20 • feel

1K 225 27
                                    

Mohon maaf lahir dan batin ya 🙏🏻💓
Minta maaf karena aku jarang on akhir-akhir ini huhu.
Aku habis sakit :((

Vote comment jangan terlewatkan yaaa

Kimtae: Besok kau ke rumahku. Apa perlu aku jemput?

Heera berdecih dan melempar ponselnya ke atas ranjang. Ia beringsut duduk diatas lantai dengan pinggiran ranjang sebagai sandarannya. Moodnya tak kunjung membaik sejak kemarin. Ia meremat sisi kanan dan kiri kepalanya dan menggeram kesal. Bahkan karena tarikan pada rambutnya yang begitu kencang, ia merasa sedikit pusing setelah cengkraman itu ia lepas.

Ia menghela nafas berat. Kemudian ia mengganti seragam sekolahnya dengan asal-asalan. Kini ia memakai baju hitam yang melekat erat ditubuhnya dan hot pants yang senada dengan bajunya.

Ia meraih jaket boomber hitamnya dan memakainya sebelum ia keluar dari kamarnya. Tidak ada tanda-tanda Mino di setiap sudut rumahnya. Ia melangkah pergi dari rumahnya.

Malam ini, ia akan menghabiskan semua keresahannya. Dengan harapan, besoknya ia akan segera melupakan keresahan yang ia rasakan saat ini.

Tanpa ia sadari, seseorang mengikuti langkahnya.

Ia terus berjalan jauh, semakin jauh. Tak ada pikiran apapun di otaknya. Ia merasa kosong malam ini. Kakinya bergerak menurut keinginan hatinya. Namun pikiran dan pandangannya kosong. Semua orang yang kebetulan lewat dan melihatnya akan mengerutkan dahi. Heera terlihat aneh.

Hingga ia sampai di sebuah kedai yang cukup besar. Ia memasuki kedai itu, mendekati paman yang tengah membaca koran.

"Paman, beri aku dua."

Ia berjalan menuju salah satu meja di pojok ruangan yang kosong. Ia membenamkan kepalanya diantara kedua lengannya sembari menunggu pesannya datang.

"Permisi."

Heera mengangkat kepalanya perlahan. Pelayan itu meletakkan dua botol berwarna hijau diatas mejanya, juga dengan satu gelas kecil.

Heera membenturkan tutup botol itu ke ujung mejanya, sehingga tutup botol yang masih disegel itu lepas dengan mudahnya. Bahkan pelayan yang belum sempat meninggalkan tempatnya itu menatap Heera dengan kagum. Tapi Heera seakan tak peduli. Ia menuangkan minuman itu secara penuh ke gelasnya.

Satu gelas ia minum, ia menuangkan lagi. Pelayan itu meninggalkan meja Heera dengan terheran-heran. "Terlihat sekali dia hobi minum."

Heera terus menuangkan air tak berwarna itu ke dalam gelas kecil, kemudian meminumnya dengan cepat. Ia menghela nafas setelah satu botol sudah ia habiskan. Ia berani bertaruh, kesadarannya masih utuh. Ia memang tahan terhadap alkohol. Karena ia sudah terbiasa dengan minuman itu.

Ia membuka tutup botol yang satunya. Kemudian ia kembali menuangkan air itu ke dalam gelas. Meminumnya tanpa jeda.

"Paman! Aku mau satu lagi!"

"Ne."

Paman pemilik kedai itu membawa satu botol untuk Heera. Ia meletakkan botol itu diatas meja Heera. Ia menatap wajah Heera yang tampak kacau. Gadis itu mulai berada dibawah pengaruh alkohol.

"Apa? Pergi sana."

Paman itu membulatkan matanya ketika Heera berbicara tak sopan padanya. Tapi untungnya ia sudah terbiasa dengan itu. Lihat saja, bukan hanya Heera yang sudah mabuk di kedai itu. Jadi ia sudah berulang kali mengalami hal yang sama. Bahkan pernah yang lebih parah. Paman itu segera meninggalkan Heera.

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang