05 • help

1.9K 452 2
                                    

Suhyun tentu merasa kesal karena Heera terus menutup mulutnya. Sudah hampir setengah hari ia seperti itu. "Hey, bicaralah padaku."

Namun jawaban yang diberikan Heera hanyalah sebuah decakan. Kemudian ia menidurkan kepalanya di atas meja, ia menghadap ke kanan, memunggungi Suhyun.

"Baiklah, aku mengerti." Suhyun mengusap rambut Heera dengan lembut. "Aku tahu yang membuatmu diam seharian. Bukannya sudah kubilang, Taehyung bisa membantu."

"Dia bisa apa?"

"Menurutku Taehyung tidak seperti yang lainnya. Jika yang lainnya menjauhimu, dia justru sebaliknya."

"Dia hanya akan memperburuk semuanya." Heera menegakkan badannya.

Suhyun menyilangkan kedua tangannya di depan dada." Itu karena dia-"

"Belum tahu yang sebenarnya? Bukankah itu sama saja dengan yang lainnya?"

Suhyun menghela nafas. Untuk beberapa saat, ia memilih untuk tidak memperpanjang pembahasan mereka. Ia tahu Heera sedang dalam mood yang tidak baik. "Jika kau seperti ini terus. Kapan kau bisa berhasil?"

Heera tak menjawabnya dengan suara ataupun dengan gerak tubuhnya. Ia juga terbebani dengan itu. Sulit baginya untuk menghilangkan satu kelemahan terbesarnya itu. Ia tak tahu sejak kapan ia mendapatkan hal itu, yang ia ingat, ia mendapatkan kelemahan terbesarnya karena pengalaman masa kecil yang terus menghantuinya.

"Begini saja."

Heera tak menghiraukan Suhyun.

"Aku akan mengatakan hal ini pada Taehyung." Suhyun beranjak meninggalkan kelas itu begitu saja. Heera tak mengeluarkan kata-kata amarah, ataupun mimik muka kesal. Ia menatap kepergian Suhyun dengan tatapan datarnya. Alih-alih menghentikan langkah Suhyun, Heera justru menidurkan kepalanya lagi.


———

Kaki jenjangnya berjalan menyusuri area kantin. Suasana di sana cukup ramai, bahkan meja-meja yang tertata rapi di sana sudah penuh. Niatnya hanya ingin mencari Taehyung. Ia sungguh-sungguh dengan kalimat yang ia keluarkan beberapa menit yang lalu pada Heera. Ia tak menemukan Taehyung, tapi ia hanya menemukan kedua pria yang biasanya selalu bersama Taehyung.

"Dimana Taehyung?"

"Kenapa kau mencarinya?"

Suhyun menatap pria yang baru saja menjawabnya dengan nada yang kurang mengenakkan. Ketika ia melihat name tag pria itu, ia baru tahu nama pria tinggi itu Mingyu. "Katakan saja, apa susahnya?"

"Dia bersama Jungkook di lapangan."

Tanpa mengucapkan terima kasih, ia pergi dari hadapan mereka kedua pria itu. Ia harus segera bertemu Taehyung sebelum bel masuk berbunyi. Sementara itu, Jimin dan Mingyu masih saling menatap setelah kepergian Suhyun.

"Ikuti atau tidak?"

Jimin mengangguk. "Plan A. Aku penasaran dengannya."

"Kalau begitu ayo."

Suhyun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju lapangan. Ia kira diwaktu istirahat seperti ini, semua siswa akan sibuk mengisi perutnya. Tapi pemandangannya kali ini berbeda. Ternyata masih ada beberapa murid yang bermain di tengah lapangan.

Ia segera memasuki area lapangan ketika melihat Taehyung yang tengah bermain bola basket dengan Jungkook. Tanpa permisi, ia menarik lengan Taehyung.

"Kenapa? Ada masalah denganku?"

"Aku tidak punya waktu untuk bercanda. Ikut aku."

Suhyun berjalan meninggalkan Taehyung. Tak peduli Taehyung akan mengikutinya atau tidak. Ia berjalan menjauhi area lapangan. Kini ia berdiri di bawah pohon besar yang ada di ujung lapangan. Taehyung mengikutinya.

"Ini tentang Heera."

"Dia kenapa?"

"Kemarin apa yang lakukan? Kenapa dia menangis?"

Taehyung mengerutkan keningnya. "Aku juga tidak tahu."

Suhyun menghela nafas. Ia masih memaklumi kenapa Taehyung menjawabnya seperti itu. Karena baginya sendiri, Taehyung tak melakukan kesalahan. Tapi bagi Heera itu sebuah kesalahan.

"Katakan saja padaku. Kemarin kau melakukan apa saja padanya?"

Taehyung terlihat berpikir. "Sepertinya.. Aku hanya menahannya untuk pulang."

"Kau memaksanya?"

Tanpa merasa bersalah, Taehyung menggangguk. Anggukan itu membuat Suhyun memijat keningnya. "Astaga, Heera itu benar-benar." Sengaja ia mengecilkan suaranya agar Taehyung tidak mendengarnya. Kemudian ia teringat tentang alasan utamanya mencari Taehyung.

"Sebenarnya bukan ini yang ingin aku bicarakan."

"Lalu apa?"

Suhyun terlihat memejamkan matanya. Ia tengah menimbang-nimbang, apakah pemikirannya saat ini akan berhasil atau sia-sia. "Tolong bantu aku."

Taehyung semakin tak mengerti. "Untuk apa? Kau punya masalah?"

Suhyun menggelengkan kepalanya. "Tidak, bukan aku. Tapi Heera."

"Heera?"

"Tolong tetap dekati Heera. Meskipun dia menolakmu."

Taehyung sedikit membuka mulutnya karena bingung. Ia tak mengerti apa yang tengah dibicarakan Suhyun. Menyadari kebingungan Taehyung, Suhyun mengulanginya dengan kalimat yang lebih jelas.

"Aku tahu Heera terus menolakmu. Tapi untuk kali ini saja, jangan berhenti melakukan itu pada Heera."

"Tapi kenapa?"

"Buat Heera luluh padamu. Aku yakin kau pasti bisa." Suhyun membalikkan badannya. Saat hendak meninggalkan Taehyung, ia menoleh ke belakang. "Jika kau berhasil, kau akan tahu alasannya."

Suhyun benar-benar meninggalkan Taehyung di tempat itu. Tepat setelah kepergian Suhyun, ia menyadari ada yang tengah mengamatinya dari jauh. Melihat warna dan gaya rambut kedua pria yang tengah bersembunyi di balik pohon itu, ia terkekeh.

"Mingyu? Jimin? Apa yang kalian lakukan di sana?"

Mereka keluar dari persembunyian mereka. Taehyung tetap diam di tempatnya sampai Jimin dan Mingyu menghampirinya.

"Kalian mendengar semuanya?" Mereka mengangguk secara bersamaan.

"Semua?" tanya Taehyung lagi.

Lagi-lagi, mereka hanya mengangguk. Taehyung menghela nafas pasrah dan mendudukkan dirinya di atas paving. Diikuti dengan Jimin dan Mingyu.

"Apa sekarang kau sudah sadar bahwa niatmu itu gila?"

Setelah Mingyu bertanya, Taehyung teringat sesuatu. "Mingyu, apa kau tahu kenapa Heera dibilang aneh?"

Mingyu mengangguk. "Tentu. Itu karena Heera tak pernah mau didekati laki-laki manapun."

"Tapi yang aku tahu, Heera itu selalu menjaga jarak dengan laki-laki." Taehyung mulai mengaitkan hal ini dengan kejadian kemarin. Kenapa Heera menangis saat ia mencengkeram tangannya? Ia mulai mengambil kesimpulan.

"Apa Heera setakut itu?"

Taehyung segera menggelengkan kepalanya. Itu konyol. Gadis seperti Heera bisa setakut itu hanya karena tangannya yang ia pegang dengan kuat. Bukannya tidak mungkin, tapi itu terasa aneh saja.

Bukannya ia tak ingin menuruti permintaan Suhyun. Tapi ia merasa ada sesuatu yang membuat Suhyun memohon padanya. Karena jika ia ingat lagi, ia tahu Suhyun sangat tidak menyukainya. Terutama ketika dia mendekati Heera. Suhyun-lah yang paling anti dengan hal itu. Tapi sekarang Suhyun memintanya untuk terus mendekati Heera. Aneh kan?

Sejak awal ia memang sangat penasaran dengan Heera. Baginya, gadis itu unik, sangat unik. Disaat yang lainnya bisa dengan mudahnya terpesona padanya, tidak dengan Heera. Kesan pertamanya saat melihat respon Heera adalah, wow dia cukup menantang.

Jadi sekarang, siapa yang membuatnya bingung? Heera atau Suhyun?

"Ah! Dua-duanya sama saja!" Taehyung menjerit di dalam hatinya.


kindacrzyy,
2019.

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang