[44—Leave?]
s n b.
Asap mengepul melalui ventilasi udara menghantarkan roma daging panggang menusuk indera penciuman siapa pun yang berada di dalam restoran BBQ tersebut. Terletak di jalanan sempit yang hanya dapat dilalui oleh sepeda motor atau minimal satu buah mobil. Terpencil membuat restoran ini tidak begitu banyak orang tahu meski memiliki rasa yang lezat. Terkadang faktor lokasi pun menjadi pertimbangan Sacha sekarang bila ingin mengajak kedua temannya bertemu.
Kebetulan Sacha pernah makan malam atau sekedar menghabiskan waktu sendirian dengan satu gelas besar cola yang dicampur dengan bongkahan es. Sacha sama sekali tidak berani minum bir ataupun soju bila sedang sendiri. Tidak dapat dibayangkan jika mabuk dan berakhir tertidur di pinggir jalan. Oleh karena itu, usai mengirim pesan kepada Jung Hemi dan Hoshi. Kedua orang itu telah hadir dan duduk berhadapan dengan Sacha tanpa tahu maksud tujuan gadis itu menghubungi mereka.
Hoshi tampak tidak curiga, bahkan matanya berbinar merasa senang melihat potongan demi potongan daging diatas panggangan siap masuk ke dalam mulut. Sementara Jung Hemi masih diam, merasa jengkel karena Sacha mengundang Hoshi tanpa sepengetahuannya. Namun perlahan kejengkelan itu memudar kala Jung Hemi memperhatikan Sacha yang sejak tadi diam membisu dengan sorot mata kosong, seperti jiwanya telah hilang.
Jung Hemi sudah dengar kalau Sacha berhenti menjadi Manajer Bangtan dan pada akhirnya Sacha mau menemui ibunya. Serta mungkin Sacha terlihat seperti tidak memiliki jiwa diakibatkan Sacha telah mengetahui kondisi ibunya. Harus diakui Jung Hemi merasa lega namun disisi lain dia pun ingin memberikan dorongan pada Sacha agar gadis itu tetap bisa menerima semua ini.
"Aku baru tahu bila di dalam gang ini ada makanan selezat layaknya dibuat oleh tangan-tangan profesional. Seperti... Makanan restoran bintang lima!" Hoshi terus mengunyah sembari tangannya gesit memindahkan beberapa daging mentah ke atas panggangan yang mulai penuh.
Jung Hemi seketika kembali jengkel melihat Hoshi yang tak tahu diri segera memukul bagian belakang kepala pemuda itu. "Ya, jangan terlalu banyak. Jika manajermu tahu kau bisa saja disuruh push up 100 kali!"
"Manajerku tidak mengaturku dengan ketat. Asalkan aku sehat dan bahagia itu sudah lebih dari cukup. Memang kau yang harus makan satu ubi dalam sehari?" Hoshi menggerutu ditengah mulutnya yang penuh dengan daging.
Jung Hemi mendelik sembari menuangkan soju kedalam gelas kecil. Seharusnya dia tidak boleh minum selagi besok memiliki jadwal manggung. Namun sekali saja tak apa asal manajernya tidak melihat. Lagipula Jung Hemi tidak bisa menikmati waktu yang langka ini tanpa minuman, Jung Hemi senang karena mereka bertiga bisa berkumpul lagi meskipun harus sembunyi-sembunyi. Kembali mengenang masa lalu yang menyenangkan.
Di kursi lain Sacha menuangkan air cola kedalam gelas yang sudah berisikan bongkahan es, seperti biasa. Sacha tidak ingin mabuk dan berakhir merepotkan Jung Hemi dan Hoshi. Ini bukan saatnya menghabiskan waktu bersenang-senang. Sacha memanggil mereka hanya untuk memberitahu sesuatu.
Namun saat melihat perdebatan kecil antara Jung Hemi dan Hoshi, mendadak ada sesuatu yang menahan Sacha. Segala pemikiran tentang apakah Sacha benar-benar akan meninggalkan mereka lagi adalah keputusan yang tepat? Dulu saja ketika dipaksa pergi ke Amerika, Sacha menangis meraung-raung tidak mau berpisah dengan Jung Hemi. Tapi jelas saja situasi kini berbeda dengan dulu.
Terlihat Hoshi mengunyah dengan cepat lalu meneguk kelas kecil berisi soju sebelum bicara dan menatap Sacha. "Kenapa kau malah minum cola?"
Jung Hemi yang sadar sedaritadi langsung menyenggol Hoshi. "Kau lupa, dia tidak bisa minum."
"Saat kita membolos sekolah dulu, kau pernah minum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacha and The Bangtan
Fanfiction"Jika bukan karena dia putri Sejin-hyung, aku tidak mau terus dijajah oleh gadis menyebalkan seperti Sacha. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib band kami ke depannya. Liat saja nanti."-Namjoon. "Menjadikan si Pembuat Onar itu sebagai manajer...