah ngajak lo pulang bareng." ucapnya mengelap keringat di dahi Caca dengan tangannya. "Lo udah keringetan banget. Cuaca juga cukup terik. Pulang sekarang aja, yuk!?"
Caca mengangguk saja. Kepalanya juga sudah sedikit merasa pening. Belum lagi ditambah belanjaan yang banyak.
"Ayo! Keburu sore." ajak Derin mengaitkan tangannya pada jemari Caca.
Caca hanya diam. Tidak ingin membahas apapun. Ia menaiki motor yang dibawa Derin. Sedangkan cowok itu sudah siap berada diatas motornya.
"Pegangan, ya." ujar Derin menarik kedua tangan Caca agar memeluk pinggangnya. "Nanti kalau bidadari gue jatuh, gak ada lagi yang bisa cerahin hari-hari gue."
Motor Derin melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan metropolis yang suka merayap padat. Tanpa Derin sadari, kedua pipi Caca bersemu merah mendapati perlakuan Derin. Ia tersenyum sambil menghirup dalam-dalam wangi khas tubuh Derin.
Wangi tubuh lo, bisa bikin gue kecanduan. Tolong, setelah jadi candu, jangan pergi bagai abu.
-----
Hm, Derin kamu membuatku mabuk kepayang -Caca28 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Tanpa Status [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[NOVEL DIJUAL ONLINE. SUDAH BISA DIBELI DI SITUS BUKALAPAK, SHOPEE, BLIBLI, WEB GUEPEDIA.COM, TOKOPEDIA. SEMUA DENGAN USER NAME GUEPEDIA] Karena mereka tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku. Bagaimana rasanya kala mencintai tetapi tak pernah diakui...