33 • mine

832 134 10
                                    

          Ia memperlambat langkahnya. Padahal hanya beberapa langkah lagi ia sudah memasuki kelasnya. Tapi rasanya saat ini jauh lebih berat dari biasanya. Jangan lupakan penampilannya yang jauh lebih buruk dari biasanya. Seolah dari penampilannya, sudah tergambar semua beban di kepalanya.

          Taehyung merasakan kepalanya semakin berdenyut ketika ia sudah memasuki kelasnya. Suasana berisik membuatnya semakin lemas. Ia berjalan dengan malas menuju bangkunya. Membiarkan Jimin yang tengah bergurau dengan murid lain.

          Hingga ia tak sengaja bertemu pandang dengan Heera. Gadis itu terlihat seperti biasanya. Ketika Taehyung baru saja menangkap kedua mata Heera yang tengah melihatnya, ia bisa merasakan sengatan listrik di tubuhnya.

          Ia tersenyum kikuk sebelum memutuskan kontak mata itu.

          Soal kemarin malam, ia membatalkan niatnya untuk menemui Heera. Bodoh memang. Kemarin ia bahkan sudah berhenti di depan gerbang rumah Heera. Tapi ia membuang waktunya disana selama 20 menit, hanya untuk menatap kamar Heera yang masih terang.

          Ia mungkin tak akan pergi jika ia tak melihat pantulan sepeda motor milik Mino melalui spion mobilnya.

          "Tae-"

          "Hah? Apa?" Taehyung benar-benar tak bisa menahan detak jantungnya. Ia mendongak, menatap siapa yang baru saja menyentuh pundaknya sambil memanggil namanya. Ia menelan ludahnya.

          "Kau kenapa? Padahal aku hanya menyentuh pundakmu."

          "A-aniya. Aku hanya sedang melamun. Makannya aku terkejut," Taehyung terdiam sebentar. "Oh ya, kenapa memanggilku?"

          "Nanti apa kau punya waktu?"

          "Kapan?"

          "Pulang sekolah."

          Taehyung melirik ke atas, menunjukkan bahwa ia tengah berpikir. "Sepertinya ada. Memangnya ada apa?"

          "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu, nanti," jawabnya dengan sedikit berbisik.

          Taehyung mengangguk tanpa ragu. "Tapi apa sangat serius?"

          "Ya, ini serius."

          Mendengar helaan nafas Taehyung, gadis itu kembali menepuk pundak Taehyung sebelum pergi dari tempatnya. Ia tidak tahu ada sesuatu yang menjadi beban di kepala Taehyung. Sebenarnya orang yang sedang banyak pikiran juga bisa dilihat dari raut wajah mereka, tapi mungkin Taehyung begitu pintar menyembunyikannya.

          Ia pembohong yang pintar.

———

          Heera mendengus kesal. Sepanjang jam istirahat ini, ia hanya mengaduk-aduk minumannya. Hari ini ia tak memesan makanan seperti biasanya. Ia rasa perutnya masih terasa penuh. Berbeda dengan Suhyun yang sedang menyantap makanannya dengan lahap.

          Mendengar helaan nafas Heera yang kesekian kalinya, Suhyun melirik ke arah Heera. "Aku menghitung berapa banyak kau mendengus seharian ini."

          Heera melemaskan pundaknya. "Aku kesal, Suhyun-ah."

          "Apalagi yang membuatmu kesal?" Suhyun menelan makanannya. "Kau terlalu banyak merasa kesal, aku takut wajahmu akan menua sebelum waktunya."

          "Ya! Jaga bicaramu," amuk Heera.

          Suhyun terkekeh dan menganggukkan kepalanya. Niatnya untuk menggoda Heera ternyata berhasil. "Kenapa lagi sekarang?"

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang