[41]

1.4K 114 1
                                    

[41—Disappointed]

s n b.


Terhitung lebih dari 3 kali Sacha terbahak tidak percaya dengan mulut setengah terbuka dan pandangan mata yang kosong, menerawang. Memutar kembali kalimat Jimin yang berhasil mengantarkan sensasi aneh pada perutnya. Suara Jimin yang rendah dan terdengar serius begitu jelas sampai desiran itu kembali menganggu Sacha.

Ini sungguh tidak beres, sepertinya aku belum sembuh total!

Sacha mengacak-acak rambutnya. Berusaha menepis suara Jimin yang membayang-bayanginya. Sacha harus sadar. Tidak boleh lengah sedikitpun. Tentu saja itu termasuk alasan Sacha memilih ikut Jimin kembali ke Seoul. Bukan karena ucapan pemuda itu. Ingat, Sacha tidak bisa bersembunyi selamanya 'kan?

Sesaat setelah Jimin menghubungi Manajer Jigamae untuk menjemput, Neneknya berkata kalau beliau akan menyusul. Ingin melihat kondisi ibunya. Sacha hanya mengangguk pelan. Barangkali bila Neneknya sampai, Sacha bisa membujuknya untuk tinggal bersama. Sacha tidak tega melihat Neneknya harus hidup sebatang kara dan bekerja keras untuk memenuhi hidupnya.

Lantas usai membersihkan tubuh setelah melewati perjalanan yang panjang, Sacha keluar dari kamar mandi dengan rambut terurai dan basah sehingga tetes-tetes air jatuh ke lantai. Menemukan Hoseok yang sedang menyodorkan sesuatu kepada Jimin di meja pantry.

"Ini beberapa obat yang harus kau minum untuk menghilang rasa cemas yang berlebihan." 

Hoseok berbicara cukup keras membuat Sacha yang berjalan mendekat dapat mendengar. Barulah ketika pandangan Jimin jatuh pada Sacha yang muncul dari balik tubuh Hoseok, pemuda itu cepat menepis. "Aigoo, Hyung. Aku tahu jadi tak perlu di jelaskan."

Sesekali melirik Sacha yang tiba-tiba berdiri di samping Hoseok, sementara tangan Jimin berusaha membereskan obat-obatan yang di sodorkan Hoseok ke dalam saku. Entah Jimin merasa tidak enak. Seharusnya Sacha tidak usah mendengar hal semacam ini. Salahkan Hoseok yang cerewet.

"Aku hanya mengingatkan, Jim. Lagipula ini perintah Namjoon-hyung."

Tak mengubris balasan Hoseok, Jimin membawa pandangan yang tak lepas dari Sacha ke arah dapur. Gadis itu mengisi air minum ke dalam gelas tinggi lalu berbalik badan saat itu pula Jimin langsung memalingkan wajah. Tanpa diduga, sebuah gelas hadir dihadapan Jimin. Sedikit kasar hingga air itu tumpah ke atas meja. Namun tak bisa mengalahkan kekagetan Jimin saat tahu Sacha yang memberikan.

"Kau sudah bukan anak berumur 5 tahun yang harus di suruh bila meminum obat." Sacha berucap dengan nada yang terdengar seperti mengajak ribut, bukan menyuruh Jimin meminum obat dengan lembut.

"Sacha," Hoseok yang masih terkejut dengan tingkah Sacha memegang dadanya sedikit lemas. "Kau mengajak ribut atau mencoba membantu?"

"Jengkel saja melihat seisi apartemen ini memandangku seperti penjahat." Mengulum bibir sebentar, Sacha mengingat kembali bagaimana Bangtan menatapnya begitu tidak suka saat Jimin memutuskan membawa Sacha ke apartemen. Cih, jika bukan terpaksa Sacha tidak sudi tinggal disini. "Maka cepat minum obat itu... —"

"Siapa yang membuat lantai basah begini!"

Teriakkan dari arah pintu masuk membuat Jimin dan Hoseok memandang ke arah objek yang muncul dengan seraut wajah memerah. Sementara Sacha sudah mendengus diam-diam tahu bahwa dia dalam masalah.

"Sacha!" si penguasa daerah kamar mandi hingga dapur sudah berdiri di depan Sacha. Menatap menuduh. Jelas sekali bahwa dia menemukan tersangka dengan rambut basah yang belum di keringkan. "Kau tahu aku hampir terpeleset tadi?"

Sacha and The BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang