Ketika Jimin mengetuk pintu utama rumah Taehyung, ia disambut oleh Nyonya Kim. Awalnya Nyonya Kim ingin menyambutnya dengan hangat, tapi melihat Jimin memapah Taehyung, Nyonya Kim terlihat keheranan.
"Anak itu kenapa?"
"Dia lemas sekali, bi. Boleh aku bawa Taehyung ke kamarnya? Dia berat sekali."
"Oh, tentu saja." Nyonya Kim memberi jalan untuk Jimin. Ia menatap langkah Jimin yang terlihat kelelahan. Kasihan sekali. Jimin kecil harus memapah Taehyung giant.
Saat beliau hendak menutup pintu, ia mendengar suara klakson sepeda motor. Seseorang yang mengendarai sepeda motor memasuki area rumahnya. Ia sempat tak mengenali siapa orang itu. Tapi setelah orang itu melepas helmnya. Nyonya Kim tersenyum cerah.
"Mingyu! Kau semakin tampan saja."
Mingyu terkekeh. "Ah, bibi."
Sementara itu, Jimin menghembuskan nafas lega ketik ia berhasil merebahkan Taehyung ke atas tempat tidur. Atau mungkin bukan merebahkan, tapi melempar. Ia melepaskan Taehyung begitu saja dan membiarkan Taehyung ambruk dengan sempurna.
Ia membenarkan letak selimut yang menutupi tubuh Taehyung. "Kau itu selalu saja menyusahkan. Tapi aku kasihan melihatmu sakit."
Tak lama datanglah Nyonya Kim bersama dengan Mingyu. Tadi Jimin menyempatkan diri untuk menunggu Mingyu selesai dengan pertemuannya. Setelah itu, ia meminta Mingyu untuk membawa sepeda motornya. Sementara ia harus menyetir mobil Taehyung. Jadi, Mingyu datang ke rumah ini menggunakan sepeda motor milik Jimin.
"Taehyung terlalu lemah ya?" tutur Nyonya Kim.
Jimin terkekeh. "Taehyung memang sejak dulu tidak bisa terkena air hujan kan, bi?"
"Ya, benar. Haish jinjja, anak itu butuh suplemen daya tahan tubuh."
"Ah iya," Jimin merogoh saku celananya. "Ini kunci mobilnya, bi." Ia menyerahkan kunci mobil milik Taehyung lada Nyonya Kim. Setelah Nyonya Kim menerimanya, beliau meminta Jimin dan Mingyu untuk turun kebawah. Kini mereka duduk di ruang tengah.
"Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu pada kalian."
Jimin dan Mingyu tak menjawabnya, mereka tahu Nyonya Kim akan berbicara serius. Terlihat dari raut wajahnya.
"Di sekolah kalian pasti ada murid unggulan kan?"
"Aku murid unggulan," Mingyu menjawabnya dengan ringan.
"Ah tidak, maksudku, unggul dalam hal pelajaran. Bukan olahraga sepertimu."
Sontak, Jimin memukul paha Mingyu dengan sedikit keras. Mingyu hanya tersenyum malu. "Mian, aku tidak tahu."
"Jadi, apakah ada?"
"Tentu saja ada, bi. Banyak sekali murid di sekolah kami yang otaknya begitu encer."
Mingyu mengangguk. "Ada yang terlihat pintar hanya dengan kacamata yang tebal. Tapi ada juga yang sebenarnya pintar, tapi tidak terlihat."
"Apa kalian bisa mengusulkan satu orang saja padaku?"
Jimin dan Mingyu sama-sama saling tatap. "Untuk apa bi?"
"Kapan kalian akan ujian?"
Jimin dan Mingyu kembali menatap satu sama lain. Mereka terlihat berpikir, berusaha mengingat tanggalnya. Namun akhirnya, Mingyu membuka ponselnya untuk melihat catatannya.
"Lima bulan lagi."
"Itu waktu yang singkat. Apa kalian sudah belajar?"
Mereka menggelengkan kepalanya dengan serentak. Membuat Nyonya Kim ikut menggelengkan kepalanya juga. "Jangan meremehkan waktu."
![](https://img.wattpad.com/cover/143206959-288-k586226.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA | kth ✔️
Fanfic[COMPLETED] Kebencian itu terus tumbuh menjadi rasa takut. Ketakutan yang akan terus menakutinya. Heera Darelly Song, ia tak tahu apa yang akan terjadi dalam hidupnya ditahun-tahun kedepan. Ia tak yakin ada perubahan yang akan ia alami. Ia tak per...