35 • wrong

734 123 17
                                    

Sebelumnya maaf ya kalo ini pendek dan penuh dengan typo. Maaf juga kalo part ini agak absurd dan kurang enak dibaca. Karna aku langsung publish setelah selesai nulisnya.

Nanti bakalan aku revisi. Jangan lupa tinggalkan vote comment ya teman 🦋

          Semuanya berawal dari Heera yang curiga dengan Taehyung. Jika saja ia tidak begitu penasaran dengan sesuatu yang disembunyikan Taehyung, mungkin ia tak akan menyesal. Ia menyesal saat ini.

          Di dalam hatinya, ia menjerit karena penyesalan itu. Tapi ia tak bisa mengekspresikannya dengan baik, maka dari itu ia selalu terlihat murung, bahkan tak jarang ia seperti orang linglung. Jika ia emosi karena ada orang di dekatnya, itu karena ia merasa ada tekanan ketika seseorang berbicara padanya. Ada tekanan antara apa yang dikatakan orang lain dengan apa yang berkecamuk di pikirannya. Ia tak kuat menahannya, dan akhirnya meledak tanpa ia minta.

          Tak ada yang ingin merasakan kondisi itu. Begitu juga dengan Heera. Ia menyesal, benar-benar menyesal.

          Melihat wajah polos yang menjadi pemandangan utamanya saat ini, ia merasakan emosi itu. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain menjerit, menggeram, dan meronta tak jelas.

          Sekali lagi ia melangkah ke belakang, ia yakin tubuhnya akan terhempas jauh. Ia menahan nafasnya. Berusaha meyakinkan diri jika ini tidak benar. Tapi suara di hatinya berkata lain.

          Ia bingung. Kenapa bisa ada banyak suara di dalam dirinya?

          "Heera-"

          "Diam!" jerit Heera dengan frontal. Ia menjerit dengan semua sisa suaranya.

          "Jangan melakukan ini, Heera-ya. Ini aku, Suhyun."

          "Menjauh! Jangan mendekat!"

          Suhyun menatap Heera dengan nanar. Heera seperti orang kerasukan saat ini. Yang ia lihat saat ini bukan Heera, tapi emosi yang merenggut setengah jiwa Heera.

          "Heera, tenang, jangan bergerak lagi," pinta Suhyun dengan suara yang sangat lembut. Ia tak ingin ucapannya menjadi pemicu emosi Heera memuncak lagi.

          "Aku Suhyun, aku tak akan menyakitimu."

          "Bohong! Pergi!"

          Suhyun memejamkan matanya karena teriakan itu begitu kencang. "Tidak, aku jujur. Aku tidak mungkin menyakitimu."

          Emosinya benar-benar berada di puncaknya. Tapi entah kenapa ada sesuatu yang terngiang di kepalanya. Ingatannya tentang ucapan itu kembali terlintas di pikirannya.

          "Kau bohong," ucapnya lagi, tapi kali ini dengan suara yang sedikit melemah. "Kau tidak menyakitiku secara fisik, tapi disini.. Aku kesakitan."

          Suhyun membulatkan matanya, hatinya mencelos ketika melihat Heera menyentuh dadanya.

          "Kalian yang memulainya!" Dan lagi, teriakan itu kembali terdengar. "Sebenci itukah kalian padaku?! Kenapa kalian menganggapku gila?! Aku tidak gila!"

          Heera benar-benar histeris, sangat-sangat histeris. Suhyun tak punya pilihan lain, ia mendekati Heera dan membawa Heera ke dalam pelukannya. Ia menerima sekian pukulan dari Heera, tapi ia sanggup menahannya.

          Suhyun hanya memeluk Heera dengan erat, tanpa membalas satu pun ocehan Heera yang terdengar memilukan di telinganya.

          "Katakan padaku, itu tidak benar kan?"

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang