26 • can

820 184 14
                                    

Semenjak hari itu, Heera semakin tak paham dengan dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya diinginkan hatinya, apa yang sebenarnya terjadi pada saraf-saraf di dalam tubuhnya. Kenapa rasanya aneh?

Ia keluar dari kamarnya dengan wajah gusar. Bahkan Mino bisa melihat dengan jelas kegelisahan itu. "Sesuatu terjadi?"

Heera mendudukkan pantatnya di kursi meja makan. "Molla."

Mino masih menata semua masakannya di atas meja makan. Sementara Heera hanya duduk termenung dengan pikiran yang tak ada ujungnya. Tapi saat ia melihat sisi kiri meja makan, ia melihat brosur yang sepertinya ia kenali. Itu brosur yang pernah diberikan Joojin waktu itu.

Ah, iya. Mengenai Joojin. Heera sendiri sampai lupa untuk melakukan apa yang disarankan Joojin padanya. Ia masih ingat apa saja yang dikatakan Joojin waktu itu. Tapi ketika ia mengingat lagi, pundaknya terasa memberat.

"Makanlah. Sebelum semuanya dingin."

"Oppa."

"Hm?"

Heera memukul brosur itu pada ujung meja makan. "Kenapa bebanku rasanya semakin berat saja ya?"

Mino mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"

"Aku juga tidak tahu. Rasanya semakin kesini, aku semakin malas menjalani semuanya."

Mino yang awalnya sibuk memunguti makanan yang ia inginkan, kini termenung menatap Heera. Tak mendapat jawaban yang cepat dari Mino, Heera menghela nafas kasar.

"Sudahlah, lupakan." Heera bertingkah seolah-olah ia benar-benar melupakan apa yang baru saja ia katakan. Sebenarnya dalam diamnya, Mino memikirkan keadaan Heera. Apa yang membuat adiknya sampai mengatakan hal itu.

Heera memang jarang mengatakan keluhannya. Karena memang, Heera bukan tipe orang seperti itu. Alasan itulah yang membuat sarapan kali ini terasa hambar bagi Mino.

"Kau sudah siap?"

Anggukkan kepala yang diberikan Heera menunjukkan jawabannya. Kakak beradik itu meninggalkan rumah mereka dengan sepeda motor gagah milik Mino.

Saat Heera baru saja turun dari sepeda motor itu, ia mendengar seseorang memanggil namanya dari jauh.

"Itu Suhyun?" tanya Mino. Heera mengangguk. Ia menunggu Suhyun berjalan mendekatinya.

"Suhyun-ah, lama aku tidak melihatmu."

Suhyun terkekeh. "Aku dengar oppa sudah bekerja ya?"

"Heera memberitahumu?"

"Iya. Sudah beberapa hari yang lalu."

"Suhyun, ayo."

Menyadari Heera sudah menunggunya sejak tadi, akhirnya Suhyun menyudahi percakapan singkatnya dengan Mino. Mereka berjalan menuju area kelas mereka. "Kau tidak terlalu memikirkan hal kemarin kan?"

"Untuk apa?" Heera menyingkirkan anak rambut yang mengenai wajahnya. "Aku sudah terbiasa. Paling-paling setelah ini mereka akan melihatku seharian."

Saat mereka sampai di depan kelas Heera, mereka melihat Taehyung duduk di bangku milik Heera. Heera berdecak dan mendekati Taehyung. "Pergi."

"Kan ini masih kosong." Taehyung menepuk kursi di sisi kanannya yang memang akan diduduki Heera. "Silahkan duduk."

"Sudahlah, duduk saja."

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang