Chapter 1

3.2K 93 22
                                    

Aku mengerjapkan mata beberapa kali saat secercah cahaya masuk ke dalam kamarku menembus gorden jendela. Kubuka mataku perlahan dan duduk terbangun untuk mengumpulkan nyawa terlebih dahulu. Setelahnya, aku langsung beranjak untuk mandi.

10 menit aku mandi, kini aku sudah mengenakan seragam khusus di hari Rabu. Menyampirkan tas dan memakai sepatu. Kuambil kacamataku di atas nakas dan memakainya. Bercermin sebentar lalu berjalan ke lantai bawah untuk sarapan. Bersama Mama. Ya, hanya Mama.

"Pagi Ma," sapaku dengan senyuman tipis yang kutampilkan saat sudah berada di ruang makan.

"Pagi sayang."

"Makan rotinya gih cepet. Nanti telat lho." Aku hanya mengangguk dan langsung menyambar selembar roti tawar yang sudah diolesi selai cokelat. Di meja juga sudah ada cokelat panas kesukaanku. Setelah memakan roti, aku meneguk minumanku hingga habis.

"Ma, aku berangkat dulu ya,"

"Iya sayang. Hati-hati ya." Aku hanya mengangguk lalu pergi berjalan menuju sekolah.

Aku tidak menggunakan mobil ke sekolah, tidak seperti yang lainnya. Aku hanya menggunakan kendaraan umum untuk sampai di sekolah. Itu tidak jadi masalah untukku. Aku selalu senang dengan hari-hariku yang seperti ini. Dan selalu menikmati apa yang aku lewati dalam hari-hariku sekarang.

Aku menunggu bus tujuan ACG school di halte. Aku menunggu dengan cemas. Bus ke arah sekolahku belum juga datang dan sekarang jam menunjukan pukul 06.35. Itu artinya, aku hanya punya waktu 25 menit untuk sampai di sekolah. Tapi kenapa bus tujuan ACG belum juga datang? Ini. Sangat. Menyebalkan.

10 menit sudah berlalu. Tetapi tetap saja. Bus tujuan ke sekolahku belum juga datang di hadapanku. Aku harus naik apa lagi ke sekolah? Aku sudah hampir telat. Dan pasti akan telat. Naik bus ke arah sekolahku memang hanya membutuhkan waktu 10 menit, dan itu pun kalau tidak macet. Tapi kalau macet? Habislah aku. Telat dan dihukum!

Tiba-tiba satu bus tujuan ACG school pun datang di halte ini. Aku menghembuskan napas lega.

Setelah bus berhenti, aku langsung naik ke dalam bus diikuti orang-orang yang ingin naik juga. Setelah semua orang yang ingin naik bus ini sudah naik. Bus ini pun langsung jalan dengan kecepatan standar ke arah tujuannya.

*

Aku sampai di depan gerbang ketika Pak Satpam sudah ingin menutup gerbangnya. Ya, aku hampir telat!

"Pak, tunggu! Jangan tutup dulu gerbangnya, saya belum masuk." Cegahku.

"Eh iya. Ya udah cepetan atuh masuk. Bel baru aja bunyi 1 menit yang lalu," ucap Pak Satpam dengan logat sundanya yang dengan baik hati memperbolehkan aku untuk masuk.

Aku mengangguk dan masuk ke dalam sekolah. "Ya udah kalau gitu saya ke kelas dulu ya, Pak. Makasih." Pamitku dan langsung berlari ke kelas.

Koridor kelas 11 sudah agak sepi karena bel yang memang 1 menit yang lalu baru saja berbunyi. Hanya ada 3 atau 4 murid perempuan saja yang masih berlalu lalang. Aku sudah sampai di depan kelas. Untungnya guru Fisika belum datang. Aku melangkah masuk ke dalam kelas dengan hati-hati. Tatapan semua murid menyorotkan ke arahku dengan pandangan yang sulit kuartikan. Aku masih berjalan ke arah mejaku berada, tanpa memedulikan teman-teman kelasku. Ya, aku duduk di bagian paling pojok dan hanya sendirian. SENDIRIAN. Malang memang nasibku, tapi aku tidak peduli akan hal itu. Aku duduk di bangku-ku dan mengeluarkan buku Fisika walaupun guru belum datang ke kelas. Aku membuka buku paket Fisika dan mencermati beberapa rumus yang belum kukenali dan kupelajari di rumah. Ya, aku memang selalu mempelajari BAB yang belum diajari guruku saat di sekolah. Daripada berkutat di sosial media, lebih baik aku berkutat dengan buku-buku pelajaran serta novel-novel teenlitku.

Aku merasakan ada seseorang memasuki kelas. Tanpa ditanya lagi, itu sudah pasti guru Fisika yang masuk. Kami memberi salam dan duduk terdiam, menunggu guru itu memerintahkan apa yang harus kami lakukan.

"Baiklah, kalian keluarkan buku paket kalian. Kalian pelajari BAB-5, lalu kerjakan tugas halaman 142 di buku tugas kalian. Jika ada materi yang tidak dimengerti, kalian bisa tanyakan ke Kalista." Jelas Guru Fisika itu. Aku tertegun ketika mendengar namaku disebut. Kenapa harus aku? Aku menatap Guru itu dengan sorotan mata meminta penjelasan. "Ibu tau kalau kamu sudah memahami BAB ini. Jadi, kamu bisa membagi ilmu dengan teman kelasmu." Ucap Guru itu dengan tegas. Ya memang sih aku sudah paham betul BAB-5 ini. Tapi kenapa harus aku?

"Yah Bu, kenapa gak sama Ibu aja sih nanyanya? Kenapa harus sama si Nerdy itu, sih?" protes salah satu murid cowok yang hampir membuat seluruh anak kelas mengangguk. Dia Ardi. Anak yang menurutku sangat cerewet, padahal dia itu cowok. Hah.

Aku hanya terdiam ketika mendengar protesannya. Sakit hati? Nggak. Aku gak sakit hati. Itu sudah biasa bagiku. Dan aku tidak terlalu memedulikan dan tidak mementingkan hal itu. Sangat tidak penting jika harus dipikirkan.

"Sudah. Kalian jangan membantah atau memprotes. Silahkan pelajari dan kerjakan! Saya tinggal dulu. Permisi." Pamit guru Fisika itu. Aku tak memedulikan sekitarku. Aku mulai mengerjakan soal yang ada di halaman 142 tanpa mempelajari materi BABnya terlebih dahulu. Bukannya sombong, tapi aku sudah paham dengan materinya. Jadi, daripada buang-buang waktu lagi. Lebih baik sekarang aku menyelesaikan tugas ini.

Sekitar 15 menit aku menyelesaikannya. Anak-anak yang lain sepertinya masih memahami materi BABnya. Tapi, itu bukan urusanku. Kalau pun mereka bertanya padaku tentang materi di BAB ini, aku pasti dengan senang hati memberi tahunya.

Satu persatu, anak-anak kelasku datang menghampiri mejaku untuk menanyakan materi yang mereka tidak mengerti. Dengan senang hati aku memberi tahu maksud dan cara memahami materi tersebut.

Walaupun aku tidak memiliki real friends, tapi itu tidak akan menjadi penghambatku untuk membantu orang lain. Aku mengerti, mereka datang di saat mereka butuh aku. Tapi mereka tidak peduli di saat aku butuh mereka. Padahal, dengan sepenuh hati aku membantu mereka. Tapi mereka tidak mempedulikan itu. Tapinya lagi, aku tidak akan pernah menjadikan itu alasan sebagai penghambatku untuk membantu orang lain. Tidak akan.

***

Me Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang