[09 - Question]
s n b.
Tidak ada yang lebih memuakkan selain melihat wajah bahagia Sacha. Member Bangtan diserang awan mendung selama dua hari berturut-turut. Bahkan tak peduli jika hari ini merupakan hari besar mereka. Pasalnya semua kebahagiaan itu lenyap disapu bersih oleh cengiran lebar Sacha yang tak hilang dari wajahnya.
Selama dua hari juga Sacha memutar musik Bangtan dalam kamarnya dengan volume kencang-yang merupakan hal langka. Lagu yang diputar sudah terbilang lagu jadul, sebab Sacha hanya memiliki album pertama Bangtan debut dan beberapa yang terbaru seperti Dope, 2! 3! dan Fire.
"Tumben sekali dia memutar musik kita."
Hoseok berjalan menuju dapur berbicara pada Jimin yang sedang membaca komik di sofa. Setelah melewati kamar Sacha, Hoseok tak menduga bahwa gadis itu mendengarkan musiknya juga.
Jimin tak melepas pandangannya dari buku komik sambil menjawab malas. "Katanya dia sedang berbaik hati membantu kita meraih peringkat tertinggi di tangga lagu."
"Apa?" Kedua bola mata Hoseok melebar disertai bibirnya yang mengerucut. "Omong kosong, bahkan lagu yang sudah kulupa liriknya saja sudah tak ada dalam daftar tangga lagu mana pun," ucap Hoseok mendesah tak percaya setelahnya.
Jimin menutup buku komiknya menatap Hoseok yang berdiri didepan kompor sedang merebus ramen. "Jangan pernah percaya pada bualannya, Hyung." Jimin merenggangkan tubuhnya sebelum telinganya mendengar sebuah suara tengah bersenandung mendekat menuju tempatnya berada.
Kontan Hoseok dan Jimin menoleh bersamaan pada sosok Sacha yang memakai kacamata baca dengan membawa tumpukan kertas ditangannya. Gadis itu mengambil tempat duduk di samping Jimin masih tidak mempedulikan dua pasang mata yang memperhatikan tingkahnya.
Sacha meneruskan mencatat jadwal Bangtan untuk menghadiri beberapa wawancara pada acara talkshow, radio dan acara musik saat di Amerika nanti. Belum lagi jadwal yang menumpuk setelah kembali dari Amerika. Dia belum selesai merombaknya setelah pengisian jadwal baru yaitu syuting iklan yang Sacha tunggu-tunggu.
Semua itu benar-benar membuat kepalanya akan pecah. Jadi inikah yang dikerjakan ayahnya semalaman di kantor atau di ruang kerja hingga tidak ada waktu untuknya?
"Sacha." Jimin memanggilnya hanya sekedar ingin memberitahu apa yang sedang terjadi di media sosial setelah konferensi pers itu. Mendadak penggemar mereka menjadi mendukung Sacha meski ada beberapa yang masih tidak terima. "Kau sudah membaca artikel pagi ini?"
"Kenapa? Ada masalah?" Sacha tak memalingkan wajah tetap fokus mencatat. Dirinya tidak memiliki banyak waktu.
"Tidak ada apa-apa, hanya aneh saja mendadak orang-orang mengatakan hal baik tentangmu."
"Bodoh sekali kau ini," Sacha menegakkan tubuhnya, memandang Jimin sambil mendengus, "Mereka hanya ingin permintaan maaf dariku setelah menghinaku habis-habisan."
Hoseok yang menyaksikan tertawa tak percaya. "Ey ... Percaya diri sekali kau ini."
Sementara itu Jimin diam-diam hendak melayangkan tamparan mengenai tengkuk Sacha saat gadis itu kembali setengah membungkuk membelakanginya. Namun saat tangan Jimin sudah di udara tertahan kala Sacha tiba-tiba berbalik, sontak Jimin terkesiap dan lekas menurunkan tangannya.
"Aku teringat sesuatu," katanya sudah dalam posisi menatap Jimin dengan lekat.
Ditatap seperti itu Jimin bergerak tak nyaman. Takut bila Sacha melihat niat buruknya tadi dan langsung balas dendam. "A-apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacha and The Bangtan
Fanfiction"Jika bukan karena dia putri Sejin-hyung, aku tidak mau terus dijajah oleh gadis menyebalkan seperti Sacha. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib band kami ke depannya. Liat saja nanti."-Namjoon. "Menjadikan si Pembuat Onar itu sebagai manajer...