46 • animus

470 66 2
                                    

haii
aku boleh kan menyapa sebelum kalian baca part ini :(
suka sedih karna kalian semua diem, mood nulis aku kan jadi berkurang :))

          Gadis itu terpaksa harus pulang malam karena ia harus mencetak semua profil murid angkatannya dan memisah-misahkan sesuai kelasnya. Ia meraih satu kertas yang baru saja keluar dari mesin cetak.

          "Heera Darelly Song. Anak kedua dari dua bersaudara. Mino Darello Song. Hm?" Ia menaikkan kedua alisnya ketika membaca profil Heera. "Ternyata dia punya kakak."

          Ia berhenti membaca profil Heera dan mulai melanjutkan kegiatannya. Ia tak ingin semakin malam di sekolah. Setengah jam berlalu, ia selesai dengan semua kertas yang baru saja ia tata sesuai kelas. Ia menumpuk semuanya di atas meja dan mengunci ruangan itu sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.

          Ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Huft, aku ingin segera berendam air hangat."

          Ia berjalan melewati pintu gerbang sekolah dan melewati trotoar yang sepi di malam hari. Bulu kuduknya berdiri ketika ia mulai merasakan hawa yang tidak enak. Ia menyentuh leher bagian belakangnya dan mempercepat langkahnya. Tapi langkahnya tersendat ketika melihat tiga pria mabuk di hadapannya.

          Ia menelan ludahnya. Ia tidak ingin lewat sana, tapi ia harus kemana lagi? Ia memejamkan matanya karena bingung. Ia takut terjadi sesuatu jika ia melewati mereka.

          "Hai cantik."

          Ia terpenjat dan segera membuka matanya ketika seseorang menyentuh dagunya. Ia nyaris berteriak ketika melihat tiga pria itu sudah berada di dekatnya. Ia menahan nafas ketika salah satu dari mereka mengusap rambutnya.

          "Malam-malam begini kenapa masih di luar?"

          "J-jangan sentuh aku," ucapnya sembari menepis tangan pria itu. Ia hendak berjalan menerobos mereka, tapi tubuhnya terpental ketika pria di hadapannya mendorongnya menggunakan pundaknya.

          "Kalian lihat? Dia menggoda kita."

          Gadis itu mendarat di tanah karena dorongan yang ia terima. Ketika tersungkur, ketiga pria itu mengambil kesempatan untuk melihat pahanya yang terekspos. Gadis itu membersihkan telapak tangannya karena kotor. Namun saat tengah membersihkan tangannya, seseorang menaruh jaket di atas pahanya. Ia mendongak dan melihat wajah pria itu. Ia yakin ia tidak kenal dengan pria yang menaruh jaket itu untuknya.

          "Apa ini pekerjaan kalian? Menggoda gadis sekolah?"

          Mereka tertawa. "Lihat? Siapa pahlawan yang datang," ia berjalan mendekat dan menatap wajah lawan bicaranya dengan teliti. "Jangan macam-macam dengan-"

          bruk

          "Bos!" Dua pria lain dengan segera membantu bos mereka yang tersungkur karena tendangan di perutnya.

          "Maaf menyela. Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengarkanmu."

          "Sial! Kau!" Pria itu bangkit dan hendak membalas tendangan yang ia dapatkan. Tapi lagi-lagi ia kalah karena tangannya dengan cepat ditepis dan kini tangannya diinjak begitu saja.

          "Pemilik sabuk hitam sepertiku terlalu mudah untuk menghadapi kalian," ia menatap dua pria yang hanya berdiri di tempatnya. Ia terkekeh dan menyingkirkan kakinya dari tangan pria di bawahnya.

          Mereka saling tatap dengan wajah kikuk mereka. Kedua pria itu menatap orang yang baru saja menghajar bosnya dengan mudah.

          "Tidak ingin pergi? Aku melepaskan kalian."

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang