[28—Stay]
s n b.
Hari berganti dan sinar pagi menyambut Sacha dengan hangat. Senyum tipis menghiasi wajah tatkala Sacha sudah memutuskan dalam semalam untuk melupakan apa yang telah terjadi dalam sementara waktu sampai dirinya benar-benar siap. Tak boleh ada yang bisa menganggu dirinya untuk beberapa pekan ke depan hingga berhasil membuat Paman PD menandatangani sebuah surat yang saat ini ia genggam erat.
Sacha sudah berpikir matang, bila dirinya tak lepas dari tanggungjawab tolol itu. Maka dirinya sendiri yang akan melepaskan diri. Maka membuang napas sekali, Sacha mengambil langkah memasuki gedung agensi. Meski dalam hati tak sudi untuk menginjakkan kaki disini, sebab semua kehancuran itu bermula dari tempat ini.
Kendati baru saja Sacha melewati lobi, seseorang memanggil namanya. Sontak Sacha menoleh, seketika itu pula Sacha mendengus bosan. Jimin memanggilnya. Pemuda itu segera berlari mendekat, dengan pakaian olahraga yang sama sekali tidak menarik.
"Kau akan menemui Bang PD?"
"Untuk cuaca yang cerah ini, aku yakin kau tidak ingin merusak harimu dengan berurusan denganku. Jadi hiraukan aku seperti biasanya, Park Jimin."
Sacha seperti biasa tidak suka bila ada seseorang yang mencampuri urusannya. Terlebih manusia seperti Jimin, Sacha tahu betul sejak kedatangannya kemari. Pemuda itu berusaha sebisa mungkin tidak terjangkau oleh Sacha, tapi kali ini sungguh aneh.
"Ada apa?" Jimin merenggut sambil sedikit tertawa. "Apa salahnya bertanya pada manajer sendiri?"
Sacha tercengang tak percaya dan langsung protes. "Aku bukan manajermu."
Jimin menatap Sacha untuk beberapa saat. Jelas bukan ini yang sebenarnya ingin Jimin ketahui. Melainkan keadaan Sacha sendiri. Namun Jimin terlalu bingung harus menanyakan bagaimana. Bila Jimin membahas keadaan Sacha itu akan terdengar aneh.
Namun nampaknya, Sacha terlihat baik-baik saja bila dilihat secara keseluruhan. Tapi Jimin tentu saja tidak bisa percaya begitu saja sebab Sacha memang pandai memasang topeng dan menyembunyikan perasaan yang dirasakannya. Sacha pandai melarikan diri.
Hingga pandangan Jimin jatuh pada map yang dibawa Sacha. Seketika ide itu muncul dan tanpa diduga. Jimin menyeringai lebar dan langsung merampas map itu lalu membawanya berlari menuju ruang latihan. Tak heran Sacha langsung berteriak heboh sambil sesekali umpatan keluar dari bibir Sacha selama berusaha mengejar Jimin.
"Park Jimin apa yang kau lakukan!"
"Kembalikan surat itu, bodoh!"
"Berhenti bermain-main denganku!"
"Park Bodoh Jimin!"
"Sialan, kau!"
Kejadian itu membuat banyak yang memperhatikan mereka khususnya Sacha. Para karyawan yang sedang bekerja pun tak ayal melebarkan mata saking kaget mendengar suara Sacha sepanjang koridor. Bahkan ada yang sampai geleng-geleng kepala sebab apa yang menjadi alasan Bang Shi Hyuk bisa memperkerjakan karyawan seperti Sacha yang tidak bisa menjaga mulutnya.
Sementara itu member Bangtan yang sedang berkumpul pun keluar ruangan hanya untuk menyaksikan apa yang terjadi diluar. Saat mereka mengintip dari celah pintu dan menemukan Jimin diujung koridor tengah berlari dalam pengejaran Sacha. Dari kejauhan Jimin mengisyaratkan kepada member untuk masuk ke dalam serta memberi peluang untuknya masuk juga.
"Park Jimin, kau benar-benar sialan!" Umpat Sacha saat tak berhasil masuk. Jimin bersandar dibalik pintu dengan napas terengah-engah. Selama itu pula member Bangtan memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacha and The Bangtan
Fiksi Penggemar"Jika bukan karena dia putri Sejin-hyung, aku tidak mau terus dijajah oleh gadis menyebalkan seperti Sacha. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib band kami ke depannya. Liat saja nanti."-Namjoon. "Menjadikan si Pembuat Onar itu sebagai manajer...