PART 14

1.6K 135 5
                                    

Bruagh!

"Argh!"

Derap langkah berat beriringan dengan tetesan darah kemenangan menjemput ajalnya. Mata elangnya meneliti tiap kemurkaan dalam dirinya, memanggil para iblis menyelami jiwanya, membiarkan mereka menguasai dirinya.

Diraihnya kerah baju kaos hitamnya dengan sekali tarikan kuat hingga beberapa jahitannya terdengar robek, tapi ia tak perduli, jika bisa lehernya pun sekalian. Korbannya hanya bisa pasrah, tak mampu lagi melawan. Wajahnya penuh dengan luka lebam dan darah, tapi ia masih mampu menjaga kesadarannya.

Chanyeol terlihat baik-baik saja, hanya sedikit memar di sudut pipinya--saat Namjoon meninju wajahnya sekali, tapi Chanyeol masih baik-baik saja dengan mata melotot penuh emosinya.

"KAU PIKIR KAU HEBAT TELAH BERSEKONGKOL DENGAN BAJINGAN ITU?!"

Namjoon tertawa dengan gigi-gigi yang tanggal dan penuh darah. "Lalu kau pikir, hanya dengar bekerja denganmu aku hebat?! Kau itu payah!"

Sebuah hantaman dari bogem mentah ia lontarkan begitu keras ke wajah lelaki malang tersebut.

Bugh!

Darah segar mengalir dari hidungnya, ia rasa hidung mancungnya patah saat ini. Entah besok ia masih selamat atau tidak, ia bersyukur bisa membalaskan dendamnya kepada lelaki yang telah menghancurkan hidupnya.

"Apa kau puas sekarang?" Tanya si pria yang babak belur tersebut.

Chanyeol mengerutkan keningnya. Semua orang yang ada dibelakang mereka hanya diam, tak berani berkutip tanpa titahnya. Mereka hanya berdiri seperti penonton bayaran atau pemain figuran di film-film.

"Kau puas sekarang? Apa sekarang kau juga ingin membunuhku? Setelah kau membunuh ibuku?!" Nada bicaranya semakin meninggi hingga akhir kalimat. Matanya memerah, entah karena marah atau memang ia sedih.

Chanyeol mengertakan giginya, "Dengar. Aku, tidak pernah sekalipun menyakiti ibumu. Apalagi sampai membunuhnya! Aku menghormatinya sebagaimana kau menghormati ibuku!"

"Bohong!" Sanggahnya. "Kau bohong! Bahkan sampai detik-detik kematiannya, kau tidak muncul sedetikpun! Kau kemana?!" Airmata mulai luruh dari pelupuk matanya, "Bahkan, sampai ajal menjemputnya, dia masih memikirkanmu! Dia masih mencarimu! Dia bahkan melupakanku yang selalu menjaganya! Aku yang selalu merawatnya, tetapi kenapa hanya kau yang dia cari?!" Teriaknya dengan suara bergetar.

Sehun memutar matanya malas. Pria itu akan memulai dramanya.

Chanyeol melihat kedua manik hitam itu dengan perasaan campur aduk. Sungguh, ia baru tau apa yang terjadi di saat-saat sebelum kematian Nyonya Kim. Yang ia tau, wanita paruh baya itu selalu memanggil namanya--dan kebetulan saat itu, ia sedang diasingkan ke Rusia oleh ayahnya. Ia tak tahu jikalau wanita itu begitu menyayanginya melebihi anaknya sendiri, yang ia tahu Nyonya Kim adalah wanita yang lembut dan mencintai anak-anak.

Chanyeol merasa terpukul, ia begitu kecewa kepada orang-orang yang mengabaikan Nyonya Kim. Mungkin, jika mereka membawanya ke rumah sakit, nyawanya masih terselamatkan. Tapi, ia tak tau kepada siapa ia harus meminta pertanggung jawaban semua ini.

Sehun menyentuh bahu bidang ketuanya, lalu membisikan sesuatu. "Phoenix, jangan terpengaruh." Chanyeol melirik sosok menganggukan kepalanya pelan.

Chanyeol melonggarkan cengkramannya lalu mendudukkan tubuh tak berdaya itu di atas marmer dingin. Tangisannya terdengar begitu pilu dan menyakitkan, seakan hanya dia orang yang paling menderita di dunia ini. Tapi Chanyeol memakluminya, ia juga pernah demikian--saat ia harus kehilangan ibunya dulu.

Chanyeol berlutut dihadapannya, "Kenapa kau tak pernah mengatakan ini padaku? Kenapa kau hanya diam? Dan kenapa kau memilih bersekutu dengan Kris?"

POSSESSIVE I : Mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang