Bab. 30 [Attack]

1.5K 123 17
                                    

Iqueena's POV

"Sekarang apa?" tanyaku pada Erzukas.

Badai topan berpasir yang tadi menyerang kami sudah mereda. Bahkan aku tak menemukan satu bulir pasir pun disekitar kami saat ini. Semua yang terjadi tadi seolah-olah hanya ilusi. Ilusi yang cukup nyata untuk membuat sayapku terluka dan tubuh Erzukas memar-memar. Padahal aku dan Erzukas sama sekali tidak beranjak dari posisi kami tadi. Kami mematung didalam perisai yang aku buat tanpa sengaja. Oh jangan tanya padaku bagaimana aku bisa membuat perisai itu, karena aku sendiri pun tak tahu. Aku hanya merasa sangat putus asa waktu itu. Perpaduan rasa perih di punggungku karena sayapku patah dan juga rasa ngilu dihatiku melihat Erzukas menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi kami. Aku merasa ingin memberi perlindungan kepada Erzukas dan Zen, berharap sesuatu datang melindungi kami lalu muncul lah perisai transparan itu tanpa ku sengaja. Guru Fred pernah bilang bahwa aku punya protection power. Yah, kurasa ini adalah salah satu bentuk kekuatan itu.

"Tak tahu!" rintih Erzukas. Aku tahu dia sedang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Baju yang dikenakannya sudah tak serupa baju lagi, robek-robek dan dibasahi oleh darahnya sendiri. Jika saja Yukl ada disini, aku pasti sudah memintanya untuk membuatkan Erzukas baju yang baru.

"Maafkan aku!" kataku, "Aku tak seharusnya mempercayai angin topan kecil itu sebagai utusan Pangeran Govio. " sesalku. Aku tak bisa menyembunyikan airmataku. Rasanya begitu menyesakkan saat melihat orang yang dicintai terluka. Kututupi mataku dengan kedua tanganku. Kukira aku bisa membendung airmataku jika ku lakukan ini. Tapi hal itu justru  membuatku semakin nyaman untuk meluapkan tangisku. Aku menangis terisak-isak sambil sesekali menyedot cairan yang keluar dari hidungku. Terserahlah Erzukas mau bilang aku jorok atau apa, aku sudah tidak peduli. Aku hanya ingin menangis.

Kurasakan tangan-tangan kekar merangkul bahuku. Erzukas membawa kepalaku agar bersandar dipundaknya. Aku mengikut saja.

"Aku tahu! Kau pasti terkejut dengan apa yang baru saja kita alami. Yaa beginilah alam luar, Putri!"

Alih-alih mereda, tangisku justru semakin menjadi-jadi.

"Maafkan aku tidak bisa melindungimu!" tutur Erzukas.

"Apa maksudmu? Kau selama ini sudah banyak melindungiku, setidaknya biarkan aku melindungimu sekali saja." jawabku.

Erzukas hanya tersenyum. Tangannya yang dipenuhi luka mengelus-elus pucuk kepalaku. Aku merasa nyaman. Belaian Erzukas setidaknya mampu mengurangi rasa perih yang melanda sayapku, sedikit.

"Menurutmu, apa yang terjadi pada Zen dan juga peri-peri di posko perkemahan?" tanyaku.

"Kurasa mereka kehabisan energi. Ini adalah efek dari bumi. Tubuh kita tak bisa berlama-lama di dimensi ini, jika terlalu lama maka inilah yang terjadi." jelas Erzukas.

Aku yakin Erzukas pasti salah, karena jika benar lalu bagaimana dia menjelaskan tentang keadaanku dan keadaannya sekarang. Maksudku, kami baik-baik saja.
"Lalu kenapa kita baik-baik saja?" tanyaku.

Alih-alih menjawab, dia justru mengelus-elus pucuk kepalaku. Tersenyum hangat lalu beranjak meninggalkanku. Erzukas berjalan memasuki kawasan semak-semak yang mengelilingi kami. Dia membawa sebuah daun yang sangat panjang sehingga membuatku berpikir bahwa itu adalah tali hijau alih-alih sebuah daun, kemudian mengikatkannya ke sayapku.

"Ini akan membantu menyembuhkan sayapmu! Aku cukup paham tentang tanaman herbal di bumi." jelasnya tanpa ku minta.

"Terima kasih! Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, ngomong-ngomong." kataku.

"Nanti saja! Sekarang kita harus bergegas!  Ada seseorang yang menunggu." jawabnya.

"Siapa?" tanyaku.

Fairy Florateria {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang