Di tengah keributan yang terjadi di antara para peri yang kehilangan sayap mereka, Erzukas menemukan Iqueena dan Yukl di suatu titik. Iqueena, dilihatnya peri itu masih mempunyai sayap. Ada kelegaan yang merebak di hati Erzukas, setidaknya peri yang menjadi prioritasnya baik-baik saja. Erzukas mencoba untuk mengepak-ngepakkan sayapnya dan tidak ada. Astaga, kenapa sayap nya bisa hilang?
Zen juga panik ketika dia mencoba untuk mengepakkan sayapnya, namun sia-sia."Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya! Maksudku, apa yang membuat sayap-sayap kita hilang?" Zen bergumam meskipun ia yakin Erzukas pun memikirkan hal yang sama dengannya.
"Entahlah." Erzukas menjawab.
"Sayapmu juga tidak ada. Well, sekarang aku bisa lega. Setidaknya kau juga kehilangan sayapmu. Akan sangat menyakitkan ku bila sayapmu masih ada sedangkan punyaku menghilang." kata Zen sembari menarik salah satu punggung Erzukas sehingga membuat peri itu sedikit memunggunginya hanya untuk memeriksa apakah sayapnya masih ada atau tidak.
"Iqueena!" sambung Erzukas.
"Apa?" Zen mengikuti arah pandangan Erzukas yang tertuju pada seorang gadis yang kelihatan sangat panik terbang kesana-kemari sembari memeriksa satu persatu punggung teman-temannya yang kini sudah gundul tanpa sayap, "Oh, Iqueena baik-baik saja." katanya sebelum akhirnya membulatkan matanya dengan sempurna ketika otaknya menyadari satu hal, "Aaa-" namun belum sempat Zen mengucapkan kata-katanya, sesuatu di dalam pikirannya mengambil alih tubuhnya.
"Jalan ke arah Iqueena dan Yukl!" Erzukas sudah mengendalikan Zen terlebih dahulu."Dasar curang. Seenaknya saja mengendalikan pikiran orang!" gerutu Zen di dalam hati.
Keduanya berjalan mendekat ke tempat dimana Iqueena dan Yukl berada - lebih tepatnya 'Yukl berada' karena Iqueena masih terbang kesana-kemari memeriksa punggung setiap peri. Pandangan mata para peri yang di tanah tertuju kepada Erzukas dan Zen. Di satu sisi mereka merasa lega karena masih ada peri yang memiliki sayap dan di sisi lain, mereka bertanya-tanya mengapa hanya Iqueena yang tidak kehilangan sayap? Memangnya apa yang spesial dari peri tanpa kekuatan itu? Sedangkan Guru Fred pun yang level kekuatannya sudah tinggi kehilangan sayapnya. Bahkan ada yang sempat mencurigai bahwa Iqueena lah pelakunya.
"Ini buruk. Para peri mengira bahwa Iqueena pelakunya." Zen mencondongkan posisi tubuhnya ke arah Erzukas seraya berbisik.
"Tidak mungkin!" bantah Erzukas.
"Oh ayolah! Kau sedang bersama dengan seorang mind reader sekarang dan kurasa ini bukan saat yang tepat untuk mu meragukan kekuatanku! Aku mungkin kehilangan sayapku, tapi tidak dengan kekuatanku. " Zen mendumel kesal.
Erzukas terkikik geli, "Aku percaya padamu. Nah, sekarang tugasmu menjelaskan kepada mereka semua bahwa kita tidak tau apa-apa soal ini."
Zen memutar kedua bola matanya seraya berseru kesal, "Kenapa harus aku ehh??!"
Erzukas tak mengindahkan aksi protes Zen, ia justru semakin menambah laju jalannya dan mengendalikan pikiran Zen untuk melakukan hal yang sama.
"Erzukas! Zen!" Iqueena memanggil dari kejauhan seraya terbang dengan kekuatan yang lumayan kencang ke arah mereka berdua sehingga mengakibatkan pendaratannya sedikit kurang mulus dengan berakhir pada pelukan Zen.
"Wooww, hei! Santai Iqueena. Keep calm!" ucap Zen sembari memegangi kedua bahu Iqueena dengan posisi kepala Iqueena yang masih menempel di dadanya. Zen merasa senang dengan posisi seperti ini, setidaknya setelah beratus-ratus tahun eksistensinya dia pernah merasakan pelukan Iqueena meskipun itu hanyalah sebuah hug by accident.
Erzukas yang menyadari keadaan yang sangat menguntungkan Zen segera bertindak. Ditariknya Iqueena dari pelukan peri itu dan memandang tajam ke arah Zen seolah-olah pandangan itu dapat membunuh siapa saja yang ditujunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Florateria {END}
Fantasi~All Passages Are Compelete~ Without Revision [ Fantasy Receh ] Tidak ada peri yang tidak berguna Semua peri diciptakan dengan kekuatan Lalu aku ini apa? Aku terlahir tanpa kekuatan. Aku tidak berguna. Apa aku bukan peri?