Chapter 17

1.2K 34 2
                                    

Aku membuka mataku perlahan yang amat terasa berat ini. Tubuhku juga terasa sakit dan pegal. Dan juga berusaha beradaptasi terhadap cahaya yang sangat menusuk mataku.

Setelah mataku cukup normal dan sudah sedikit beradaptasi pada cahaya lampu yang memancar di ruangan yang-entah-aku-tidak-tahu-ini-dimana. kuedarkan pandanganku ke sekitar, dan tidak ada siapa-siapa di sini, di ruangan ini.

Ketika merasa ada yang aneh pada tangan kananku, aku berusaha melihat ke arah tangan kananku dengan sakit yang menyerang pada bagian leher dan punggungku.

Aku terheran ketika melihat ada alat infus yang tertancap ditangan kananku.

"Kenapa gue diinfus kayak gini?"

Pertanyaan itu yang pertama kali muncul di otakku. Dan sedetik kemudian aku bisa menebak di mana aku berada sekerang. Rumah Sakit. Tapi, kenapa bisa?

Pintu kamar rumah sakit yang aku tempati terbuka perlahan, menampakkan sosok yang teramat kukenali. Mama.

Dengan guratan cemas yang menghiasi wajahnya, Mama menghampiriku dengan air mata yang mengalir dari pelupuk mata indahnya. Walau heran kenapa Mama menangis, aku menahan suaraku untuk tidak menanyakannya, karena aku ingin Mama menjelaskan kenapa aku bisa berada di sini, di Rumah Sakit.

"Sayang, akhirnya kamu bangun juga, nak. Mama sangat khawatir sama kamu. Mama sayang Kalista." Ucap Mama dengan air mata yang terus mengalir dan berusaha untuk memelukku.

Aku terdiam, tidak tahu harus berkata apa, karena faktanya aku sedang dilanda kebingungan; mengapa aku bisa berada di Rumah Sakit ini.

Dengan tenggorokkan yang teramat sakit dan terasa kering, aku berusaha untuk bersuara walau terdengar parau. "Ma, kenapa aku di sini?"

"Sstt. Nanti aja ya nanyanya, sekarang kamu istirahat dulu dan jangan memikirkan apa-apa. Mama gak mau kamu kenapa-kenapa, lagi. Sudah cukup ini yang terakhir kalinya kamu masuk rumah sakit. Mama gak mau kamu keluar masuk rumah sakit lagi." Jelasnya dan yang kulakukan hanya diam bergeming, menunggu kelanjutan yang akan Mama ucapkan.

"Kamu ngerasain sakit gak sekarang? Bilang sama Mama," tanya Mama tiba-tiba.

"Lista cuma ngerasa sesak aja kok, Ma, tapi gak parah-parah banget, Mama jangan khawatir, ya. Lista baik-baik aja." Jelasku meyakinkan dan menenangkan Mama yang sangat memperlihatkan kekhawatirannya, itu tentu saja.

Sedetik kemudian keadaan hening. Mama masih memelukku dengan erat, seakan-akan aku akan pergi jauh darinya.

Merasa benci dengan keheningan, aku membuka suara kembali. "Ma, kenapa Lista bisa ada di sini?" tanyaku, dan tenggorokkanku terasa sudah lebih membaik dari sebelumnya.

Mama masih diam, tidak menjawab pertanyaanku, ia hanya melepaskan pelukkannya dan menghela napas panjang. Aku bisa merasakan dan mendengar lelah dan frustasi dari helaan napasnya.

Aku diam juga, menunggu Mama menjawab pertanyaan yang sudah membuatku penasaran.

"Penyakit kamu kambuh, tapi yang sekarang lebih parah dari sebelumnya," jeda, Mama mengambil napas panjang sebelum melanjutkan. "penyakit kamu sudah memasuki stadium 2, yang awalnya hanya stadium awal dan belum terlalu parah. Walau hanya naik satu tingkat, tapi itu tidak semudah dan sebiasa yang bisa kamu pikirkan.

"Mama takut, Kal. Mama takut akan terjadi sesuatu sama kamu. Mama gak mau kehilangan orang yang Mama sayang, lagi. Sudah cukup Papa kamu, dan tidak dengan kamu. Mama gak mau gagal. Gagal dalam berusaha menjaga orang-orang yang Mama sayang. Mama gak tau lagi harus gimana, Mama lelah tapi Mama masih ingin berusaha untuk mempertahankan.

Me Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang