PART 7

3.2K 210 4
                                    

Malam ini sudah lewat tengah malam, tapi sosok lelaki muda berparas tampan masih enggan menutup mata dan menikmati tidur. Ia lebih memilih memanjakan diri dengan pekerjaannya, entah kenapa kantuknya tak kunjung datang. Lelaki itu memilih menghabiskan malam ditemani lampu dan buku-buku tebal miliknya.

Tok... Tok... Tok...

Tiba-tiba saja terdengar ketukan lantang dari pintu berdaun dua berwarna coklat mewahnya. Itu bukan hantu atau semacamnya yang kalian pikirkan, hanya seorang pelayan tampan penghantar surat.

"Masuk!"

Chiet...

Suara hentakan sepatu pantofel dengan marmer dingin mengisi ruang megah tersebut. Langkah tegas dan wajah kaku dengan tangan menenteng sebuah map coklat di salah satu tangannya.

Kurir itu berdiri di samping tuannya layaknya seekor anjing jinak. "Wu," Lelaki itu membungkuk hormat singkat.

Lelaki berambut abu itu memutar kursi putarnya menghadap si pelayan. "Katakan, apa mereka mendapatkannya?"

"Mereka mendapat ini, tapi sayang karena kecerobohan mereka, mereka ketahuan dan berhasil ditangkap. Sampai saat ini agen kita disana tidak tahu bagaimana keadaan mereka."

Wu menghela napas sembari memijit pelipisnya. "Bodoh! Itulah mengapa aku ragu mengirim mereka," Umpat si lelaki China. "Terserah dengan keadaan mereka. Kalian sudah mengirimkan uang tipnya kan?" Jumlah uang yang tak seberapa baginya.

"Sudah, Wu." Sahut si lawan bicaranya.

"Okay, jadi aku tak hutang kepada mereka. Biar semesta yang menentukan nasibnya, tapi pastikan mereka tak akan membocorkan rahasia apapun dariku!" Ingat sang pemimpin.

Jika kau ingin tau bedanya Wu dan Phoenix, yaitu hanya dua hal. Kepedulian. Wu bersikap tak mau tau jika ada anggotanya yang ditangkap atau dibunuh musuh, asal rahasia-rahasia penting kelompok mereka tidak disebar luaskan. Mereka lebih mementingkan martabat dan keselamatan dokumen rahasia daripada keselamatan anggota. Jadi nyawa bukan hal besar baginya, karena baginya, selama masih ada uang, kau bahkan bisa membeli segunung nyawa.

Berbeda dengan Phoenix yang sangat perduli dengan keselamatan anggotanya, ia selalu menolong mereka dari musuh atau aparat keamanan walau tak si ketua langsung. Phoenix hanya menurunkan beberapa anggota untuk menyelamatkannya. Tidak perduli dari kelas manapun ia berasal, asal mereka adalah Phoenix, mereka keluarga dan sudah sepatutnya mereka saling menolong. Tak heran mengapa semua anggota Phoenix rela mati demi keselamatan dan kebahagiaan Sang Pemimpin Burung Api.

Kedua, Wu lebih royal kepada anggotanya. Tak segan-segan ia memberi jutaan dolar untuk para pengikut setianya. Jadi sekiranya kau bekerja baru 1 bulan dengan Wu, kau bisa membeli 4 mobil mahal keluaran terbaru dan sebuah apartment elit di Gangnam. Sedangkan Phoenix lebih berhemat daripada Wu, mereka rutin memberikan gaji para anggotanya perbulan walau tak sebanyak Wu, tapi semua kebutuhan apapun telah terpenuhi, seperti rumah tinggal dan makanan.

Jadi terserah kau saja menilai dan lebih memilih yang mana.

Pelayan itu membungkuk singkat. "Baik, Wu." Balasnya. "Dan aku membawa apa yang kau minta." Lelaki itu menyodorkan amplop coklat yang sedari tadi dijaganya.

"Maaf jika kami lama memberikannya kepadamu, hanya saja gadis itu tak pernah keluar kamar sekalipun. Jadi kami sulit memotretnya. Tapi untungnya Chanyeol membawanya keluar makan malam," Terang si pelayan manis tampan.

Makan malam? Bisa juga di bodoh Park romantis. Cibir Kris dalam hati sembari mengulas senyum sinis.

Kris menerimanya dan mengeluarkan isi amplop itu. Saat dirasa kertas persegi didalamnya, segera ia menariknya keluar. Ada 5 buah foto di dalamnya dan saat di pilahnya satu-satu, terlihat wanita cantik bergaun ungu tengah tersenyum malu dengan hiasan rambut yang cantik. Mata bulatnya membentuk sabit dan terlihat sangat menggemaskan.

POSSESSIVE I : Mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang