Extra Chapter

588 29 12
                                    

Kalista Okalina memandangi pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum lebar dan melihat matanya yang cantik dengan kontak lensa berwarna cokelat madu dan dengan setelan kasual seperti biasanya. Celana jeans yang ujungnya dilipat dan kaus kebesaran bergambar bunga-bunga. Ia menggunakan sepatu nike putih dan ia juga menguncir rambutnya. Memang akhir-akhir ini ia lebih suka menguncir rambutnya. Ini berkat Tania yang bisa dibilang 'pencinta fashion'. Cewek itu lah yang mengubah penampilan Kalista menjadi lebih fresh. Dan Kalista tak pernah lupa untuk mengucapkan kata terima kasih pada sahabatnya (sekaligus adik tirinya) itu. Ia mencubit pipinya agar tidak terlalu pucat, kemudian berjalan keluar kamar untuk menuju laki-laki yang menunggunya di ruang tamu.

Senyum Gavan Aditya Azalla terkembang sempurna saat matanya melihat kedatangan calon istri-nya itu. Kalista masih tetap cantik di umur 21. Ia masih tetap seperti Kalista yang dulu, baik fisik maupun pribadinya. Namun, hanya penampilannya saja yang lebih berbeda dari beberapa tahun yang lalu. Ia beranjak berdiri dari sofa merah marun tersebut, masih dengan senyum yang sama.

Gavan menghela napas cepat dan langsung menyapa Kalista yang berdiri di depannya. "Hai,"

"Apaan, sih hai hai aja. Kenal?" jawab Kalista, berpura-pura jutek dan ketus, padahal gadis itu menahan senyumnya.

"Alah, bilang aja lagi seneng, 'kan, gara-gara diajak jalan sama cogan?" goda Gavan sambil menjawil pipi tembem Kalista.

Kalista mendengus gusar. Ke-percayaandiri Gavan mungkin akan selalu tertanam dalam dirinya dan tak akan pernah hilang. "Ish. Jangan pede berapa, sih?"

Mendengar rutukan kekasihnya, Gavan menyeringai dan berjalan semakin mendekat ke arah Kalista, membuat cewek itu menerka-nerka apa yang akan Gavan lakukan terhadapnya. Gavan mencondongkan tubuhnya dan memajukan wajahnya ke telinga kanan Kalista. Cewek itu merasa merinding dan deg-degan saat Gavan melakukan hal tersebut. Terlihat dari wajahnya yang memucat di waktu yang sempit itu. Ia ingin mendorong Gavan, namun saraf-saraf dalam tubuhnya seakan-akan mati dan tak mau mengikuti perintah untuk bergerak.

"Gak akan ada bayarannya, Sayang." Kemudian, Gavan mengecup pipi Kalista dengan cepat, lalu menormalkan tubuhnya kembali. Ia ingin cepat-cepat melihat wajah Kalista yang bersemu merah layaknya warna kepiting rebus. Dan benar saja, kedua pipi itu bersemu merah, bahkan sampai ke telinga Kalista. Itu sangat terlihat karena Kalista menguncir rambutnya.

Gavan ingin tertawa keras-keras saat Kalista memegang kedua pipinya, secara tidak sadar dan langsung menatap Gavan kesal. Ia menghentakkan kakinya dan berjalan melalui Gavan dengan makian "ish, dasar cowok nyebelin! Modus mulu kerjaannya!" Dan hal itu makin membuat Gavan ingin tertawa, namun cowok itu cepat-cepat menyusul Kalista yang sudah berjalan ke luar rumah.

"I love you, Kalista,"

"Bodo! Gue nggak!"

"Aku tetep sayang, kok." Dan saat itu juga tawa Gavan sudah terdengar keras sampai-sampai Kalista ingin meninju cowok itu, walaupun sebenarnya jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

*

Ternyata, malam ini Gavan membawanya ke sebuah restoran minimalis yang di dalamnya penuh dengan kesan romantis. Saat Kalista bertanya, mengapa pengunjungnya sepi, bahkan tidak ada, Gavan hanya mengedikkan bahu dan berkata, "memangnya apa lagi, kalau bukan aku sewa?" Jawaban itu membuat Kalista sedikit tidak enak dan memarahi Gavan bahwa itu sangat tidak terlalu penting. Lagian, hei, menyewa sebuah restoran minimalis yang terkenal hanya untuk makan beberapa jam saja, bukannya hanya membuang-buang uang? Namun, pada akhirnya Kalista lebih baik diam karena sedikit merasa harus menghargai apa yang dilakukan Gavan, walau hati kecilnya tetap bersikeras mengatakan bahwa ia tidak menyukai ide menyewa restoran ini.

Me Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang