Follow ig;
-wattpadisn
•••••••Caca sudah berkemas dan siap untuk pulang. Di ruangan itu sudah ada Derin, Feri, Seto, dan Anis. Orang tua Caca hanya menunggu Caca di rumah dan membiarkan sahabatnya saja yang menjemputnya.
Caca tersenyum menatap ke-empat orang tersebut.
"Ih! kenapa pada liatin gue, sih?"
Derin mendelik menatap Caca, "Dih? Siapa juga yang liatin lo! Ge'er banget lo."
"Ish!"
Derin terkekeh pelan. Sedangkan Anis berdiri di sebelah Seto dengan mengaitkan lengannya dilengan Seto. Ya, mereka terlihat serasi seperti sepasang kekasih. Padahal tidak, atau belum?
"Balik sama gue kan?" Ucap Seto menghampiri Caca.
Derin mendelik sebal. Ia menatap Seto sambil bersandar di depan pintu yang sudah terbuka itu. Sambil bersedekap dada menahan kesal karena melihat adegan di depannya.
"Ayo!" Ajak Seto menggandeng tangan Caca.
Caca mengangguk lalu berjalan melewati Anis. Caca menarik tangan Anis agar mereka bersama berjalan menuju keluar dari rumah sakit.
Derin dan berjalan di belakang mereka. Sedikit kesal rasanya melihat kedekatan mereka. Tapi apa hak nya untuk melarang?
Caca menoleh ke belakang dan tersenyum pada Derin. Cowok itu lantas membalas senyuman Caca. Is tersenyum kecil, meski begitu Caca tahu apa yang sedang di rasanya.
"Gimana lo sama dia?"
Derin melirik ke arah Feri, "Gak gimana-gimana."
"Lo suka kan?"
Derin diam. Memperhatikan Caca dari belakang. Melihatnya tersenyum dan tertawa bersama sahabatnya. Meskti seperti tidak di anggap, ia yakin betul kalau Caca hanya sedang melepas rindu dengan sahabantnya.
"Menurut lo?"
"Kebiasaan!" Decak Feri sebal.
"Apa sih? Kayak gadis aja lo!"
"Kalo suka sama dia, bilang. Jangan diem aja. Lo gak lihat? Itu cowok yang disebelah Caca keliatan banget suka sama dia."
"Sotau lo!"
"Gue serius, Der." Sahut Feri memandang ketiga orang di depannya. "Cowok itu suka sama Caca sedangkan cewek sebelah Caca suka sama cowok itu."
"Ngasal!" Ceplos Derin sebal.
"Ngasal apanya?" Feri mengeryit. "Lo gak bisa lihat? Jelas banget padahal."
Derin memandang tiga orang dihadapannya. Tersenyum kecut melihat 'gadis'nya.
"Cinta segitiga?" Gumam Derin. "Atau..."
"Kebanyakan mikir lo!" Cetus Feri menaiki motornya. "Ayo buru naik! Mau ketinggalan lo?"
"Helah!"
Feri melajukan motornya tepat dibelakang mobil milik Seto yang berjalan dengan kecepatan sedang. Derin sendiri merasa sebal karena ia merasa seperti dilupakan. Padahal tidak.
"Muka lo biasa aja!" Ketus Feri saat melihat wajah kesal Derin dari kaca spion motor miliknya.
"Apasi? Gaje banget sih lo ka!"
Feri terkekeh pelan. Lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. Sebenarnya banyak sekali yang ingin ia tanyakan kepada Derin. Tapi mungkin waktunya memang belum pas. Apalagi ditambah dengan situasi seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Tanpa Status [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[NOVEL DIJUAL ONLINE. SUDAH BISA DIBELI DI SITUS BUKALAPAK, SHOPEE, BLIBLI, WEB GUEPEDIA.COM, TOKOPEDIA. SEMUA DENGAN USER NAME GUEPEDIA] Karena mereka tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku. Bagaimana rasanya kala mencintai tetapi tak pernah diakui...