09 • miss

1.4K 333 14
                                    

"Taehyung! Bangun! Kau bisa dihukum jika telat masuk." Nyonya Kim berteriak seraya berjalan menuju kamar Taehyung. Ia membuka pintu kamar itu, nampaklah sosok Taehyung yang masih berbaring di atas ranjang, dengan selimut yang sudah tergeletak di atas lantai.

Nyonya Kim menyentuh kening dan leher anaknya. Suhunya tak begitu tinggi, tapi untuk dibilang normal juga belum sepenuhnya.

"Emh~" Taehyung menggeliat ketika merasakan sesuatu tengah mengusiknya. Nyonya Kim tersenyum dan mengguncang lengan anaknya dengan tenaga yang tak begitu kuat.

"Cepat bangun. Nanti kau telat."

"Ah eomma, aku ijin saja hari ini. Badanku masih belum membaik."

"Jangan manja," Nyonya Kim memungut selimut milik Taehyung. "Selama masih bisa berjalan, kau harus masuk."

Taehyung berdecak. Perkataan Nyonya Kim sama seperti gurunya saat ia masih di sekolah menengah pertama. Kalau masih bisa berjalan, seharusnya bisa masuk. Taehyung ingin mengutuk siapapun yang pertama kali menciptakan kalimat itu.

Meskipun berat hati ingin beranjak dari ranjangnya, pada akhirnya ia tetap melakukan apa yang diucapkan Nyonya Kim.

Beruntunglah Taehyung memiliki ibu seperti Nyonya Kim. Beliau sudah mengurus seragam sekolah Taehyung yang kemarin basah kuyup. Ketika ia mengenakan seragam sekolahnya, ia teringat sesuatu yang kurang.

"Eomma, dimana blazerku?"

"Entah. Eomma tidak melihatnya."

"Tapi seragamku kan sudah dicuci."

"Ya memang. Tapi kemarin blazermu tidak ada."

Tak ingin terlalu memikirkan blazer sekolahnya, Taehyung segera meraih tasnya dan ponselnya yang selalu ia letakkan di atas meja nakas. Tapi sekarang tidak ada. Kemudian ia teringat kejadian kemarin sore. Ia ingat ponselnya tertinggal di dalam mobilnya, juga blazer sekolahnya.

"Aku berangkat," pamitnya dengan suara serak.

"Hati-hati, perhatikan jalannya."

"Ne."

Ia membuka kunci pintu mobilnya. Setelah ia berada di dalam mobilnya, ia melihat ponselnya tergeletak di sebelah bangku setir. Sialnya, baterai ponselnya habis. "Bagaimana aku bisa menanyakan jawaban ke Sinseok?"

Cukup lama ia membuang waktunya, ia melempar ponselnya ke tempat semula dan melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

———

"Dimana Taehyung?" Begitu pertanyaan Suhyun ketika ia baru saja duduk di samping Heera yang tengah menyenderkan punggungnya, sambil memejamkan mata.

"Kenapa bertanya padaku?"

"Mungkin saja kau tahu. Biasanya dia selalu mengganggumu tiap pagi."

Heera terkekeh kecil. "Bagus jika dia tidak ada. Aku bisa tenang."

Baru saja ia hendak memejamkan matanya lagi, ia melihat dua teman Taehyung–yang ia ketahui bernama Mingyu dan Jungkook–baru saja melewati kelasnya. Tapi beberapa detik setelahnya, Heera menggelengkan kepalanya. Untuk apa ia memandangi mereka?

TRAUMA | kth ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang