[38]

1.2K 115 7
                                    

[38—Again]

s n b.

"Apa Sacha membuat masalah lagi?"

Yoongi bertanya setelah kepergiaan Manajer Hyunsoo. Sempat member Bangtan saling bertatap muka memikirkan hal yang sama. Mungkin.

"Bisa jadi, Manajer Hyung terlihat marah tadi," balas Hoseok.

Sementara Namjoon menyadari teringat sesuatu mengalihkan pandangan pada Jungkook. "Kookie, apa yang tadi kau bicarakan?"

"Eoh," Jungkook tertegun ketika menangkap enam pasang mata menatapnya. Dia menelan ludah sebelum berpikir cara memulai semuanya.

Sebenarnya Jungkook pun tidak mengerti mengapa Jung Hemi tiba-tiba menelepon dan menyuruhnya membawa Jimin keluar dari kantor. Disusul dengan nada yang terdengar sangat memaksa. Namun setelah menjelaskan apa yang terjadi, Jungkook tidak bisa mengendalikan diri dan langsung berteriak. Dirinya pun sempat tidak bisa menenangkan diri. Rasa takut itu muncul lagi. Jungkook tak bisa membayangkan bagaimana jadinya berhadapan dengan orang yang sudah membuatnya tertekan selama ini.

Untungnya Jungkook masih bisa berpikir tenang. Kondisinya tidak seberapa dengan Jimin. Jungkook tidak bisa membayangkan apa yang terjadi bila Jimin mengetahui semua. Tidak boleh, pokoknya.

"Jungkookie ada apa?" Taehyung merangkul Jungkook membuatnya tersadar dari lamunan.

Menggeleng pelan, Jungkook menghampiri Jimin dan berkata, "Hyung, antar aku membeli kopi."

"Mendadak seperti ini?" Jimin tertawa kecil. "Kau bahkan tidak suka kopi, Kook. Ayo jangan mengalihkan topik."

Sial, gagal rupanya.

"Jungkook," panggil Yoongi, ekspresi wajahnya serius. "Kenapa? Ada masalah? Ceritakan pada Hyung."

Jungkook menggigit bibir bawahnya, berpikir kembali. Dia tidak berani mengatakan yang sebenarnya. Takut bila apa yang akan di ceritakan, nanti Jimin akan tertekan lagi.

Sementara member Bangtan berusaha membujuk Jungkook membuka mulut. Disisi lain, usai membiarkan Sacha masuk ke dalam ruangan Paman PD. Hyun Cha berjalan pelan menyusuri lorong. Melihat-lihat tempat yang sudah lama dia tinggalkan.

Bagiamana suasana di kantor saat pagi hari, banyak karyawan hilir-mudik sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Lalu waktunya makan siang, mereka akan memenuhi kantin. Ricuh dengan suara miring beradu dengan sendok, mangkuk dengan sumpit serta obroloan karyawa lain yang membicarakan banyak hal.

Hyun Cha pun dulu pernah seperti itu. Dianggap seperti keluarga oleh orang-orang yang baru ditemui. Sayangnya entah apa yang merasuki dirinya hingga mendadak menjadi manusia jahat. Ah, memang pada dasarnya Hyun Cha bukan manusia yang baik seperti apa yang dikatakan Sacha. Dia hanya menusia yang gila terhadap jabatan dan memenuhi segala keinginan bagaimana pun caranya. Bahkan harus mengorbankan orang lain sekali pun.

Kini setelah mengalami masa pengasingan diri. Merenungi segala tindakannya terhadap Bangtan. Belum lagi tekanan yang diberikan oleh penggemar mereka dan tuntutan dari agensi. Hyun Cha sadar bahwa apa yang sudah dia lakukan memang salah. Saat itu dia mudah terbawa emosi. Dia benci melihat seseorang yang selalu menyusahkannya, menjadi penghalang Hyun Cha dalam memenuhi sesuatu.

Sacha and The BangtanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang