32 • crazy

711 134 23
                                    

Harap membaca part ini dengan kepala dingin! 🔥🔥

Vote komen sebagai apresiasi jangan lupaa :)

          Taehyung memijat sisi kanan pelipis matanya. Ia tak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini. Semuanya terasa memusingkan. Ini sudah beberapa menit ia diam, tapi ia tak merasakan denyutan di kepalanya berkurang.

          "Kau sudah percaya padaku kan?"

          "Diamlah."

          Taehyung berusaha mengabaikan beberapa kalimat yang menghantui pikirannya itu. Ia masih terus berusaha berpikir menggunakan logikanya.

          "Kenapa? Apa buktinya masih belum kuat? Aku benar kan? Heera itu gila."

          Taehyung berdecak. "Jaga mulutmu, selagi aku masih sabar."

          Beomju menghela nafas dan memutar bola matanya dengan malas. "Apalagi yang kau perlukan? Apa perlu bukti lain?"

          "Aku bilang diam!"

          Beomju tersentak ketika Taehyung berteriak tepat di depan wajahnya. Ini kali pertama ia melihat Taehyung marah seperti sekarang. Ia melihat nafas Taehyung tersengal, matanya mulai memerah.

          Beberapa detik mata mereka bertemu. Sebelum Taehyung memejamkan matanya sejenak, kemudian menarik nafas panjang. "Keluar, cepat keluar."

          "T-taehyung."

          "Keluar." Karena Beomju tak kunjung beranjak dari duduknya, Taehyung berdecak dan membuka pintu mobilnya. Ia berjalan ke sisi kanan mobilnya, kemudian membuka pintu sebelah kanan mobilnya.

          "Keluar sekarang." Taehyung menarik lengan Beomju dengan kasar. Ia sudah tak peduli lagi jika Beomju adalah perempuan.

          "T-taehyung.. Sakit."

          "Cepat keluar. Pergi."

          Taehyung kembali menutup pintu mobilnya setelah Beomju keluar dari mobilnya. Kemudian ia berjalan menuju sisi kiri mobilnya, ia tak memedulikan Beomju yang berteriak sambil memukul kaca mobilnya. Ia melajukan mobilnya dengan kencang, menjauhi tempat itu.

          Beberapa menit yang lalu, ia melihat semuanya. Heera keluar dari klinik itu. Dengan seorang wanita berkacamata dengan jubah dokter. Ia ingat apa nama klinik itu. Ia juga masih ingat kalimat-kalimat yang menghantui pikirannya itu.

          Ia mengeratkan genggaman tangannya pada setir mobilnya. Saat melihat keadaan di sekelilingnya sepi, ia menepikan mobilnya dan berhenti secara mendadak.

          "Tidak, tidak mungkin." Entah kenapa rasanya sesak. Ia menempelkan dahinya pasa setir mobil. Tanpa sadar dadanya bergetar.

          "Heera.."

          Beomju memang sialan. Kalimat singkatnya beberapa menit lalu benar-benar mempengaruhi pikirannya.

          Tiba-tiba saja ia mengingat tentang Heera. Apa saja yang telah ia lalui untuk mengganggu Heera. Dan apa reaksi Heera selama ia berusaha mendekatinya. Ia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada setir mobilnya. Ia berusaha meyakini bahwa Beomju salah. Heera tidak gila. Tidak, tidak mungkin.

          Ia menggeram dan mengusap wajahnya dengan kasar. Kepalanya benar-benar terasa seperti dihantam. Mesin mobilnya masih menyala, tapi ia bingung ingin membawa mobilnya kemana. Ia butuh menjernihkan pikirannya.

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang