PART 32

957 79 11
                                    

Tidak ada seorangpun yang menjadi serumit ini. Dipikir semua sudah selesai, namun nampaknya tidaklah semudah itu Tuhan menyatukan keduanya. Mulai dari gangguan pada psikis gadis tersebut dan kondisi Baekhyun yang begitu memperihatinkan.


Saat ini, seorang Park Chanyeol dengan segala tekat dan nyalinya, ia mencoba berbicara kepada gadis itu. Berteguh hati atas segala penolakan yang akan ia terima. Lelaki tinggi tersebut berlutut dengan kedua kakinya, bersimpuh dihadapan gadisnya dengan wajah yang melembut dan senyum. Sorot matanya yang hanya menatap lurus ke depan, tanpa berkedip ataupun berkilah padanya. Ia selalu demikian seakan-akan ia benar-benar manekin hidup.

Kedua tangan besarnya menangkup tangan ringkih nan rapuhnya, mengusapnya lembut seakan kulitnya bak sebuah kitab kuno yang rapuh nan mudah hancur. Chanyeol menggenggamnya erat bagai tak ingin kehilangannya. Gadis itu hanya diam dengan ribuan pemikian kompleks dalam otaknya.

"Soo," Dawainya lembut. "Apa kabar, hm? Semoga baik."

Tidak sama sekali.

Chanyeol tersenyum pahit. Senyumnya bergetar, ia pun meletakkan kepalanya dalam pangkuan gadisnya. "Soo, aku rindu." Lirihnya. "Aku rindu senyummu, tawamu, candamu, dan suaramu. Sudah hampir setengah tahun aku tidak lagi mendengarnya. Ini benar kau kan?"

Bola mata indah nan berkilau milik Haesoo mulai memerah dan berkaca-kaca.

Chanyeol menangkup kedua tangan halusnya lalu mengusapkan pipi halusnya lembut. "Sayang, Haesooku, sayangku. Maafkan aku yang bersalah kepadamu. Aku tahu, semua hal sulit ini terjadi karena aku. Kau harus kehilangan semua orang yang kau sayangi karena aku yang brengsek ini!" Chanyeol terkekeh getir.

Daun-daun mulai berguguran, menandakan musim gugur telah tiba. Cuaca mulai dingin, sedingin suasana ruangan ini. Keduanya saling beradu pada perasaan yang mendalam, suasana yang bercampur pada melodi-melodi cinta yang tak jelas nadanya. Membuat keduanya terombang-ambing pada keambiguan keadaan. Airmatanya mulai terjatuh dan mengenai jalinan tangan yang tergenggam erat.

Chanyeol tersenyum saat Haesoo mulai luluh pada kata-katanya. "Aku tahu kau sudah dewasa, kau sudah memiliki pemikiran yang terbuka dan luas akan segala kejadian yang terjadi. Aku memang jahat, aku memang bodoh, tak pantas kau cintai. Namun hatiku berkata, tidak ada seorang gadis yang sudi bertahan dengan segala cobaan yang telah terjadi dan masih mau tinggal bersamaku walaupun penderitaan yang hanya dirasakannya.

"Soo, katakan jika aku menyakitimu. Pukul aku, ingatkan aku saat aku telah melampaui batasanku. Kau boleh pergi setelah apa yang kau alami selama ini hanya karena aku. Kau boleh pergi sejauh mungkin seperti yang kau inginkan dulu. Kau tak perlu lagi kabur dari rumah, aku akan membebaskanmu, membiarkanmu hidup tanpa harus lagi terbayang-bayang penderitaanmu selama ini karenaku. Kau boleh memilih cintamu, kau boleh memilih lelaki lain yang kau cintai. Itu semua aku lakukan hanya karena ingin kau bahagia." Chanyeol mengecup jari jemari mungilnya dengan hati-hati.

Chanyeol menatap kedua bola matanya yang sedaritadi berkedut-kedut, "Aku akan mengantarkanmu pergi kemanapun kau mau. Aku berjanji tidak akan mencarimu, atau mengganggu hidupmu." Chanyeol bangkit dan berniat untuk beranjak pergi.

Namun sebelum itu, ia mengecup kening menonjol Haesoo lama dan penuh kasih sayang. Haesoo hanya memejamkan matanya, merasakan hembusan napas dan rasa hangat yang menjalar dihatinya.

Ia tahu Chanyeol brengsek, dengan segala hal yang telah dia lakukan padanya yang tak mungkin lagi ia maafkan, ia pun tahu jikalau mereka harus berpisah. Tak mungkin mereka bersatu, ini bagaikan jalinan tali karma. Mereka terjerat dan terikat di dalamnya dengan cinta yang mendasari keduanya untuk terjatuh pada hal tersebut.

POSSESSIVE I : Mine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang