Bagian 11

422 71 0
                                    

"Udah lama?" suara Caca terdengar menyambut kedatangan Seto. Ia tersenyum penuh hangat.

Seto mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Duduk ditepi ranjang, menatap Caca yang masih berdiri dihadapannya. Mereka berdua berada dikamar dengan pintu yang terbuka lebar.

"Sendirian aja? Lika, Denis sama Anis gak ikut?" tanya Caca ikut duduk disebelah Seto.

"Denis sama Lika nanti nyusul kesini. Lagian ini udah setengah enam. Tanggung mau magrib." sahut Seto tersenyum.

"Oh gitu." Caca mengangguk paham. "Kalau Anis?" lanjutnya melirik Seto.

"Gak tahu." Seto menggendikan bahunya. "Lagi sibuk, mungkin?"

Caca hanya mengangguk saja. Kemudian menatap kembali penampilan Seto yang sangat rapi. Dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah biru dan celana jeans panjang berwarna hitam. Lalu beralih menatap wajah cowok itu.

"Lo rapi banget? Mau kemana?"

"Mau pergi." sahutnya. "Sama lo, Lika, Denis."

"Pergi kemana?"

"Gak tahu." Seto kembali menggendikan bahunya. "Ke Cafe mungkin."

"Dengan penampilan lo yang rapi kayak gini?" Caca kembali meneliti penampilan Seto. "Lo kayak mau pergi ke acara resmi tau."

Seto terkekeh geli, "Ah masa? Perasaan ini baju santai gue kalau main deh."

"Enggak, ini beda." Caca menggeleng pelan. "Lo ada sesuatu ya?"

Caca memicingkan matanya. Menyelidik pergerakan Seto yang mencurigakan. Membulatkan matanya saat mengingat sesuatu yang hampir saja ia lupakan.

"GUE INGET!" pekik Caca menepuk jidatnya. "Hari ini Anis ultah kan ya? Gue hampir aja lupa."

"Pikunan lo!" ketus Seto kemudian tertawa. "Udah buru siap-siap, gue tunggu dibawah ya."

Caca mengangguk lalu bersiap diri. Seto baru saja turun dan ia langsung bergegas memilah baju yang akan digunakannya. Karena ia tak suka pakaian yang ribet, ia hanya menggunakan hoodie berwarna pink peach dan celana jenas berwarna hitam.

Caca mengambil sling bag yang ada digantungan khusus tas lalu memasukan ponsel dan juga keperluan lainnya. Dengan tergesa, ia berjalan menuruni tangga menemui Seto yang sudah menunggunya.

Ternyata saat ia tiba dibawah, sudah ada Denis dan Lika yang sama rapi nya dengan Seto. Mereka semua tersenyum menatap kehadiran Caca.

Namun setelahnya Lika memicingkan mata menatap heran Caca, "Yakin pake baju kayak gitu?"

Caca mengangguk, "Yakin." lalu melihat kembali pakaiannya.

"Ck! Lo itu mau merayakan ulang tahun sahabat lo. Tampil beda gitu, ini mah sama kayak main biasa." sindir Lika.

"Tau lo! Orang mah pake dress gitu biar keliatan girly." Denis menimpali.

Caca berdecak, bersedekap dada menatap temannya, "Cuma ngasih kejutan kan? Bukan acara nya ini, jadi sans aja dong kalian."

"Udah, jangan pada berantem. Mending berangkat sekarang keburu macet." ujar Seto menengahi.

Mereka akhirnya berpamitan pada orang tua Caca dan segera bergegas menuju Cafe yang sudah ditentukan. Disana, sudah ada Anis yang menunggu.

*****

Setelah lima belas menit perjalanan, melewati macat dan mampir mengambil pesanan kue terlebih dahulu. Akhirnya mereka sampai di Cafe tempat mereka berjanjian.

Mereka turun dari mobil Seto dan bersiap untuk memberikan kejutan kecil untuk sahabatnya.

Mereka berjalan bersamaan dengan Caca yang memegang kue berangka 17 yang menyala.

Tepat saat mereka memasuki Cafe, disana, diujung meja sudah ada orang yang mereka ingin temui.

Terlihat Anis yang masih menunggu kedatangan mereka. Bergeliat gelisah seakan menanti kehadiran teman-temannya.

"Hitungan ketiga." ucap Seto pelan dan diangguki semuanya.

"Satu..."

Mereka berjalan mengendap-endap, sangat pelan sampai hampir tak terdengar langkahnya.

"Dua..."

Semakin dekat, semakin memperkikis jarak. Dan mereka semua sudah bersiap pada posisi masing-masing.

"Tiga..."

"SURPRICE!!!" teriak mereka bersamaan. Membuat Anis terkejut dan langsung menoleh ke arah sumber suara.

Matanya melotot kaget kemudian menjadi sendu. Membekap mulut yang hampir saja terdengar isakan kecil.

Kedua matanya sudah berkaca-kaca, terharu. Menatap ketiga sahabatnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Dan, isakan kecil itu lolos terdengar.

Tangis bahagia, tangis yang sangat membahagiakan.

"Serius? Demi apa?" ucap Anis masih dengan pandangan tak percaya.

"Aaaaaaa tengkyuuuuuu!" larinya memeluk Caca. Sebelumnya Caca meletakan kue yang dibawa diatas meja.

Caca menyambut pelukan Anis dengan tawanya, "Hahaha... Makin tua aja lo!"

"Najis! Tua lo Nis!" seru Lika meledek kemudian tertawa.

"SELAMAT MAKIN TUA!" teriak Denis tak tahu malu seraya tertawa melihat ekspresi Anis.

"Selamat hari brojol nge!" ujar Seto merentangkan tangannya dan langsung diterjang Anis. Mereka berpelukan, cukup lama.

Anis ikut tertawa disisa-sisa tangisnya. Satu hal yang akan selalu ia ingat, temannya tak akan pernah melupakan hal penting darinya.

-----

8.8.18

Hubungan Tanpa Status [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang