[30—Don't Leave]
s n b.
Akhirnya setelah sekian lama mereka
semua berkumpul di meja makan. Tak terasa sebentar lagi tahun akan berganti dan setelah Bangtan menjalani rangkaian tur, mereka pun bisa bernapas lega sejenak untuk menikmati waktu berlibur.Maka entah badai petir darimana, semua member Bangtan dibuat menganga di tempat ketika menemukan ada anggota baru di kursi ujung. Sacha dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa mengabaikan tujuh pasang mata yang melihatnya.
Pasalnya sejak kapan gadis itu sudi makan malam bersama Bangtan, kecuali jika di paksa oleh ayahnya. Bangtan tidak bisa percaya, sepertinya mereka harus memeriksa mata mereka ke dokter.
"Kenapa begitu mendadak?" Jin membuka suara setelah keheningan melanda atmosfer di meja makan.
"Kenapa?" tanya Sacha merasa jengkel ketika tujuh pasang mata itu menatapnya lekat. "Aku tidak boleh makan disini? Haruskah aku pergi dan mencari makanan dipinggir jalan?"
"Bukan begitu," sangkal Jin. "Aneh saja, setelah sekian lama kau tinggal disini, baru pertama kali kau mau makan bersama kami."
Sacha kontan menggeleng dengan ekspresi penuh penyangkalan. "Aku tidak makan bersama kalian."
"Lalu apa yang kau lakukan sekarang?" tanya Jimin.
Sebelum Sacha membalas, tiba-tiba Yoongi berucap, "Hentikan, kapan aku bisa makan?" protesnya sudah lelah mendengar ocehan Sacha yang tidak akan berhenti.
Sacha mendelik pada Yoongi dan mulai menggerakkan tangan untuk mengambil semangkuk nasi dan beberapa lauk pauk. Meja makan pun terdengar bising oleh suara sumpit, sendok dan beberapa alat makan yang beradu. Tak ada yang banyak bicara selama makan selain desahan napas menikmati makanan lezat buatan Jin.
"Ramen ini tak enak, rasanya asam." Hingga Sacha memulai keributan dengan protesan.
Taehyung yang tak jauh dari tempat duduk Sacha menyahut, "Itu karena kau terlalu banyak memasukkan saus tomat."
"Aku tidak bicara denganmu." Sacha mendecih.
Lalu Namjoon ikut menyahut. "Sacha bisakah kau turunkan kakimu?"
"Dia sama sekali tak berubah," sambung Hoseok setengah berbisik.
Melihat tatapan Namjoon yang begitu serius, Sacha perlahan menurunkan kakinya dari kursi sambil mendengus sebal. Sebenarnya Namjoon tak masalah perihal itu bahkan terbiasa melihat Jimin yang sering menaikkan kaki ke atas kursi ketika makan. Tapi berbeda dengan Sacha, dia itu seorang gadis jadi harus bisa menjaga harga diri agar tetap dipandang sopan.
Sementara itu disisi meja lain, Jimin tak bisa makan. Napsu makannya mendadak hilang kala tahu Sacha ikut makan malam bersamanya. Kalimat Sacha masih terngiang-ngiang dalam benak. Sedikit merasa menyesal kenapa dirinya bersikap menyedihkan waktu itu. Tapi disisi lain ada sebuah ketenangan mengetahui fakta bahwa Sacha tidak akan pergi.
"Jiminie, apa kau baru saja menatap Sacha?" Yoongi tiba-tiba berbisik dan sontak membuat Jimin terperanjat.
Dengan cepat Jimin menggeleng. "Tidak, Hyung. Aku pasti sudah gila jika aku menatap...." kalimat Jimin menggantung ketika tepat tatapan matanya bertemu dengan bola mata Sacha. Mendadak suara Jimin menghilang untuk beberapa detik sebelum akhirnya Sacha memutuskan kontak mata dengan berpaling mengambil telur gulung.
Jimin berdeham sambil menggaruk tengkuknya mendadak salah tingkah. "Aku tidak sedang menatapnya, Hyung."
"Kau menatapnya pun tak masalah sebab kau punya mata," balas Yoongi kembali melahap makan malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacha and The Bangtan
Fanfiction"Jika bukan karena dia putri Sejin-hyung, aku tidak mau terus dijajah oleh gadis menyebalkan seperti Sacha. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib band kami ke depannya. Liat saja nanti."-Namjoon. "Menjadikan si Pembuat Onar itu sebagai manajer...