Prolog

6K 113 3
                                    

Pernahkah kalian merasakan yang namanya kehancuran pada titik tertinggi?

Pernahkah kalian merasakan keterpurukan pada puncak paling tinggi?

Kalian tahu, terpecah belahnya sebuah keluarga itu sangatlah membuatku hancur berkeping-keping. Membuatku lemah tak berdaya.

Orang itu. Orang yang menghancurkan keluargaku. Orang yang membuatku muak sekaligus benci. Orang yang pernah kupuji karena kebaikhatiannya. Tapi, apa? Selama ini ternyata asumsiku salah. Selama ini hidupnya hanya digeluti oleh kebohongan dan kelicikan.

Oom Prabantio. Orang yang bukan hanya membuat keluargaku berantakan. Tapi juga pada titik bercerainya Mama dan Papaku. Padahal, beliau adalah orang yang sudah diberi kepercayaan lebih oleh orangtuaku, terutama Papa. Tapi dengan aksi kotornya pada perusahaan orangtuaku, perusahaan orangtuaku menjadi berantakan. Dan tentunya, menimbulkan sebuah kesalahpahaman yang terjadi. Kesalahpahaman yang malah membuat Papaku menjadi tokoh utama penyebab kehancuran. Padahal, Papaku sama sekali hanyalah korban. Tapi dengan akal bulusnya, Oom Prabantio memanipulasi keadaan dan kebenaran yang sesungguhnya.

Dengan begitu, haruskah aku mudah percaya terhadap orang-orang yang ada di sekitarku? Nyatanya, orang yang menjadi kepercayaan Papa saja bisa melakukan tindakan dan rencana di luar ekspektasi. Nyatanya, tak ada yang tahu isi pikiran orang yang ada di sekitar kita selain Tuhan. Nyatanya, aku sangat takut. Takut akan mengalami hal seperti Papa dan Mamaku dalam dunia sosial yang sudah kujalin dengan teramat baik pada awalnya.

Dan nyatanya, akankah dunia sosialku bertambah buruk atau akan bertambah baik selama aku memikirkan apa yang akan aku lakukan? Entahlah, aku hanya percayakan itu semua kepada takdir dan waktu. Aku tak bisa apa-apa lagi selain menjalankan sesuatu yang ada di depanku sekarang.

***

Me Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang