[07]

1.9K 158 9
                                    

[07 - Singularity]

s n b.

"Menjauh dari Bangtan kami! Meski kau putri Manajer Sejin sekalipun, tak akan mengubah kepercayaan kami padamu. Dasar Gadis Preman!"

Jimin menemukan surat tergeletak di atas meja ruang tengah ketika dia hendak ke dapur mengambil air. Tapi matanya malah tertarik pada kertas itu. Bukan hanya satu, ada lebih dari 7 lembar kertas yang isinya berupa ancaman menyuruh Sacha mundur dari posisinya sekarang.

Sontak lelaki itu mengalihkan perhatian ke arah dapur ketika mendengar suara sendok beradu dengan mangkuk disusul sosok Sacha muncul di balik pantry sebelum duduk dan memakan sereal yang ditemukannya pada lemari bufet.

Jimin meletakkan kembali kertas itu di meja lalu berjalan melewati Sacha dan berhenti didepan westafel. Dia menyalakan keran air dan menunggu gelasnya terisi penuh sembari memandang Sacha yang memunggunginya dan bertanya, "Surat-surat itu milikmu?"

"Hmm," deham Sacha tanpa perlu berbalik badan melihat Jimin. "Aku berniat membuangnya."

Kedua alis Jimin terangkat merasa aneh dengan nada bicara Sacha yang terdengar santai seolah surat kebencian itu merupakan hal biasa. Jimin lantas mengambil gelas yang sudah terisi penuh dan membawanya kembali berniat ke kamar. Tapi saat melewati Sacha, ada sesuatu yang terbesit dalam benaknya dan membuatnya penasaran.

Jimin berdiri dihadapan Sacha dengan meja pantry yang menjadi penghalang diantara mereka. Sacha mendongak dan tak jadi menyuapkan satu sendok sereal ke dalam mulut. "Apa? Jangan bilang kau juga menyimpan sereal basi di lemari bufet?"

"Aku hanya ingin menanyakan sesuatu," balas Jimin memperhatikan tingkah Sacha yang terduduk di seberang pantry sana.

"Memangnya aku seakrab itu denganmu?" timpal Sacha menyebalkan.

Jimin merutuki diri, jika bukan karena rasa penasarannya dia pun tidak sudi untuk berdiri di sini bahkan selama satu detik pun. Setelah gadis penyihir itu sudah mengirimnya ke rumah sakit, Jimin bersumpah untuk menjaga jarak sejauh mungkin dari gadis itu.

"Hey, kenapa kau mau menjadi manajer kami?" tanya Jimin tak peduli perkataan Sacha sebelumnya.

"Kau pikir aku sudi menjadi manajer kalian?" balas Sacha menghiraukan sosok Jimin dan fokus pada sarapannya.

"Lalu kenapa bisa kau mau menerima posisi itu?"

"Jika bukan karena terpaksa, lalu kau pikir apa?"

Jimin mendengus, meneguk airnya lalu kembali memandang Sacha. "Penggemar kami, kau tahu itu...."

"Aku senang penggemar kalian menolak kehadiranku, membuatku memiliki peluang untuk bebas. Tapi CEO terhormat itu memaksaku untuk tetap tinggal." Sacha berhenti sejenak, menatap Jimin sebal. "Jadi kembalilah ke kamarmu sebelum aku memuntahkan kembali sereal ini karena terlalu muak mendengar suaramu di pagi hari."

"Kau itu cerewet sekali!" Jimin merengut. "Aku hanya bertanya 3 pertanyaan."

"Kau pikir aku peduli?" balas Sacha.

Jimin mendengus lalu memutar bola mata sebelum berbalik meninggalkan Sacha sembari hatinya mengomel jengkel, "Tidak tahu diri! Bahkan sereal yang dia makan itu punyaku!"

Sacha and The BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang