Follow ig;
-wattpadisn
••••••••Malam ini Caca berniat pergi ke suatu tempat 'rahasia' seorang diri. Sejak di Cafe tadi, ia sudah memisahkan diri dari keempat teman-temannya.
Bukan apa-apa tapi ia hanya ingin menyendiri dulu, merasakan tenang dan meresapi semuanya.
Caca berjalan menaiki tangga berbahan dari kayu yang sedikit sudah lapuk karena termakan usia. Semakin naik hingga sampai disuatu ruangan yang kotor dan berdebu karena telah lama ditinggal sang pemilik.
Tempat ini adalah tempat dimana ia dulu pergi bersama 'seorang' yang sangat berarti tapi kini 'seorang' itu telah pergi.
"Gak tau kenapa, mendadak pengen kesini." gumama Caca menelusuri tempat itu.
Ia menyentuh sebuah pigura yang berisi ia dan 'seorang' itu. Memandangnya lama hingga tak terasa sebulir air mata jatuh menetes membasahi pipinya.
Ia tersenyum menatap orang yang berada disampingnya dalam pigura itu, "Gue kangen lo. Disana lo enak aja kan? Disini gak kayak gitu,"
Caca terduduk diatas lantai berbahan kayu itu, menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Isak tangis sudah berhasil lolos dari dirinya. Menangis tersedu dalam gelapnya malam yang semakin hampa.
"Kenapa lo cepet banget perginya?" gumamnya masih menangis tersedu.
Caca sedang berada diatas rumah pohon miliknya, dulu. Ia memutuskan datang ke tempat yang sudah lama ingin dilupakannya karena mendadak merasakan rindu pada sosok itu. Lama tak berjumpa membuatnya dirundung rasa rindu yang mendalam.
Tapi, apa ia masih bisa bertemu?
*****
Derin sedang bermain kartu bersama teman-temannya di kosan milik salah satu dari mereka.
"Kalah lo!" cetus salah satu temannya.
Derin tersenyum masam, "Baru sekali gue kalah, udah sombong aja lo!" ledeknya terkekeh.
Orang itu malah tertawa menatap Derin, "Iya, gue tau lo emang jagonya main kartu! Ada apa sih? Kayaknya lo lagi banyak pikiran?"
"Gak tau." sahutnya bersandar, menatap kedua temannya yang masih sibuk bermain kartu. "Kayak ada yang janggal gitu."
"Alah! Perasaan lo aja kali!" ujar Budi tanpa menoleh kearah Derin. "Eh anyink! Apa-apaan lu! Ngumpetin poker ya lu?!" tuduhnya pada Reja.
"Pala lu! Gue mah main murni kagak curang!" sambar Reja tidak terima.
Derin hanya diam memandang kedua temannya yang berdebat. Ia memejamkan matanya, meresapi angin yang menerpa wajahnya.
Hatinya masih merasa janggal, seperti ada yang tertinggal. Tapi ia tidak tahu apa itu. Perasaan itu masih samar, masih kelabu dan belum jelas. Ia menghembuskan napasnya kasar. Lalu berdiri mengambil kunci motor yang diletakkan diatas meja.
"Mau kemana lo nyet?" tanya Reja ketika melihat Derin yang beranjak dari sana.
"Pergi!" sahutnya santai. "Gerah gue!"
Lalu pergi dari kosan tempat Budi tinggal dengan motor kesayangannya. Budi dan Reja hanya menggendikan bahunya kala melihat sikap temannya itu.
"Gaya banget si anyink! Lagi galau kali ye dia!" kekeh Budi menggelengkan kepalanya.
*****
Derin melajukan motornya dengan kecepatan penuh di jalan yang sangat sepi itu. Di jalan penuh kenangan akan kehidupannya, dulu.
Ia lebih memacu kecepatan lajunya hingga diatas rata-rata seraya menikmati angin malam yang menghilir permukaan wajahnya.
Hatinya masih merasa gundah, sedangkan ia tak tahu apa penyebabnya. Ia sendiri bingung dengan apa yang sedang melanda perasaannya.
Derin memelankan lajunya. Matanya menelusuri rumah-rumah dan pepohonan di pinggir jalan dengan tatapan rindu. Ia meminggirkan motornya saat melihat bangunan tua yang sudah tidak terpakai.
Ia turun dari motor dan masuk ke dalam bangunan itu. Tanpa takut sedikitpun karena jika dilihat dari luar, bangunan itu nampak menyeramkan apalagi tidak ada penerangan sama sekali.
Tapi nampaknya kalian salah. Ternyata di dalam sana ada sebuah ruangan yang ramai dikunjungi orang-orang. Sebut saja itu sebuah basecam anak-anak malam yang sedang mencari ketenangan dan kesenangan tersendiri.
"Woi bro!" sapa seseorang menghampiri Derin. "Tumben banget lo ke sini?"
Derin terkekeh, "Lagi kangen aja gue sama lo semua."
"Alah! Bisa aja lo ngeles nya!" sahut orang itu tertawa dan merangkul Derin.
"Ayo masuk! Di dalem udah ada anak-anak."
Derin mengangguk dan ikut masuk ke dalam ruangan yang lebih besar. Saat kakinya melangkah, sorotan lampu warna-warni langsung menyambutnya. Suara dentuman musik terdengar sangat keras, memekik telinga siapa saja yang tidak terbiasa mendengarnya.
Terlihat disana banyak sekali orang-orang yang berjoget ria. Saling memanggut satu sama lainnya. Bahkan ada yang sedang bercumbu tanpa rasa malu. Anggap saja mereka semua makhluk akan haus nafsu.
"Lo mau coba?" tawar Beni menyodorkan segelas wine pada Derin.
"Gue gak minum." sahut Derin. "Dia dimana?" lanjutnya melirik sekitar mencari sosok seseorang.
"Di ruangan biasa." sahut Beni menenggak minumamnya. "Lo kesana aja! Gue cabut dulu! Junior udah gak nahan lagi!" lanjutnya tertawa meninggalkan Derin.
Derin langsung melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang terletak di pojok bangunan itu. Sebuah ruangan kecil yang ditinggali seseorang. Ruangan privasi.
Derin membuka pintu itu lalu menutupnya kembali sehingga suara dentuman musik yang keras kembali meredup tak terdengar.
Di ujung sana, di atas sofa. Ada sosok laki-laki yang sudah lama tak dikunjungi Derin. Sosok itu memandang tajam Derin seakan lupa siapa dirinya. Derin tersenyum kecil lalu menjadi terkekeh melihat wajah yang dirindukannya. Ia tahu betul kesalahannya, tapi bukankah ia berhak untuk menemuinya?
"Hai, kak."
-----
Hayuluuu siapa?
Ada yang tau si caca kenapa? Atau ada yang bisa tebak siapa yang dipanggik 'kak' oleh derin?Hayuu main tebak-tebakan?
Jangan lupa voment yaaaa,
18.8.18
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Tanpa Status [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[NOVEL DIJUAL ONLINE. SUDAH BISA DIBELI DI SITUS BUKALAPAK, SHOPEE, BLIBLI, WEB GUEPEDIA.COM, TOKOPEDIA. SEMUA DENGAN USER NAME GUEPEDIA] Karena mereka tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku. Bagaimana rasanya kala mencintai tetapi tak pernah diakui...