Bab. 32 [Find the portal? ]

1.4K 112 10
                                    

Tanpa berlama-lama lagi, Pangeran Govio, Erzukas dan juga Zen memulai misi mereka yaitu menemukan portal kedua menuju Negeri Florateria. Mereka harus mengerahkan segala kemampuan mereka karena tidak ada yang tahu pasti dibagian bumi mana portal itu berada, bahkan Guru Fred sekalipun. Pangeran Govio memimpin pertemuan, sebelum mereka berpencar.

"Aku akan memanfaatkan kekuatan elemenku. Angin dan tanah. Kurasa aku bisa menggunakan mereka untuk mendeteksi keberadaan portal kedua." kata Pangeran Govio.

"Baik. Aku juga akan menggunakan mind readerku. Rencanaku sekarang adalah menemukan antek-antek Yumihara yang mungkin saja berkeliaran di bumi. Mengingat mereka juga sedang mencari bunga Ceolus." kata Zen.

Pangeran Govio dan Zen lantas mengalihkan tatapan kepada Erzukas, dengan pandangan menuntut agar Erzukas mengutarakan rencananya.

"Apa??" sahut Erzukas. Sebenarnya dia merasa bersalah juga karena hanya dirinya yang tak punya rencana spesial tentang bagaimana caranya menemukan portal kedua.

"Apa rencanamu?" tanya Zen.

Erzukas berdehem sembari meliat kedua tangan di perutnya, mengangkat dagu dan berkata, "Hmm.. Aku.. Aku akan mengandalkan instingku. Kau tahu, aku ini seorang pengawal. Instingku kuat. Aku juga bisa menggunakan mind controlling-ku jika sewaktu-waktu diperlukan." cerutu Erzukas.

Zen menyungging, "Baru kali ini aku melihatmu gelagapan. Dan aku yakin, Iqueena tidak akan menyukai sikap konyolmu ini." sindirnya.

Mendengar nama Iqueena di sebut, Erzukas sudah tidak tahan lagi. Sontak, tangannya menghantam meja sehingga sukses menimbulkan suara dentuman yang keras hingga mengejutkan Zen dan Pangeran Govio.

"Jangan sebut-sebut nama Iqueena. Aku tidak suka kau menyebut namanya." kata-kata Erzukas terdengar seperti ancaman bagi Zen, apalagi pria itu mengatakannya dengan mata memelotot dan jari telunjuk mengacung ke arah Zen.

Pangeran Govio hanya menyaksikan dalam diamnya. Tetap bersikap tenang dan berwibawa. Menjaga martabatnya sebagai seorang pangeran.

"Apa-apaan ini? Kenapa? Ada yang salah?" tanya Zen. Sebenarnya, dia hanya bermaksud bercanda kepada Erzukas dan di luar perkiraan Zen jika reaksi Erzukas akan seperti ini, "Aku hanya mengatakan, Iqueena mungkin saja tidak menyukainya jika kau gelagapan begitu!" tambah Zen.

"Lalu maksudmu, dia akan menyukaimu. Begitu?" sahut Erzukas.
Zen menganga mendengar lontaran kalimat Erzukas. Otaknya mencerna beberapa lama, sampai akhirnya dia memahami situasinya ketika membaca pikiran Erzukas.

Kau menyukai Iqueena, bilang saja kau menyukainya.

Selama ini kau selalu menatap Iqueena dengan tatapan memuja

Aku tahu, aku sudah lama tahu akan hal itu

Tapi aku menahannya, ku kira kau akan berubah dan perlahan-lahan melupakan Iqueena setelah melihat kedekatan kami

Kenapa? Jika dia tidak menyukaiku, kau pikir dia akan menyukaimu.

Dasarr.. Pria pencuri otak

Dan Zen mengerti mengapa Erzukas bersikap demikian. Bukan karna marah karena kata-katanya barusan, melainkan meluapkan amarah yang entah sudah sejak kapan dipendamnya. Tapi dia kurang setuju dengan pemikiran Erzukas yang terakhir. Apa? Pria pencuri otak? Oh yang benar saja.

Zen pun emosi dan menghempas meja, menghasilkan dentuman yang tak kalah kerasnya dengan yang dihasilkan Erzukas tadi. Zen berdiri dan menatap Erzukas dengan tatapan menantang.

"Kau benar. Aku menyukainya." ada kilatan amarah yang terpancar dimatanya. Bukan amarah emosi yang menggebu, melainkan amarah yang bercampur dengan rasa, hmm, entahlah, harus bagaimana mendefinisikannya.
"Selama ini, kupendam rasaku. Kukira tidak ada siapapun yang mengetahuinya," Zen kemudian teringat Yukl, ah gadis itu tahu, batinnya. Kemudian melanjutkan kata-katanya, "Tapi sekarang, kuucapkan terima kasih padamu karena telah membangkitkan semangatku untuk mengungkapkan perasaanku pada Iqueena."

Fairy Florateria {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang