Chapter 9

1.4K 34 1
                                    

Aku termenung di balkon kamarku, memikirkan semuanya yang akhir-akhir ini telah terjadi, sambil sesekali menatap balkon kamar tetangga sebrangku. Selalu sepi, dan terlihat seperti tidak ada penghuninya.

Hari ini hari Minggu. Aku merasakan bosan yang berkepanjangan untuk kali ini, entah karena apa, tapi yang pasti aku benar-benar bosan. Tidak ada yang bisa kulakukan, terkecuali membaca. Tapi untuk kali ini, aku stop membaca dulu, untuk kali ini.

Aku bangkit dari dudukku dan berjalan ke dapur. Entahlah, rasanya aku ingin sekali ke dapur dan menge-cek apa saja yang ada di sana. Bodoh memang.

Sesampainya di bawah, aku mendapati Mama yang tengah menonton tv dengan tenangnya.

"Eh, Kal, tumben ke bawah. Ada apa, Sayang?" tanya Mama saat ia menyadari, kalau aku tengah berdiri di belakangnya, tepatnya belakang sofa yang kini tengah Mama tempati.

"Cuma mau ke dapur, Ma." Jawabku sekenanya.

"Ke dapur? Ngapain?" tanya Mama dengan raut heran.

"Hm, sebenernya aku juga gak tau, sih mau ngapain ke dapur," kataku sambil menggaruk tengkukku yang tidak terasa gatal.

"Lho, kok gak tau? Mau bikin apa? Pankuk, atau apa?" tanya Mama bertubi-tubi, yang malahan membuatku bingung sendiri. Tapi, gak ada salahnya juga 'kan kalau aku nyoba buat pankuk? Siapa tahu aja berhasil pankuknya? Oke, aku bakalan nyoba buat pankuk sekarang.

"Nah, iya. Lista mau buat pankuk," seruku bersemangat alih-alih ragu.

Mama tertawa pelan. "Ya udah. Mau Mama bantuin gak?"

Aku berpikir sejenak. Kayaknya Mama gak perlu bantuin aku deh ya, 'kan mau bikin buatan sendiri. "Gak usah deh, Ma, aku bikin pankuk buatanku sendiri, gak pa-pa, ya?"

Mama tersenyum hangat. "Ya gak apa-apa dong, Sayang," kata Mama, dan itu membuatku tersenyum lebar.

"Oke, kalau gitu Lista ke dapur dulu ya." Dan Mama hanya mengangguk.

Baru selangkah aku berjalan, tiba-tiba suara bel rumahku berbunyi. Siapa yang datang, sih siang-siang gini? Gak ada kerjaan banget.

"Ma, Lista bukain pintu dulu, ya. Mama tunggu di sini aja."

Aku berjalan ke arah pintu rumah dan membuka pintunya. Agak kaget sih pas tahu siapa yang ada di hadapanku sekarang.

"Hai," sapanya dengan senyuman khasnya.

"Ngapain lo dateng ke rumah gue?" tanyaku to the point.

"Hm, cuma mau ke rumah lo aja, sih hehe," katanya sambil cengengesan.

Aku mendecak kesal. "Udah sana lo pulang aja. Gue lagi gak mau bertamu."

Gavan tertegun sebentar sebelum akhirnya berkata "yah, kok lo gitu,sih?" yang membuatku merasa tidak enak untuk mengusirnya. Karena setahuku jarak rumahnya ke rumahku lumayan jauh.

"Hah. Ayo masuk!"

Gavan langsung menuruti kataku barusan, dan sekarang dia sedang duduk di kursi ruang tamu.

"Mama lo mana?" tanyanya.

"Lagi nonton tv," balasku sekenanya. Aku ikut duduk juga, di kursi yang berada di seberang kursi yang diduduki Gavan.

Gavan cuma manggut-manggut, dan berucap lagi. "Gue mau salam sama Mama lu dulu dong," katanya tiba-tiba.

"Ya udah sana. Tapi inget, jangan gangguin nyokap gue!"

"Gak sopan kalo gue tiba-tiba ke ruang tv rumah lo dan gue gak bakalan gangguin Mama lo, kok tenang aja," ujarnya. Aku menghela napas dan baru saja bangkit dari duduk Gavan meneruskan perkataannya. "Paling gangguin anaknya aja."

Me Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang