Chapter 15

1.2K 29 0
                                    

Aku bergegas ke dapur ketika Mama memanggilku sedari tadi.

"Kenapa, Ma?" tanyaku saat aku sudah berada di hadapan Mama.

"Ng... itu, Mama cuma mau nanya satu hal sama kamu."

Aku mengerutkan kening ketika mendengar ucapan Mama. "Nanya apa?" tanyaku lagi.

"Hm, kamu lagi berantem sama Gavan, ya?" Aku membeku seketika saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Mama. Tidak, maksudku, kenapa Mama memberiku pertanyaan seperti itu? Yang seolah-olah terdengar, kalau aku dan Gavan memiliki suatu hubungan.

"Kal, kok diem?" Suara Mama membuatku sadar dari pikiran-pikiran yang berkelana di otakku, dan aku menjadi gelagapan sendiri.

"E-eh? Mama nanya apa, sih? Masa nanya kayak gitu," kataku berusaha mengelak dari pertanyaan Mama.

Mama menghela napas dengan berlebihan, aku bisa melihat itu. "Sudah Mama duga, kamu lagi berantem, 'kan sama Gavan? Jujur deh." Ucapan Mama membuatku terdiam kembali. Satu hal yang ingin kupertanyakan, kenapa Mama bisa tahu kalau aku dan Gavan dalam situasi yang tidak baik?

"Siapa yang berantem sama dia, sih, Ma? Lista gak berantem sama Gavan kok," sergahku skeptis.

"Beneran? Kalau memang kamu gak berantem sama Gavan, kenapa dia jarang main ke sini lagi?" tanya Mama. Aku tahu kalau Mama belum puas dengan jawaban yang kuberikan. Dan aku bingung harus menjawab apa lagi.

"Ma-mana Lista tau," jawabku berusaha terlihat tenang dan tak acuh.

"Ya udah suruh aja Gavan main ke sini sekarang, telepon, gih."

Aku melongo mendengarnya. Mama tuh kenapa, sih, ya.

"Y-ya gak bisa lah Ma. Gavan, 'kan pasti lagi sibuk atau mungkin lagi ngumpul keluarga." Jelasku berusaha mencari kata-kata yang tidak membuat Mama curiga.

Mama menghela napas dan beranjak dari duduknya menuju wastafel. "Terserah kamu deh." Kata Mama terdengar pasrah.

Aku diam sejenak dan kembali bersuara, "Ma, Lista ke kamar dulu, ya." Pamitku dan langsung berlari menuju kamar.

Aku menutup pintu dan menguncinya.

Aku menyandarkan kepalaku di kepala ranjang sambil berusaha menenangkan hatiku.

Aku tahu kalau aku tidak seharusnya membohongi Mama. Tapi aku juga tidak mungkin bilang ke Mama kalau hubungan pertemananku dan Gavan tengah merenggang. Aku tidak akan pernah bilang ke Mama soal ini, tapi jika memang takdir menyatakan kalau Mama harus tahu, biarlah takdir yang membawa semua alur ini.

Aku tidak mau terus-terusan larut dalam situasi dan perasaanku ini. Aku tidak tahu pasti apa yang aku rasakan saat ini. Semuanya terlalu abu-abu dan rumit untuk diperjelas.

Drt..drt..drt

Aku mengambil ponselku yang berada dinakas dengan rasa malas.

Tania: Lista, lo ada acara gak?

Tania. Ya, akhir-akhir ini aku memang sedang dekat dengannya. Mungkin sudah hampir satu minggu lebih. Tapi aku belum terlalu terbuka dan tidak selalu menceritakan masalahku, tidak seperti Tania yang selalu bercerita tentang apa saja. Alasannya mudah, aku masih belum bisa menaruh kepercayaanku kepada orang lain. Aku tidak mau hal itu terulang lagi.

Aku membalas pesan dari Tania dengan cepat.

Kalista: Gak ada. Kenapa emangnya?

Selang lima menit kemudian, ponselku bergetar kembali.

Tania: Cuma mau ajak nonton aja. Gue traktir deh, mau ya?

Aku menimbang-nimbang, apakah aku harus menyetujui ajakan Tania atau lebih memilih di rumah dan membaca novel-novelku.

Me Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang