Posko perkemahan dibuat hebot dengan kedatangan benda aneh yang tak pernah mereka lihat sebelumnya, yaitu sebuah balon yang terbuat dari air dan dikendarai oleh masing-masing satu peri di bagian keranjangnya.
"Hey! Siapa yang menemukan benda melayang aneh itu?"
"Apakah aman mengendarainya? Kau lihat! Itu bisa saja mencair sewaktu-waktu."
"Siapapun penciptanya, aku yakin dia hanyalah seorang peri yang keracunan tinta cumi-cumi."
"Jika aku jadi mereka, aku tidak akan mempertaruhkan hidupku untuk mengendarainya."
Berbagai komentar negatif berluncuran dari mulut para peri. Itu sebelum mereka melihat kedatangan Pangeran Govio yang menyertai balon air itu yang terlihat susah payah mengendalikan balon air ciptaannya agar mendarat dengan sempurna di tanah Pulau Canary. Mengendalikan tiga puluh sembilan balon air ternyata tak semudah yang dibayangkan. Pangeran Govio harus mengontrol tiga elemen disaat yang bersamaan. Pertama, dia harus mengendalikan partikel-partikel air itu agar tidak terpisah dan tetap menyatu. Kedua, dia harus mengendalikan angin agar membawa ke tiga puluh sembilan balon air ke tempat yang diinginkannya. Ketiga, dia juga harus mengendalikan cahaya matahari agar tidak melelehkan partikel air yang sudah dibekukannya.
Apa aku pernah menceritakan kepadamu bahwa Pangeran Govio bisa mengendalikan berbagai elemen alam, tak hanya air dan udara?
Para peri yang tadinya menyempatkan diri untuk mencerca balon air ciptaan Pangeran Govio membungkam mulutnya rapat-rapat lantas memberikan salam penghormatan khusus untuk keluarga kerajaan Negeri Florateria. Pangeran Govio membalas dengan senyuman ramah kepada para peri yang memberi salam kepadanya.
"Dimana Guru Fred?" tanyanya kepada salah seorang peri lantas melirik kepada satu persatu peri seraya berharap di dalam hatinya bahwa dia bisa menemukan peri bersayap, namun nyatanya nihil.
"Dia sedang ada di tendanya, Pangeran!" jawab peri itu dengan gugup. Tentu saja, selama eksistensi nya belum pernah ia berbicara langsung dengan anggota keluarga kerajaan Negeri Florateria.
"Oh, tolong katakan padanya bahwa aku ingin bertemu!" titah Pangeran Govio.
"Baik, Pangeran!" sahut peri itu seraya mundur dengan sopan dari hadapan Pangeran Govio lantas mencoba untuk terbang --- dia lupa sayapnya sudah tidak ada --- ke tenda Guru Fred tapi lantas menepuk dahi sepersekian detik setelah ingatannya tentang sayapnya yang hilang kembali. Akhirnya dengan terpaksa, peri itu memutuskan untuk berjalan karena memang dia tidak punya pilihan lain, bukan?
Sementara peri yang lain menawarkan kepada Pangeran Govio untuk menunggu di tendanya sambil merebahkan tubuh penatnya, tetapi di tolak secara halus oleh Pangeran Govio dengan alasan 'tidak ingin merepotkan'. Pangeran Govio lebih memilih untuk beristirahat di posko peri patroli saja dan memberikan pesan kepada peri itu untuk menyampaikan kepada Guru Fred agar nanti peri tua itu datang menemuinya di posko peri patroli yang dibalas oleh peri itu dengan sebuah anggukan kecil.
Di sebuah desa kecil di belahan bumi antah berantah kekacauan kecil --- yang sebentar lagi akan menjadi besar---tengah melanda desa. Penduduk desa mulai gelisah karena ketersediaan bahan makanan mereka mulai menipis. Ladang pertanian yang sudah mereka garap selama beberapa bulan terakhir mati seketika dengan cara yang ---menurut mereka-- sangat tidak manusiawi alih-alih tumbuh subur dan menghasilkan pangan yang segar.
"Bagaimana ini pak, persediaan beras kita sudah habis." keluh seorang istri kepada suaminya.
"Nanti bapak ke pasar, buk! Mungkin saja disana mereka masih menjual beras!"
"Sudah beberapa hari tidak ada lagi penduduk yang menjual beras, pak!"
Suami-istri itu saling menatap sendu. Akhir-akhir ini memang sangat sulit bagi mereka, krisis pangan tak hanya melanda desa kecil mereka saja, bahkan sepertinya dunia pun turut mengalaminya. Terbukti dengan adanya beberapa pemberitaan di televisi yang mengatakan bahwa hasil hutan dan pertanian masyarakat merosot jauh akibat kekeringan yang tidak manusiawi seperti yang dialami oleh desa kecil itu. Hujan selalu turun. Tetapi tanaman-tanaman yang ditanam warga menjadi kering dan layu sebelum akhirnya benar-benar hilang.
Tak hanya tumbuhan saja, hewan-hewan buruan pun tidak lagi ditemukan hidup-hidup. Banyak hewan yang bangkainya bergelimpangan di dalam hutan yang perlahan juga menunjukkan kekeringan yang tidak manusiawi. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi para penduduk selain memakan bangkai yang menurut mereka masih layak dikonsumsi.
Para peri di Negeri Florateria menangis melihat tanaman yang mereka lindungi dengan susah payah seketika menjadi kering. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Portal menuju ke bumi sudah mengeras dan tidak dapat ditembus. Mereka hanya berharap agar Sang Pencipta membantu dalam masalah ini. Jika dibiarkan terus berlarut, maka manusia pasti akan sangat menderita yang berujung kepada kematian mereka. Jika manusia mati, mata tidak ada lagi alasan untuk peri Negeri Florateria bertahan hidup.
"Ini sungguh kacau, Your Majesty!" salah satu petinggi kerajaan melapor kepada Raja Zuro.
"Aku tau! Tak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu!" ucap Raja Zuro dengan pandangan penuh harap di matanya.
"Menunggu untuk apa?"
"Menunggu 'yang sudah di takdirkan' untuk mengembalikan keadaan seperti semula!!"
Salam cutton candy🍭
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Florateria {END}
Fantasi~All Passages Are Compelete~ Without Revision [ Fantasy Receh ] Tidak ada peri yang tidak berguna Semua peri diciptakan dengan kekuatan Lalu aku ini apa? Aku terlahir tanpa kekuatan. Aku tidak berguna. Apa aku bukan peri?