[23]

1.6K 126 3
                                    

[23 — Another Side]

s n b.


Jimin tak pernah berpikir kalau Sacha akan segila itu mengendarai mobil. Entah ini karena keadaan mendesak atau memang Sacha selalu seperti ini. Pasalnya ini pertama kalinya pemuda itu melihat Sacha mengendarai mobil bagai manusia kehilangan akal dan menumpang di mobil Sacha sama dengan menyerahkan nyawa.

Sacha menyalip beberapa mobil didepannya, mengejar lampu hijau ketika 5 detik lagi berubah merah. Bahkan Jimin hampir terjungkal ke depan kala Sacha tak sampai mengejar lampu hijau di pemberhentian selanjutnya sehingga otomatis gadis itu menginjak rem secara kasar dan mendadak.

"Shit," umpatnya.

"Tak bisakah kau santai sedikit?" pinta Jimin berusaha meredakan detak jantung yang berubah menjadi ritme cepat. Ia bahkan masih memegang erat pegangan diatas pintu walau mobil Sacha sedang berhenti. "Kedainya tidak akan pindah ketika kau tiba."

"Kau tidak tahu apa yang akan terjadi pada detik berikutnya, maka aku harus bergegas."

"Tapi mobilmu berada di zona zebra cross. Bagaimana bila kita tertangkap?

"Memang sudah tertangkap," jawab Sacha kelewat santai. "Polisi mungkin sedang memantau melalui kamera CCTV."

Jimin tidak memikirkan hal itu dan ia pun mendengus sekali sambil melepas pegangan berusaha untuk tenang. Ini kesempatan Jimin untuk mengambil napas sebelum kembali dibuat jantungan. Dirinya masa bodoh bila mobil Sacha tengah berhenti di zona penyeberangan, lagipula yang akan ditangkap bukan dirinya melainkan Sacha. Serta yang akan rugi pun Sacha. Pokoknya Jimin sudah memberi peringatan dan risikonya, ia tidak mau tahu.

Angka perhitungan detik pada lampu lalu lintas terus berjalan, masih ada 60 detik untuk lampu berubah menjadi hijau sementara Sacha tidak bisa membiarkan tangannya diam mengetuk stir dan dibuat gelisah. Jimin mulai berpikir, apa yang membuat Sacha begitu gelisah terhadap Jung Hemi dan Jungkook? Jika ini mengenai janjinya dengan Jung Hemi dulu, Jimin tak habis pikir rupanya pemikiran Sacha sepicik itu.

Itu berarti selama ini Sacha masih menyimpan dendam kepada Jimin dan yang lain dengan alasan sepele. Lagipula Bangtan tidak merasa merebut ayahnya dari Sacha, justru memang itulah tanggungjawab dari pekerjaan Manajer Sejin dan untuk urusan keluarga Manajer Sejin, Bangtan tidak tahu apapun. Memang benar, bila rekan-rekan kerja dekat beserta Bangtan sendiri sudah mengetahui garis besar permasalahan keluarga Manajer Sejin.

Untuk sekarang, bagi Jimin saja hanya bersikap sekedar tahu tidak cukup sebab dirinya terdorong masuk dan ikut andil dalam masalah keluarga Manajer Sejin. Terlebih saat ini ia sedang menanggung sebuah rahasia yang bisa saja membuat Sacha mengamuk jika tahu. Makanya Jimin tidak bisa membayangkan hal itu. Tapi disisi lain ia pun merasa tak nyaman dengan semua ini.

"Kau sudah mengabari ayahmu?" Membicarakan Manajer Sejin membuat Jimin teringat akan kabarnya disana.

Sacha membuka dashboard dan mengeluarkan permen karet sebelum menjawab, "Apa pedulimu?"

"Serius, kau belum mengabarinya?" Meski Jimin tak yakin dengan jawaban Sacha tapi ia tahu dari tampang Sacha yang tak acuh itu pasti sudah lama gadis itu tidak menghubunginya.

"Itu bukan urusanmu, lagipula kau sama saja seperti Namjoon-oppa yang bertingkah berlagak peduli tapi sebenarnya hanya memata-mataiku."

"Aku peduli," tandas Jimin. Ia tidak senang bila ada seseorang yang menuduhnya sembarangan disaat benar-benar tulus. "Kau bisa jujur padaku bila kau tidak bisa melakukan itu dihadapan Namjoon-hyung sebab aku bukan mata-mata ayahmu."

Sacha and The BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang