[01]

3.7K 232 12
                                    

[01-DANGER]

s n b.

"Gadis sinting!"

"Halmoeni ingin melanjutkannya lagi disini?"

Sacha dengan raut wajah jengkel, dia bicara dengan lantang membuat seorang nenek yang melewatinya sambil mengumpat mendadak berhenti, berdiri dua langkah didepan Sacha. Tak lama nenek itu berbalik memandang Sacha seolah jijik. Sementara seorang pria yang menemani nenek itu berucap, "Agasshi, apa tak cukup tendangan nenek pada bokongmu?"

"Biarkan saja, sepertinya aku harus membenturkan kepalanya agar dia sadar," sahut Nenek hendak melangkah mendekati namun tertahan oleh pria yang Sacha duga adalah cucunya.

"Halmeoni hentikan!" katanya sedikit menahan kesal.

Sementara Sacha tidak tinggal diam. "Kenapa Halmeoni yang marah? Bukannya seharusnya aku karena Halmeoni sudah mengumpatiku gadis sinting," Sacha merengut tak terima, "Telingaku masih dapat mendengar apa yang Halmeoni katakan saat melewatiku tahu!"

"Yaa sukur jika kau dengar," ujar Nenek berkacak pinggang. "Kau memang gadis sinting yang berkelahi dengan seorang nenek-nenek, jika tidak ada cucuku yang memisahkan kita di pesawat. Kau sudah kutendang keluar dan terjun bebas."

Cucunya sudah bergerak gelisah. Sebab orang-orang yang berlalu lalang di bandara sempat memperhatikan perdebatan kecil dan mungkin akan menjadi sebuah perang kedua antara Sacha dan Nenek itu.

"Halmeoni, apa dia mengajakmu adu gulat lagi?" Seseorang yang keluar dari jalur kepulangan, muncul dari balik tubuh Sacha sambil tertawa mengejek. "Kau memang wanita tangguh, Halmeoni!"

"HEI!" teriak Sacha pada pria itu yang sudah mengambil langkah lebar menghindari serangan mendadak dari Sacha. "Sialan, aku disini yang menjadi korban!"

"Agasshi, aku sarankan kau lekas menemui psikiater. Aku kasihan padamu," ujar Nenek sebelum dia ditarik paksa oleh cucunya agar angkat kaki dari hadapan Sacha.

Sementara yang ditinggalkan sudah menjadi bahan tontonan orang-orang yang berlalu-lalang khususnya orang-orang yang berada dalam pesawat yang sama dengan Sacha serta menyaksikan semuanya membuat Sacha muak dan lekas menyeret kopernya keluar bandara. Kepulangannya ke tanah air menjadi sebuah malapetaka.

Tak ada yang lebih baik disini. Semuanya benar-benar sialan. Dimulai dari dirinya yang ketinggalan jadwal penerbangan dan hanya terlambat 10 detik. Bertemu seorang nenek yang hiperaktif dan berkelahi hampir melibatkan seluruh penumpang hanya untuk menengahi mereka. Terkahir tidak ada yang menjemputnya di bandara!

"Aw—shit!" Sacha meringis saat dia hendak mendaratkan bokongnya pada koper, duduk sejenak sambil menghubungi siapapun yang bisa menjemput. Namun rasa nyeri membuatnya kembali berdiri dan mengusap bokongnya pelan. Padahal sebelumnya tidak terasa apapun, hingga Sacha teringat bagaimana Nenek itu menendang bokongnya menggunakan sandal kayu yang sering digunakan untuk terapi alternatif.

Sacha mencari-cari sebuah nama kontak yang sudah tidak dia hubungi sekitar 2 bulan yang lalu. Sementara hampir lebih 3 sopir taksi sudah menawari Sacha tumpangan namun gadis itu tolak dengan alasan konyol seperti;

Sacha and The BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang