36 • confuse

734 97 6
                                    

Haloooo 😩
Maaf ya aku baru update sekarang. Beneran maaf bangettttt
Aku lagi berhalangan buat nulis, mohon pengertiannya ya kawan :))
Tapi part ini udah cukup panjang kok. Sesuai janji, aku bakalan bikin agak panjangan waktu update 🥰

Jangan lupa vote comment ya sayang :*

"Memangnya kenapa?"

"Intinya jangan."

Suhyun mengerutkan keningnya. Apa yang Heera katakan barusan? Kenapa Heera memintanya untuk tidak bertemu Taehyung besok malam. Memangnya siapa yang ingin bertemu dengan Taehyung? Ia saja tidak menghubungi Taehyung selama satu minggu terakhir ini.

"Aku tidak memiliki janji apapun dengan Taehyung."

"Baguslah kalau begitu," Heera mengacungkan ibu jarinya, kemudian berjalan meninggalkan Suhyun.

"Tapi kenapa? Kenapa kau tiba-tiba melarangku bertemu Taehyung? Kau cemburu ya?"

"Bukan perkara cemburu, tapi-"

"Apa ada yang menyebut namaku?"

Heera dan Suhyun sama-sama menoleh ketika mendengar suara berat diantara mereka. Suhyun berdecak dan menampar pelan pipi kiri Taehyung.

"Ya, kenapa menamparku?"

"Seharusnya kau datang lebih lama," Suhyun kembali berdecak. Heera tentu tahu apa yang membuat Suhyun kesal. Tapi berbeda dengan Taehyung. Dia hanya mengusap pipi kirinya yang baru saja ditampar lembut oleh Suhyun.

"Dia kenapa sih?" tanyanya pada Heera dengan suara pelan.

Heera hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Tidak penting baginya untuk Taehyung tahu apa yang ia bicarakan dengan Suhyun. Juga tidak penting agar Suhyun tahu apa maksud larangannya tadi. Yang jelas, ia melarang karena baginya ini benar-benar akan terjadi.

Taehyung duduk di samping Heera. Ia melihat raut wajah Heera yang teduh. "Sudah membaik?"

Heera mengangguk.

"Kau ingin apa? Akan aku belikan."

"Taehyung, ini belum bel masuk sekolah," gerutu Heera. Suhyun terkekeh dan menggelengkan kepalanya karena pertanyaan terakhir Taehyung. Ia memilih untuk memainkan ponselnya dan memberikan tempat untuk mereka.

Heera terus diam tanpa melirik ke arah Taehyung yang ada di sampingnya.

"Aku mengganggu ya?"

Heera berdecak, memutar kedua bola matanya, lalu mengangguk.

"Kalau begitu ma-"

"Taehyung," panggilnya.

Merasa terpanggil, Taehyung berdeham sebagai jawaban. Kini Heera menatapnya dengan lekat.

"Boleh aku minta sesuatu?"

"Apa itu?"

"Bisa tidak, kau sedikit mengurangi kadar bicaramu? Telingaku jenuh mendengarnya."

Detik itu juga, Taehyung mengatupkan kedua bibirnya dengan rapat. Tak lupa dengan ekspresi bersalahnya yang membuat kadar bahagia Suhyun bertambah. Suhyun tertawa cukup keras karena Taehyung.

———

"Aneh kan?"

"Kalau memang benar yang kau ceritakan, itu aneh."

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang