41 • numb

482 65 3
                                    

"Suhyun, bagaimana aku menjelaskannya?"

Heera terus bertanya pada Suhyun tentang hal yang sama. Ia takut Mino akan melihat bekas di lehernya dan Mino akan memaksanya untuk tidak sekolah lagi. Ia tidak ingin itu terjadi.

Suhyun mencoba menenangkan Heera. Mereka berada di perjalanan pulang. Suhyun sengaja mampir ke rumah Heera karena ia masih khawatir dengan kondisi Heera.

"Tenang saja, nanti akan aku jelaskan."

"Tidak! Jangan mengatakan yang sebenarnya. Aku takut Mino oppa akan mendatangi Beomju."

Suhyun tertegun. Bisa-bisanya Heera masih mempedulikan orang yang sudah melukainya. Suhyun sendiri dengar, Beomju adalah orang mempengaruhi Taehyung dengan mengatakan bahwa Heera itu gila. Jujur, Suhyun sudah tidak bisa memaafkan Beomju. Meskipun ia bukanlah pihak yang dirugikan.

"Kenapa kau mau mempedulikan orang seperti dia?" Suhyun mengalihkan pandangannya. Tiba-tiba saja ia sedikit kesal karena sifat Heera. Heera justru diam dan menatap Suhyun dengan tatapan datarnya.

"Karena aku tidak ingin seperti dia, Suhyun."

Sekarang Suhyun paham, Heera adalah orang yang berusaha melakukan yang terbaik agar orang lain tidak meragukan kesehatan mentalnya. Ya, Heera sedang berusaha keras. Suhyun merangkul pundak Heera dalam diam. Ia tersenyum tanpa menoleh sedikitpun.

"Kau sudah berusaha keras, Heera. Taehyung pasti bangga denganmu," batinnya.

Mereka sudah sampai di rumah Heera. Suhyun baru saja mengantar Heera ke klinik Joojin. Awalnya Heera terkejut dan mengelak, namun Suhyun memaksa dan bersikeras akan menemani Heera menjalani pengobatan.

Hari sudah gelap. Meskipun begitu, Suhyun tetap mengantarkan Heera pulang ke rumah. Suhyun memang sangat memperhatikan Heera semenjak kecelakaan itu. Begitu sampai di depan rumah, Heera memejamkan mata dan menyentuh lehernya.

Suhyun melihatnya. Ia mengusap bahu Heera. "Kau langsung istirahat saja. Soal itu biar aku yang mengatakannya pada Mino oppa."

Ketika mereka membuka pintu utama rumah Heera, mereka bisa melihat Mino tengah duduk di kursi sofa sembari melihat siaran televisi. Mino menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Oh, Suhyun rupanya."

Mino belum menyadari luka di leher Heera. Karena sejak masuk ke dalam rumahnya, Heera terus menundukkan kepala. Heera berjalan mendahului Mino dan Suhyun di sana. Mino menatap kepergian Heera dengan heran, namun Suhyun dengan segera meminta Mino untuk duduk di kursi sofa.

"Aku ingin menceritakan sesuatu."

"Apa itu?"

"Kalau aku sudah menceritakannya padamu, janji kau tidak akan marah ke Heera."

Mino mengerutkan keningnya. "Heera kenapa?"

"Dia baru saja mengeluarkan emosinya di sekolah. Tapi itu bukan salahnya," lanjutnya dengan cepat sebelum Mino menyela. "Memang ada murid yang cari masalah dengannya."

Mino mendengarkan dengan baik.

"Dia juga orang yang sudah mempengaruhi pikiran Heera. Dia yang membuat Taehyung hampir meyakini kalau Heera itu gila. Jadi wajar jika dia sangat marah."

"Berani sekali dia cari masalah dengan Heera," Mino terkekeh.

"Soal luka di lehernya. Oppa tidak melihatnya?"

"Luka? Sejak kapan dia terluka?"

Suhyun mulai menceritakan rentetan kejadian bagaimana Heera bisa mendapatkan luka di lehernya. Juga Heera yang hampir saja membunuh Beomju di sekolah. Suhyun benar-benar tak bisa membayangkan jika Heera menusuk wajah Beomju waktu itu juga.

"Dia jauh lebih menyeramkan dari sebelumnya," tutur Suhyun.

Seketika Suhyun teringat sesuatu. "Oh iya, tapi tadi Heera bilang, dia tidak merasakan sakit apapun pada lehernya. Apa karena dia sudah terbiasa menyayat tangan ya?"

Mino menoleh dengan cepat. "Dia tidak merasakan apapun?" ulang Mino.

Suhyun mengangguk. "Padahal darahnya sudah keluar banyak. Tapi Heera tak merasakan sakitnya. Justru aku yang kebingungan."

"Tidak mungkin," gumam Mino. Tatapannya kosong. Ia terlihat sangat terkejut dengan fakta yang baru saja dikatakan Suhyun. Ia jadi teringat tentang percakapannya dengan dokter waktu itu.

"Gejala-gejala itu tidak bisa kita deteksi kapan datangnya. Tapi pasien akan mengalaminya secara perlahan."

"Apa saja?"

"Pasien akan kehilangan sensasi terhadap sentuhan, sering mengalami kram dan nyeri otot, dan juga mati rasa."

"Mati rasa?"

Dokter itu mengangguk. "Kau harus mengamatai pasien Heera. Karena aku dengar, dia mengalami sakit mental bukan?"

Mino mengangguk. "Tapi dia sudah melakukan pengobatan lagi untuk itu."

"Aku khawatir kalau dia tidak bisa menerima kenyataan ini. Dan akan melakukan hal yang berbahaya. Karena setelah hari ini, pasien Heera mungkin tidak akan merasakan kepuasan setelah ia mencoba melukai dirinya sendiri."

"Darimana anda tahu tentang itu?"

"Aku bisa melihat bekas lukanya dengan jelas. Aku memberikan saran padamu, jangan sampai pasien Heera mencari kepuasan dengan cara itu. Mungkin saja, ia sudah mengalami gejala kehilangan sensasi pada sentuhan atau mati rasa. Aku khawatir ia tidak akan berhenti sebelum ia benar-benar merasa sakit."

Mino paham. Meskipun Heera belum tentu mengalami gejala itu, tapi itu mungkin saja terjadi. Ia harus benar-benar memantaunya mulai saat ini.

Mino menghela nafas. Sepertinya tidak ada salahnya ia mengatakan ini pada Suhyun. "Suhyun, akan aku ceritakan tentang Heera dan tolong, jaga dia dengan baik mulai dari sekarang."

Suhyun menaikkan kedua alisnya. Dari nada bicara Mino, ia bisa merasakan kepasrahan itu. "Memangnya apa itu?"

Setelah memastikan tidak ada Heera disekitarnya, Mino menceritakan semuanya. Reaksi Suhyun? Tentu saja ia sangat terkejut. Bahkan ia terus menutup mulutnya ketika Mino bercerita. Rasanya ia ingin menangis. Ia tak bisa membayangkan bagaimana beratnya berada di posisi Heera.

"Sekarang kau mengerti kan? Kenapa aku sangat posesif dengannya akhir-akhir ini."

Suhyun mengangguk, ia mengusap air matanya yang sempat keluar. "Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menjaganya."

Mino menyetujui itu. Karena ia juga sama. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menjaga dan meminta bantuan pada orang lain. Mino menyandarkan punggungnya dan menatap langit-langit rumahnya.

"Bagaimana jika Taehyung mengetahui hal ini?" tanya Suhyun.

"Itu yang sering aku pikirkan." Mino terus menatap langit-langit rumahnya. "Apa Taehyung tetap akan ada untuk Heera?" Ia terkekeh, "Ia kembali atau tidak kita saja belum tahu."

"Aku yakin dia pasti kembali, oppa."

kindacrzyy,
2020.

Pendek banget? hehe, maaf ya.
Kayaknya TRAUMA ini bakalan panjang banget deh wkwk. Karna sampe chapter ini aja belum sampe klimaksnya anjir 🤣
Gapapa lah ya, aku ringkas dikit biar ga terlalu panjang. Semoga bisa :))

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang